Selasa, 28 Juli 2009

Berburu Galaxy EXL, Yang Tertangkap Gajah OBL (3)

V-Engine Tebar Asap Pekat

 

Namun, saat kucoba menjajal pengetahuan per-bis-anku dengan mengamati armada bernomor B 7168 MK ini, aku dibuat bodoh dan cetek ilmu. Bingung dibuatnya.


7168 MK 


Kalau lihat overhang depan, sepertinya berbasis chasis MB OH 1521. Tapi, kalau dilihat panjang chasis dan “bonggol” as belakang, sepertinya punya MB OH 1525. Mencoba mengamati lingkar setir, juga punya MB Electric. Namun, panel indicator yang hanya dua display besar, lebih mirip punya XBC-1518. Apa ini bis gado-gado hasil rekayasa mekanik OBL ya?


As Belakang


 Steer Wheel


Sebelum berangkat, kusempatkan ngobrol dengan Pak Made, driver I. Kata beliau, mesin ini adalah built up V-engine 6 silinder 11000 cc. Dan peruntukkan sebenarnya adalah mesin truk. Mesin ini dicangkok ke atas chasis Intercooler atau King. Beliau tidak tahu persisnya. Pihak teknisi hanya memodif posisi gear box dan gardan. Itu yang sebatas diketahui Pak Made.


 


Ah, untung ada bismania. Pastilah lebih tahu detail tentang mesin V-engine ini. Semoga V-engine ini menjadi bahasan kembali. Yang penting, aku bisa menikmati sensasi baru naik bis V-engine.


 


Pukul 15.22, bis diberangkatkan dengan hanya mengangkut 8 penumpang. Kondisi interior pun sudah terlihat butek karena umur. Namun, kenikmatan kursi empuk Alldila masih bisa diandalkan. Hiburan audio video cukup menghibur, dengan diputarnya lagu Indo Hits, Indo Oldies dan Dangdut Koplo yang ditayangkan TV tabung 21”. Hehehe…koploholic telah merambah bis-bis papan atas.


 


Dan seperti normalnya, tampak KS 420 pun belum diberangkatkan. Padahal sudah hampir dua jam di jalur. Weleh…weleh…


 


Saat pertama gas diinjak, wuih…menggelegar suaranya. Memang jauh berbeda dengan vokal Intercooler, Electric atau XBC. Putaran bawah dehemannya lebih berat, mengisyarakkan power outputnya yang gede. Meski masih bertransmisi manual, tapi di tangan Pak Made terasa smooth pergantian giginya. Suspensinya pun lumayan empuk, meski masih mempercayakan leaf spring. Lebih empuk dibanding MB OH 1525, namun sedikit lebih keras dibanding MB OH 1521. Sayang, semua keunggulan ini kurang ditunjang aspek karoseri. Walau belum uzur untuk ukuran lifetime karoseri, karena bis ini seringkali nge-line jarak jauh hingga Mataram, sehingga kekokohan Setra Adi Putro ini sudah jauh berkurang. Saat roda-roda melibas jalanan berlubang dan bergelombang, bersahutan suara riun rendah di dalam kabin. Memang, sudah masanya dibajui busana baru.


 


Praktis, mulai Rawamangun hingga Ciasem, kedigdayaan bis ini teruji. Di tangan Pak Made yang bertipe garang, kinerja mesin benar-benar dipotimalkan. Mantap…


 


Dan saat dramatis itu akhirnya terjadi. Saat roda-roda melintas jembatan Ciasem yang agak patah lengkungannya, tiba-tiba dag…dag…dag…. Pak Made menoleh ke spion kanan. Dia merasakan ada something gonna wrong. Dipanggilnya Pak Udin, kenek.


 


“Kayaknya di knalpot ada yang lepas, Din?”


“Coba jalan dulu aja Pak. Nanti kita cek di rumah makan,”


 


Bis pun berjalan kencang kembali. Tiba-tiba…


 


“Din, kok ada asap, ini asap apa ya?”


 


Kulihat asap tipis menyelimuti dashboard depan. Aku kira dari panel sekering ada yang burning out. Seketika, dari arah belakang, tiga orang ibu-ibu berhamburan ke depan.


 


“Pak…Pak…asap tebal. Bisnya terbakar. Berhenti Pak!!!”


 


Kutoleh ke arah belakang. Ya ampun, asal tebal dan pekat telah memenuhi ruang belakang. Toilet hingga kandang macan tertutup asap tebal. Driver II juga tengah berlari ke depan.


 


Secepat mungkin, bis diberhentikan. Bergegas pintu depan dibuka, sebagai tempat evakuasi penumpang. Beruntung, penumpang tidak sampai 10 orang, sehingga tidak perlu panik berdesak-desakkan.


 


Setelah situasi dapat dikendalikan, Pak Udin, Pak Made dan sopir kedua mengecek sumber asap. Dibukanya kap mesin. Dan ternyata, usut punya usut, flexible hose yang menyemburkan gas buang ke ruang turbo sobek dan putus. Dan sialnya, sisa selang dari dapur mesin menempel di dinding atas ruang mesin dan membakar peredam panas. Alhasil, panasnya suhu dan tekanan tinggi gas buang, membakar dengan cepat aluminium foil dan asapnya menerobos masuk ke dalam kabin. Untunglah, aluminium foil tidak bersifat flammable dan posisi titik kebakaran jauh dari wiring kelistrikan. Sehingga tidak sampai memantik munculnya api.


 Engine


Perlu satu jam untuk perbaikan. Karena tidak ada part cadangan, akhirnya dengan pelbagai akal, hose tersebut disambung kembali meski hanya bersifat darurat. Tapi, kru memastikan aman dan nanti sesekali akan dicek sewaktu bis berjalan.  


 


“Ya Tuhan…Hari ini, Engkau tunjukkan kuasa-Mu Tuhan. Atas ijin-Mu, Engkau masih berkenan memberikan keselamatan perjalanan kami…”


 


 


Gajah OBL Tebar Kenyamanan


 


Selepas Rumah Makan Sari Rasa, pesona MB 2629 ini benar-benar memenuhi segala ekspektasi. Armada yang speedfull, passanger friendly, driver yang skillfull dan service big top dibungkus dengan kenyamanan armada.


 


Terlebih buangan desis angin dari full brake air system setiap kali dilakukan pengereman,  kuk…cess…kuk…cess…khas mercy, serasa simponi merdu yang membelah malam . Dan yang membuat semakin unik adalah terompet klakson. Meski di luar terdengar lantang saat dinyalakkan, tapi di dalam kabin tetap lembut menyapa gendang telinga.


 


Meski sempat diasapi Sindoro Satria Mas berkode wiro sableng 212 dengan stiker BMC di kaca belakang, tidak mengurangi performa OBL secara keseluruhan.


 


Biasanya, dalam perjalanan ke Rembang, aku jarang bisa memejamkan mata dengan nyenyak. Selalu dan selalu, pikiran kehangatan rumahku di kampung menggelitik hasrat untuk berisitirahat dengan lelap di dalam bis yang membawaku pulang.


 


Namun, dalam buaian trio gajah ini, jalur sepanjang 400 km Losari hingga Pati bisa kulalui dengan tidur nyenyak. What’s a wonderfull bus…


 


Jam 4.15 dinihari, OBL menyelesaikan tugas mengantarku ke Rembang. Dan saat itu pula, NS 39 tepat berada di belakangnya. Hehehe…tidak rugi kiranya, karena bis bertrayek Pulogadung-Cepu itu masih digawangi armada lama, NS 206, bukan New Marcopolo.


 


 


Many thanks my elephant. Engkau tidaklah selalu identik dengan kelambanan. Engkau menyimbolkan kekuatan dan kebesaran.

Berburu Galaxy EXL, Yang Tertangkap Gajah OBL (2)

Jumat, 24 Juli; Rawamangun Tebar Kebimbangan


 


Dengan berestafet naik KWK 06-PPD P.43-Metromini M46, jam 13.30 tiba di terminal Rawamangun. Jangan ditanya statusku saat itu, mangkir dari dinas, bolos setengah hari atau mengkamuflase sistem absensi jam kerja. Yang jelas, demi perburuan, urusan kantor bisa sedikit dikorbankan dengan seribu alasan. Hehehe...


 


Pemandangan pertama, tampaklah squad Pahala Kencana, mulai Proteus, Setra, Panorama DX dan Jupiter. Duh, ada si Jupe Denpasar. Dari dulu aku kesengsem sama modelnya. Gimana ya, apa naik ini saja? Ah…belum lihat bis-bis lain, pantang untuk langsung memilih.


 


Kemudian…


 


“Kepada para penumpang Karina Super Eksekutif KS 420 tujuan Surabaya-Malang, dimohon menempati kursinya masing-masing, karena armada akan segera diberangkatkan. Armada ada di jalur 3 terdepan”.


 


Itulah announcement dari TOA kantor terminal, saat kakiku bergerak ke ruang tunggu pemberangkatan.


 


Wah, teriakan nyaring petugas terminal laksana kata rayuan nan menggoda.  Belum sekalipun aku menaiki armada bintang lima plus plus grup si Ijo. Kususuri jalur 3, tampak Lorena Setra Selempang Adi Putro Mercy Intercooler. Kuingat-ingat isi kantong. Kalau cuma 300ribu sih ada untuk menebus tiket SE. (sombong mode on ) Tapi…engga dulu, ah. Aku tak boleh ingkar dari rencana.


 


Termasuk dua armada smiley Kramat Djati Malang dan Denpasar, seolah menebar senyum kepadaku untuk menaikinya. Ah…jangan dulu. Selama masih menganut aliran netralisme, aku tempatkan di dasar klasemen pilihan armada impian.


 


Sudah setengah jam duduk, bis Malino Putra belum tampak batang spionnya. Mau tanya ke agen, malas. Memang niat saya biar surprise. Sabar…sabar, orang berburu butuh kesabaran.


 


Tak selang lama, masuklah bis Safari Dharma Raya B 7168 IB model van hool jurusan Denpasar. Ck ck ck…akuarium cing, hingga kaki penumpang bisa diintip dari luar. Hehehe…


 


Penumpang yang sedari tadi menunggu bergegas naik. Hanya ¾ kapasitas seat terisi. Tiba-tiba teringat…wah, ini armada bermesin eklusif kepunyaan OBL. Siapa tahu ini yang berspesies MAN.


 


Cepat-cepat bangkit, dan tanya ke loket. No. 10.


 


“Mas, bisa naik OBL Denpasar turun di Rembang”, tanyaku membuka transaksi.


“Boleh Mas, tapi tiket mahal. Mau?”, jawab dia agak pesimis kalau calon penumpangnya mau membayar mahal


“Mahalnya berapa sih Mas?”, balasku tak mau kalah.


“200ribu Mas, gimana?”


 


Dalam hati kecil, aku mengiyakan. Cuma harus ada satu syarat yang harus dipenuhi OBL.


 


“Mas, armadanya itu pakai Scania apa MAN,”


“Scania Mas”


 


Yah…kecewa berat. Sudah overdosis minum obat bermerek Scania. Dengan bersilat lidah, saya pun jual mahal.


 


“Mas, 150rb ya?”


Ngga bisa Mas. Kalau ngga mau ngga masalah kok. Itu bisnya juga mau berangkat,”


 


Yup, memang itulah jawaban yang kuharap.


 


Balik lagi ke ruang tunggu. Dan Jupiter “Sahala” melenggang keluar dari terminal. Sudah pupus harapan digoyang Tante Jupe. L Disusul kedatangan Lorena Jember LE 440. Hehehe…ogah ah, lagi malas ngisi TTS.   


 


Kulirik jam dinding di salah satu warung makan. Sudah jam 15.00. Duh, semakin sempit waktuku. Setengah jam lagi Malino Putra tidak nongol, terpaksa, kembali ke selera asal, naik NS 39 dari Pulogadung. Terlebih, tadi pagi Mas Rully mengirim SMS, bahwa di pool Perintis ditemukan sosok New Marcopolo Nusantara. Jangan-jangan, itu buat armada Cepu. Kalau benar, sore ini bisa memperawaninya.


 


Masuklah kembali Safari Dharma Raya Setra AP jurusan Banyuwangi. Warna kulitnya sudah kusam, bahkan di salah satu dinding samping ada yang sudah berlubang, karena keropos. Ah, tidak ada indahnya. Duh, mengapa tidak renewal body ya?


 


Sudah jam 15.15. Sudah ah… kesimpulanku, aku gagal berburu. Kapan-kapan lagi berburu Galaxy EXL. Dewi Fortuna lagi berburuk hati kepadaku.


 


Saat hendak beranjak dari tempat duduk, di antara jajaran armada metromini yang mengantri di pintu masuk, terlihat kepala bis dengan ciri lima lampu oranye di atas kaca depan. Pastilah itu  Malino Putra. Hore!!!


 


EXL…bukan…EXL…bukan. H2C jadinya.


 


Saat semakin jelas. Yah…penonton lagi-lagi kecewa. Mengapa harus Setra? Mengapa bukan bis “baru” untuk pemberangkatan dari Rawamangun. Uh…kesal!!!


 Malino Setra


Dengan langkah gontai, kutinggalkan jalur pemberangkatan. Rencana nyari ojeg, minta antar ke Pulogadung, mengejar jadwal NS 39, pemberangkatan jam 16.00.  


 


Namun, saat berjalan melewati buritan Gajah dari Temanggung, retina mata ini menangkap lubang exhaust knalpot OBL Banyuwangi. Hei, dua lubang. V-engine kah?


 Exhaust


Gimana ya? Pilih…engga…pilih…engga


 


Ah, demi menghargai jerih payah celengan-ku, rasanya berdosa kalau tidak menghabiskannya. Seketika itu pula berubah pikiran.


 


Langsung putar arah, menuju pintu bis kiri depan. Kebetulan ada personil checker OBL.


 


“Mau kemana Mas?’, tanyanya saat aku terlihat menghampiri.


“Mas, turun Rembang bisa ngga?”


“Boleh Mas, tiket 165rb ya. Ya, mahalan dikit lah dari bis Kudus”, rayunya dengan jujur.


 


Lho, kok lain sama bandrol harga Mas Agen ya? Apa kebijakan OBL begitu, beda mesin, beda harga ya?


 


“Ok Mas, bayar sama Mas apa ke loket?”


“Ke loket aja Mas, ayo, saya antar”


 


Yang membuat senyumku puas, Mas Agen terlihat cemberut, melihat aku dikasih rate teman-nya 165rb. Hahaha…


 


Kesimpulanku, tarif Rembang untuk bis timur jauh tidaklah fix, tergantung hitungan kasar agen, sehingga hasilnya bisa berbeda. Dulu pernah tanya Malino Putra 150rb, Akas Asri 170rb, Kramat Djati 160rb. Variatif dan terkesan suka-suka agen.


 


Jadilah, aku naik Gajah OBL bermesin V-engine, sebagai obat penawar kekecewaan gagalnya hunting Galaxy EXL.  

Senin, 27 Juli 2009

Berburu Galaxy EXL, Yang Tertangkap Gajah OBL (1)

Sabtu, 18 Juli; Malino Putra Tebar Pesona


 


“Pa, itu bisnya Papa!”, teriak anakku dengan girang sambil ujung jarinya menunjuk sesosok bis warna biru di kejauhan, yang sedang lambat melaju tepat di atas jembatan Karanggeneng, Rembang. Saat itu, aku dan si kecil (tentu mamanya tidak ketinggalan) dalam perjalanan dari Rembang menuju Ungaran, menghadiri acara “pindah tugas” kakak iparku.


 


Kucoba lekat mengamati, ah…ternyata bis Malino Putra yang kesiangan. Jam 08.00 pagi baru menapak jalur pantura kota garam.


 


“Bukan, Nduk, itu bis Malino, kalau bis papa apa coba?”, tanyaku mengetes ingatannya. Ya, maklum, livery Malino Putra dan Nusantara dalam kacamata anak kecil susah dibedakan.


 


“Nusantara, Pa!”


 


Hehe…Tuh kan, pasti tepat jawaban anakku. Harus aku akui, di usianya yang menjelang empat tahun, bibit jiwa seorang bismaniatun telah mengalir dalam nadi yunior-ku, Naura.


 


Namun, sesaat setelah mobilku berpas-pasan dengan si korden biru (kata mas awan…J), sontak aku tersadar. Kok rasa-rasanya ada yang aneh dengan penampilan Malino Putra. Biasanya bis Malang berkaroseri Setra Adi Putro. Kalaupun bis cadangan, pakai model Rahayu Sentosa Celcius, yang reguler jalan ke trayek Wonosobo.


 


Kuintip lewat sudut kaca spion. Ahabsolutely right, bajunya pakai model baru. Pantatnya mirip Tentrem Galaxy, meski tampilan dek samping sedikit berbeda. Apakah ini produk Tentrem generasi up to date? Apa ya nama brand modelnya?


 


Hmm…pasti tidak lama lagi, berita Malino Putra berbaju baru akan diwartakan di milis bismania@yahoogroups.com. Benar juga, akhirnya Mas Dadik men-caught pictures armada ini saat melintas di kota Pekalongan. Dan esoknya, Mas Amir meng-upload gambar busana anyar Malino Putra di Facebook, saat mencumbuinya sedang bersiap berangkat dari Terminal Arjosari, Malang.


 


Ternyata, inilah another taste of Tentrem Taylor, varian paling gres Galaxy Family, dengan julukan Galaxy EXL. EXL sendiri singkatan dari Excellent.  


 


Nah, gara-gara Malino Putra tebar pesona kostum barunya, jadi mupeng dan ngiler ingin membidiknya.


Courtesy of Amir


 


 


Kamis, 23 Juli; Isi Celengan Tebar Harapan


 


Kukorek-korek isi celengan, sisa-sisa recehan naik angkot atau kembalian sarapan pagi. Eh…lumayan, ada seratus ribu lebih, bisa buat menambah bea turing mingguan. Maklum, jatah mingguan cuma cukup untuk membayar ongkos bis-bis plat K. L


 


Sip, harga tarif batas atas Jakarta-Surabaya bisa ditambal sulam dengan isi celengan ini. Bismillah…jumat besok berburu Galaxy EXL. Kualokasikan dana hingga Rp250.000,00 untuk dana perburuan.


 


Namun, aku menganalisa, besok sore pastilah hari sepi penumpang bis jarak jauh. Karena dihimpit peak season, yakni liburan sekolah dan hari besar isra’ mi’raj yang telah lalu, dan hari-hari mendekati awal puasa, saat sebagian warga urban melakukan ritual mudik kampung, nyadran (ziarah ke makam leluhur). Setidaknya, harga tawar penumpang bisa lebih tinggi. Berani menego harga hingga tarif bawah. 


 


Cocok, saat yang tepat naik bis timur jauh, Surabaya, Malang, Banyuwangi, Denpasar atau bahkan Mataram.


 


Dan kembali kepada angan-angan di awal, satu yang telah aku tetapkan, Galaxy EXL Malino Putra. Terlebih tersirat di status FB Mas Amir, hari Kamis ini armada tersebut arah ke Jakarta. Menebarkan harapan, lokasi perburuan sudah tepat, bis ini arah ke timur hari esok.


 


Dan mengapa aku pilih dari terminal Rawamangun? Alasan jarak dengan kantor yang tidak terlampau jauh, terminal ini adalah tempat mangkalnya bis jendral tiap PO dan andai perburuanku meleset, tinggal geser tempat 2.5 km, beringsut ke terminal Pulogadung.

Selasa, 21 Juli 2009

Shiatsu Massage On the Roads, Why Not?

 [gallery]

Belum genap dua tahun menggawangi kelas eksekutif, medio Juli ini, dua armada incumbent Garuda Mas B 7582 IW dan B 7583 IW dilengserkan dari tampuk pimpinan trayek Pulogadung-Purwodadi-Cepu.  Manajemen PO Garuda Mas me-renewal kedua armada ”smiley” tersebut, digantikan dua armada terbaru, yakni E 7937 HA dan E 7527 HA.


 


Duo armada inilah generasi kesepuluh armada numero one Garuda Mas, yang mulai dikenalkan ke publik transportasi per tanggal 9 Juli 2009 kemarin.  Sejak membuka kelas eksekutif di tahun 1990, dengan armada Hino AK berkaroseri IKA (Internasional Karoseri), beragam mesin dan karoseri pernah dicicipi. Mulai Hino RK, MB OH 1113 Prima, MB OH 1521 Intercooler, Hino RG, Hino RK8 dan yang terakhir MB OH 1525 Electric.  Setelah mempercayakan karoseri IKA yang telah almarhum untuk dua armada generasi awal, dan sempat memiliki model patriot ala Laksana, nyaris selama 15 tahun terakhir, armada eksekutif Garuda Mas bercirikan Rahayu Sentosa taste. Mulai era Setra, Milenium, Concerto, Celcius dan New Evolution. Namun, semenjak tidak puas dengan performa armada bermesin Hino RK8, dan berpaling pada produk Mercedes Benz OM 906 LA, Garuda Mas mulai Adi Putro minded.


 


Apa nilai plus plus armada gres Garuda Mas ini?


 


Selain berwajah New Marcopolo, dengan kelengkapan standar kelas eksekutif, dibenamkan fasilitas yang ekslusif, yakni kursi pijat. Dua kursi pijat bermerk Ogawa Smartmate ini diletakkan di dalam smooking area, memanjakan penumpang yang ingin melakukan relaksasi, membebaskan diri dari rasa pegal-pegal dan mengendurkan otot-otot tubuh yang tegang.


 


Meski terkesan kursi tambahan dari kapasitas tempat duduk yang ada (28 seat), namun kursi ini tidaklah dijual. Hanya dikhususkan untuk service bagi penumpang.


 


“Kami tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan pelanggan setia kami. Kami akan terus berimprovisasi, agar armada kami semakin nyaman dan berkelas,” janji salah satu petinggi pool Garuda Mas Pulogadung, yang sering dipanggil bos kecil oleh bawahannya. “Untuk layanan istimewa ini, kami tidak membebankan harga tambahan untuk tiket. Free untuk menikmatinya,”


 


Sewaktu penulis berkesempatan merasakan pijatan shiatsu dari robotical massage chair Garuda Mas, memang benar-benar sensasional. Saat tubuh terayun-ayun buaian suspensi bis, tubuh terasa rileks dengan pijatan lembut di sekujur punggung. Darah terasa lancar mengalir dan titik-titik akupuntur yang terstimulus memperkuat sistem syaraf dan otot bekerja. Worth untuk terapi kelelahan yang diakibatkan oleh perjalanan panjang. Layak kalau fasilitas bis-bis AKAP disempurnakan dengan layanan ekstra ini.


 


Tak bisa dipungkiri, lima tahun terakhir ini lompatan prestasi Garuda Mas terbilang spektakuler. Setelah membangunan kemudian mengkokohkan wilayah bisnisnya di daerah timur tenggara Jawa Tengah, perlahan tapi pasti hegemoni PO yang berhomebase di Kedaung Cirebon ini semakin nyata.


 


Soal pemilihan mesin untuk armada terbaru, Garuda Mas aspiratif terhadap karakter penumpang, yang terlanjur berfatwa “mau nyaman ya naik mercy”. Seolah tidak mau berhenti melakukan inovasi dalam menebar pesona kepada penumpang, armada kelas Bisnis dan VIP diupgrade sosoknya, dengan mesin buatan Jerman berkaroseri New Marcopolo Adi Putro.


 


Termasuk penambahan kursi pijat untuk kelas eksekutif. Bahkan, dalam sepengetahun penulis, Garuda Mas adalah bis AKAP pertama di Indoensia yang memberikan fasilitas “wah” ini. Bisa jadi, ke depannya, tren shiatsu on the roads akan diikuti PO-PO lain. Sedang untuk kelas ekonomi, sekarang ini Garuda Mas memberangkatkan hampir sepanjang malam saat weekend. Hampir tiap jam diberangkatkan armada ekonomi plus toilet, dengan beragam jurusan semisal Gemolong, Tayu, Sukolilo, Purwodadi, Blora dan Cepu.


 


Hasil kerja dan tetes keringat segenap keluarga besar Garuda Mas berbuah manis. Faktanya jalur Purwodadi-an telah dihijaukan oleh kepak-kepak sayap burung Garuda.


 


Bagaimana dengan nasib bis B 7582 IW dan B 7583 IW? Downgrade-kah? Dilegokah? Ganti status jadi armada cadangankah?


 


“Garuda Mas akan menambah armada eksekutif untuk Cepu Mas. Akan ada dua armada untuk sekali pemberangkatan. Meski untuk sementara, hanya saat hari-hari ramai penumpang, seperti menjelang weekend, libur sekolah atau lebaran. Rencananya, bis kedua akan berangkat jam 4 sore, baik arah Jakarta atau Cepu. Ini demi menanggapi keluhan penumpang, yang menganggap pemberangkatan Garuda Mas terlalu “siang”, papar Pak Alan, sopir senior yang menerbangkan Garuda Mas flight number 7937 HA, saat armadanya penulis tunggangi dalam perjalanan ke Blora, hari Jumat (17/7) kemarin.


 


Great news!!! Setelah beredar berita Pahala Kencana menutup kelas eksekutif Bojonegoro-Cepu-Pulogadung, lahirlah Garuda Mas yang akan menambal jumlah kursi yang ditinggalkan Si Ombak Biru.


 


 


Garuda di dadaku


Garuda kebanggaanku


Kuyakin hari ini pasti menang…


 


 



Kobarkan semangatmu
Tunjukkan keinginanmu
Ku yakin hari ini pasti menang…

Kamis, 16 Juli 2009

Big Bird; BMC Tandang Ke “Sarang Burung Biru”

[gallery]

Bicara soal transportasi umum di Jakarta, rasanya sebagian besar warga Jabodetabek tak asing dengan nama Blue Bird (Group). Ketenaran nama besar yang disandang Blue Bird tentu tak luput dari kerja keras dan perjuangan tak kenal henti para founding fathers, pewaris sesudahnya dan segenap karyawan lintas generasi, dalam membirukan jalanan ibukota dengan armada taksinya. Dari pengoperasian perdana berupa mobil bemo, raihan prestasi Blue Bird sekarang ini seolah menjadi cerita indah dongeng 1001 malam.  Dengan mencitrakan diri sebagai taksi andalan yang nyaman, aman, friendly, good service dan berorientasi pada kepuasaan pelanggan, membuat taksi ini menjadi pilihan utama para calon penumpang. Alhasil, 50% pangsa pasar kota metropolitan telah dipegang, walaupun perusahaan taksi yang lain tumbuh menghimpit.


 


Meski image Blue Bird  lekat sebagai armada taksi, namun sesungguhnya sepak terjangnya bukan hanya di bisnis per-taksi-an. Dalam usianya yang menapak 37 tahun, usaha yang awalnya dirintis oleh mendiang Ibu Mutiara Djokosoetono SH, kini rentang sayap Sang Burung Biru semakin melebar dan terbang kian jauh. Jangkauan bidang usahanya meliputi Pusaka Group dan Cendrawasih (regular taxi), Silver Bird (executive taxi), Golden Bird (limousine and luxury taxi), Big Bird (charter bus), Iron Bird (expedition truck) dan Restu Ibu (Carrosserie). Bukan hanya jago kandang di bumi ondel-ondel, perusahaan yang berlogo siluet burung biru terbang ini pun go public dalam skala nasional. Tercatat kota-kota besar di Indonesia -- Denpasar, Yogyakarta, Banten, Bandung, Surabaya, Semarang, Lombok, Manado -- telah dirambah. Seolah semakin menegaskan supremasi taksi yang berslogan “kejujuran kunci kesuksesan” ini sebagai  perusahaan taksi terbesar di tanah persada.


 


Dalam rangka menggali sejarah, wawasan dan pengetahuan tentang kiprah dan karir perusahaan transportasi Blue Bird, khususnya manajerial divisi charter bus, Big Bird, pada tanggal 7 Juli 2009 kemarin, Bismania Community (BMC) menyambangi pool Blue Bird di bilangan Mampang, Jakarta Selatan. Selaku wakil manajemen Blue Bird Group, yang hadir menyambut antara lain Bapak Tony Liandouw (Manager Corporate Image), Bapak Teguh Wijayanto ( Head of Public Relations), Ibu Istiqo Jakariyah (Manager Transportation Consultant), Ibu Sabar (Human Resource Development) dan beberapa staf Big Bird. Sedang dari pihak komunitas bismania terbesar di Indonesia, sekurang-kurangnya 20 anggota yang turut bergabung, dimotori oleh Sdr. Prima Wahyu.


 


Bertempat di aula meeting lantai IV head office Blue Bird, tepatnya di Jalan Mampang Prapatan Raya, No. 60, perhelatan “buka jalur silaturahmi” antara BMC dengan Blue Bird Group resmi dibuka. Acara ini sendiri dimoderatori oleh Bapak Tony, agar forum formal berlangsung menarik dan tertata. Sebelum pembahasan mendalam tentang Big Bird, kami diminta memperkenalkan diri oleh pihak Blue Bird, agar komunitas bismania semakin dikenal oleh insan-insan pengelola bisnis transportasi. Tak kenal maka tak sayang. Mewakili para pengurus dan anggota BMC, penulis didaulat sedikit “menguliti” sosok BMC. Meski tidak secara detail,  setidaknya tujuan pendirian BMC, visi dan misi yang diemban, keanggotaan komunitas, serta kegiatan-kegiatan yang membawa manfaat bagi masyarakat transportasi yang pernah diadakan, bisa tersampaikan. 


 


 


Tiba pada inti acara, kami dipandu langsung Ibu Istiqo, selaku manager konsultan Big Bird. Wanita berjilbab ini mengisahkan sejarah pendirian divisi charter bus, Big Bird. PT Big Bird lahir setelah 7 tahun berdirinya PT Sewindu Taksi, nama perusahaan resmi dari Blue Bird, pada tahun 1979.  Cikal bakal Big Bird justru dipantik oleh permintaan JIS (Jakarta International School) yang  saat itu berencana menyediakan sarana antar jemput bagi guru dan staf sekolah. Menindaklanjuti request JIS, akhirnya Blue Bird mencoba-coba bermain di kelas charter bus. Agar mandiri, independen dan tidak campur aduk dengan pengelolaan taksi, divisi ini dibuat terpisah, dengan bendera  PT Big Bird.  Ternyata, kala itu kue untuk charter angkutan massal  masih terbuka lapang, sehingga PT Big Bird serius menggarap peluang ini. Dengan sistem  pengelolaan, pengoperasionalan dan pelayanan mengadopsi divisi taksi yang well managed dan well operated, lambat laun Big Bird makin berkembang. Setelah mendapat suntikan baru dengan digandengnya konsultan transportasi agar PT Big Bird siap dan tangguh bersaing dengan charter bus yang semakin banyak bermunculan, pada tahun 2000 silam nama perusahaan diimbuhkan Pusaka, menjelma menjadi PT Big Bird Pusaka.


 


“Saat ini, kami memiliki ratusan armada untuk bis, terdiri dari bis kecil dengan kapasitas 10/11 kursi, yang kami istilahkan Bravo, bus medium 25 seat dengan kode Delta dan Alpha untuk bis besar, dengan konfigurasi tempat duduk hingga 54 orang.  Khusus big bus, selain piranti keselamatan seperti palu penyelamat, tabung pemadam dan pintu darurat, armada juga dilengkapi fasilitas penunjang yang akan memanjakan penyewa. Semisal AC, Radio Panggil, Tape Recorder, DVD, Microphone, dan TV. Rencana ke depan, akan kami sempurnakan dengan cool box, alat monitor GPS dan Wifi,” papar Ibu Istiqo dengan gamblang.


 


“Kami membatasi usia kendaraan tidak lebih dari 5 tahun, demi meminimalisir hal yang tidak diinginkan akibat umur armada. Sekarang, kami tidak lagi minded dengan mesin dan karoseri tertentu. Semua kami customized sesuaikan dengan keinginan penumpang. Komitmen Big Bird, armada kami harus aman, nyaman, tepat waktu, dengan profesionalitas pengemudi agar tercapai kepuasaan pelanggan”, tambahnya menyuarakan tekat perusahaan Big Bird. 


 


Sesi berikutnya dilanjutkan oleh Bapak Teguh Wijayanto, dengan topik Pengendalian Operasi Big Bird. Secara menyeluruh, Beliau menjelaskan bagaimana proses reservasi, perencanaan, eksekusi dan terakhir evaluasi saat armada Big Bird mendapat purchase order, sepanjang bis keluar markas hingga balik kandang kembali.


 


“Kami menerapkan FIFO (First In First Out), memprioritaskan pembooking yang jauh-jauh hari telah menentukan waktu perjalanannya. Ini memudahkan kami dalam menyiapkan armada dan kru, pemetaan jalan yang akan dilalui dan bisa membantu merekomendasikan tempat wisata dan akomodasi andai diperuntukkan bagi wisata. Bahkan kami bisa melayani permintaan mereka, untuk armada yang dipakai dan kru mana yang hendak dipercayakan”, ujar pria murah senyum ini.


 


“Selama perjalanan, armada akan kami pantau. Baik soal attitude kru, performa kendaraan, pemanfaatan fasilitas armada dan kondisi jalan. Pengemudi kami minta menginformasikan dengan segera bila menemui masalah di jalan, agar kami responsif mengambil langkah antisipatif. Jangan sampai, kenyamanan penumpang berkurang karena kinerja kami,” kata Pak Teguh dengan berapi-api.


 


 


Dan saat rantai acara indoor terakhir, kami mendapat pencerahan dari Ibu Sabar bab pembinaan dan pengembangan SDM, khususnya para pengemudi taxi dan bis. Mulai dari tahap requitment, tes seleksi, pembekalan safety driving dan economic driving, kursus bahasa inggris, reward and punishment atas hasil kerja dan pengembangan karir.


 


“Mereka (pengemudi-pen) ibarat ujung tombak pengelolaan bisnis transportasi. Penumpang adalah sumber pendapatan dan kelangsungan perusahaan. Para pengemudilah yang bertatap muka langsung dalam melayani mereka. Pengurus pool, pejabat direksi dan karyawan kantor tak pernah bertemu penumpang Kalau hanya membandingkan sisi armada, antar perusahaan taxi dan charter bus tak jauh beda. Bahkan untuk taxi reguler, banyak armadanya yang lebih baru dari kami. Namun, kami mempunyai keunggulan dalam membina dan me-menej para pengemudi. Inilah aset kami. Kami tak mau larut dengan banting harga, namun kami harus bisa melayani lebih baik lagi.” jelentrehnya penuh filsuf dalam membagi rahasia mengapa Blue Bird bisa berjaya sampai detik ini. “Kami tak pernah memandang mereka sebagai bawahan atau orang lapangan. Hubungan yang terjalin dalam perusahaan menganut asas kekeluargaan, saling mencintai, toleran, saling asah, asih dan asuh, sehingga terbentuk team work yang kuat untuk maju dan sejahtera bersama.”


 


BMCers pun tampak tekun menyimak kuliah sarat ilmu dari para petinggi PT Big Bird Pusaka tentang dunia usaha di bidang transportasi. Dari uraian panjang lebar dari beliau-beliau, dapat ditarik kesimpulan, kekuatan dahsyat yang menggerakkan roda Blue Bird Group adalah kerja keras, disiplin dan kejujuran, dalam koridor rasa cinta dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Dengan sentuhan moral dan tanggung jawab para pemegang saham, direksi, pengemudi dan karyawan,  kesuksesan pun bisa diraih. Bukan faktor modal dan kedekatan dengan penguasa semata.


 


Layaknya tamu agung, kami sangat dimuliakan oleh keluarga besar Blue Bird. Mereka menerima kami dengan keramahantamahan, kehangatan dan sikap terbuka. Cerminan budaya Blue Bird Families  yang bermurah hati dalam menebar cinta kepada sesama. Sebagai fase penutup, kami diajak makan siang bersama di dalam ruangan dengan menu masakan ala Jepang, dibagikan tanda apresiasi atas kedatangan bismania ke sarang burung biru berupa goodie bag, diberi kesempatan melongok kesibukan yang luar biasa para karyawan di main reservation room dan mendapatkan jalan-jalan gratis menengok pool bis Big Bird di daerah Ciputat dengan armada Skania Big Bird B 7851 XB produk Restu Ibu.


 


Wahai Burung Biru, kepakkan sayapmu lebih lebar, terbanglah makin tinggi. Songsonglah kejayaan yang membentang di angkasa biru…

Garang Asem, Absolutely Garang and Makes You Kesengsem…

[gallery]

Bangunan bercat hijau dominan itu sangatlah sederhana. Sederhana dalam hal penataan ruang, soal penyajian menu masakan dan cara pramusaji melayani tamu.  Tidak terlihat sebuah modernitas. Bahkan kurang cocok kalau disebut restoran, cukup warung atau kedai makan saja.  


 


Namun, dibalik ke-konservatif-an yang masih dipertahankan, jangan ditanya soal traffic visitor. Terlebih di saat jam-jam makan siang ataupun di kala long holiday. Penuh sesak. Konfigurasi kursi yang ditata saling berhadapan dengan kapasitas 50 seat tak akan mampu menampung membludaknya calon pembeli.


 


Apa yang menjadi magnet penarik sehingga tempat ini so special di mata pengunjung?


 


Inilah warung pertama di Kudus yang menjual menu garang asem. Dari istilahnya, orang tentu bisa mudah menebak cita rasa masakan khas kota kretek ini, yakni garang yang berkonotasi pedas dan asem yang merujuk paduan rasa asam (kecut) dan manis. Lokasinya persis di seberang gedung Yayasan Jamaah Haji Kudus, sekitar 500 m ke arah barat dari Kudus Plaza. Kedai makan yang menempati lahan 200 m2 ini bernama rumah makan Sari Rasa. Meski menyediakan beragam menu lain, semisal pindang ayam, soto kudus, nasi rames dan opor ayam, namun garang asem tetaplah menjadi primadona para pemburu kuliner nusantara.


 


Sebagai menu unggulan, kedai yang sekarang dikelola H. Ri’fan ini menawarkan dua pilihan olahan garang asem, yaitu jeroan ayam dan daging ayam. Namun, pilihan terakhirlah yang laris dipesan.


 


Menu ini sewaktu dihidangkan dalam keadaan hangat-hangat kuku, pertanda baru saja diangkat dari kukusan. “Bothok raksana” dengan daun pisang muda sebagai bungkusnya, menebarkan aroma wangi. Saat kemasan dibuka, potongan belimbing wuluh, irisan tomat,  puluhan cabe rawit utuh dan serta 4 sampai 5 keratan daging ayam kampung,  dalam genangan kuah santan menggenapkan komposisi garang asem. Komponen santan inilah pembeda garang asem Sari Rasa dengan menu yang sama di tempat lain. Begitu menggoda air liur sebelum dicicipi.


 


Ditemani sepiring nasi putih, berlaukkan tempe goreng dan es teh manis sebagai minuman penyegar, hidangan ini cocok disantap di saat panas siang sedang terik.  Perpaduan rasa cabe, belimbing wuluh dan tomat muda menghadirkan cita rasa segar, asam dan pedas di indra pengecap.  Tekstur daging ayamnya dijamin empuk, karena pengukusan dilakukan selama 2 sampai 3 jam. Tasty dan mantap. Dengan harga Rp13.000 seporsi, garang asem memang rekomen sebagai target pemuas dahaga wisata kuliner di pantura timur Jawa Tengah. Begitu pas di lidah, begitu nyaman di kantong, begitu cocok di hati….


 


Itulah testimoni singkatku saat singgah di RM Sari Rasa ini. Kudus adalah tempat favorit keluargaku dalam menghabiskan akhir pekan. Dan daya tarik kota di lereng Gunung Muria ini tak akan sempurna  dinikmati, tanpa mengecap sajian wisata kulinernya.

Selasa, 14 Juli 2009

Game V, Menghadapi Permainan Tajam

Menghadapi pemain bermain tajam, ibarat kita menghadapi banteng yang terluka. Hantam sana sruduk sini secara liar. Mesti pandai mencari celah pertahanan lawan yang biasanya semi terbuka.


 



Event "Chess Online, July 14, 2009"]

[White "D12K (1959)"]

[Black "pablojlc(1613)"]

[Result "1-0"]

 

1. e4 e5 2. Nf3 Nc6 3. Bb5 Nge7 4. 0-0 g6 5. c3 Bg7 6. d3 a6 7. Ba4 b5 8. Bc2 d6 9. h3 Bb7 10. Nbd2 Qd7 11. Re1

diagramik34

 

f5 12. a4 fxe4 13. Nxe4 d5 14. Nc5 Qc8 15. Bg5 Nf5 16. Nxe5

diagramik35

 

Nxe5 17. d4 0-0 18. dxe5 h6 19. Bc1 Bc6 20. Bb3 Kh8 21. axb5 axb5 22. Rxa8 Bxa8 23. e6 Ne7 24. Be3

diagramik36

Nc6 25. Qc1

diagramik37

d4 26. cxd4 Nxd4 27. Bxd4 Bxd4 28. Qxh6+ Kg8 29. Qxg6+ Bg7 30. e7+ Kh8 31. Qh5+ 1-0

Senin, 13 Juli 2009

Game IV, Oh Susahnya…

Hmm…susah juga ngalahin lawan yang ber-elo rating di bawah kita. Partai berikut membuat saya nervous, pertahanan hitam sudah ditembus hingga akhirnya putih dibelit krisis waktu.

 

Beruntung, langkah-langkah putih juga tajam, sehingga hitam melakukan blunder setelah mendapat tekanan yang bertubi-tubi.   

 

[White "D12K"]

[Black "klach"]

[Result "1-0"]

 

1. e4 c5 2. Nf3 Nc6 3. d4 cxd4 4. Nxd4 a6 5. c4 e6 6. Nc3 Bc5 7. Nxc6 bxc6 8. Be2 Bb7 9. 0-0 d6 10. a3 Qc7 11. b4

diagramik29

Ba7 12. Bg5 Bb8 13. Qd4 d5 14. f4 f6 15. Bh4 dxc4 16. Qxc4 e5 17. f5 Ne7 18. Bf2 Ba7 19. Bxa7 Rxa7

diagramik30

20. Na4 Bc8 21. Nc5 Qb6 22. Kh1 Qb5 23. Qc2 Qb6 24. Bc4 a5 25. Qb3 axb4 26. axb4 Rxa1 27. Rxa1 g6 28. g4 Qd8 29. Ra8 Qd2 30. Be6

diagramik31

 

Qe1+ 31. Kg2 Qe2+ 32. Kg3 Qe1+ 33. Kf3 Qh1+ 34. Ke3 Qg1+ 35. Kd3 Qf1+ 36. Kc2 Kd8 37. Qc3 h5 38. Qd2+ Kc7 39. Ra7+

diagramik32

Kb8 40. Rxe7 Qb5 41. Qd6+ Ka8 42. Rc7 Bxe6 43. Qxe6 hxg4 44. Rc8+ Rxc8 45. Qxc8+ Ka7 46. Qc7+ Ka8 47. Qa5+ Qxa5 48. bxa5 gxf5 49. exf5 Ka7 50. Kd3 Kb8 51. Nd7+ Kc7 52. Nxf6 1-0

Greater Than Mine…

Bertemu lawan yang memiliki elo rating yang lebih tinggi, selalu ada motivasi tambahan untuk mengalahkannya. Main tanpa beban, nothing to loose. Kalah ya wajar, kalaupun menang, suatu prestasi yang perlu dibold sebagai unforgettable moment.


 


Makanya, di partai berikut, saya all out menghadapinya. Meski ditekan krisis waktu (sisa waktu hanya 1 menit lagi), secara dramatis saya bisa mengatasinya.


 


Event "Chess Online, July 10, 2009"]


[White "dolkorukov (2257)"]


[Black "D12K (1961)"]


[Result "0-1"]


 


1. d4 d5 2. Nf3  Nf6 3. Bg5 c6 4. Nbd2 e6 5. e4 dxe4 6. Nxe4 Nbd7 7. Bd3 Be7 8. 0-0 0-0 9. c4 Nxe4 10. Bxe7 Qxe7 11. Bxe4 Nf6 12. Qd3 h6 13. Ne5 Rd8 14. Rfe1 Qc7 15. c5 Nxe4 16. Qxe4 Bd7 17. Rad1 Be8


diagramik23


18. a3 Rd5 19. b4 a5 20. bxa5 Qxa5 21. Nc4 Qd8 22. Nb6 Rxa3 23. Nxd5 cxd5 24. Qf4 Bc6 25. Rb1 Qa8 26. Qc7 Rd3 27. Qf4 Qa4 28. Qb8+ Kh7 29. Qf4 Rxd4 30. Qxf7 Re4


diagramik24


31. Red1 d4 32. Ra1 Qc2 33. g3 d3 34. Qf8 d2 35. Rdf1 Qc4 36. Rfd1 Qd5 37. f3 Re2


diagramik27


38. Rf1 Qd4+ 39. Kh1 Rf2 40. Rxf2 Qxf2 41. h4 Bxf3+ 42. Qxf3 Qxf3+ 43. Kg1 d1=Q+ 44. Rxd1 Qd1+ 0-1


 

Kamis, 09 Juli 2009

Special One dari Laksana

Tahukah BMCers, ternyata karoseri Laksana pernah mengkreasi satu model spesial, unique dan ekslusif.  Model ini muncul saat tren karoseri tanah air condong ke gaya minimizing over elegance. Pasti bismania tidak asing dan sangatlah familiar dengan aliran kontemporer ini. Berbasis model setra dengan aksen minimalis, yang diperkenalkan pertama kali oleh Adi Putro ber-brandname Sprinter, selanjutnya disusul Tri Sakti, mengusung tag Marcopolo. Laksana sendiri menyebut produk massalnya ini dengan penamaan seperti Adi Putro, Sprinter.


Efi


 Marcopolo-TS


Konon kabarnya, Laksana membuatnya dengan status limited edition, bahkan diklaim satu-satunya unit yang dirilis di pasar. Boleh disamakan dengan kendaraan milik Sultan Hassnanah Bolkiah, Ferrari seri FX. Mobil wah yang mengadopsi  teknologi mesin Flat 12 dari Ferarri Testarossa dan transmisi 7-speed sequential dari Williams BMW Formula 1 team. Sultan Brunei merupakan satu-satunya pemangku mobil hi-tech ini.


 


Mengapa dinilai istimewa dan dianggap “masterpiece”nya Laksana?


 


Kalau diamati secara detail, produk Laksana era pertengahan 2000-an ini, untuk sektor muka, lekuk buritan, sentuhan eksterior samping dan kelengkapan interior sebenarnya tidak jauh berbeda dengan model Sprinter. Namun, yang membuat model dengan ciri khas ornamen curve untuk mempermanis titik pertemuan kaca samping dan kaca pintu depan  ini bernilai tinggi ini adalah soal penamaan produk. Karoseri yang berhome base di Ungaran ini melekatkan nama Columbus untuk mecitrakan model special one kebanggaannya.


SSM 213


 Nah, yang menjadi pertanyaan, apakah Columbus ini adalah Royal Coach SE-nya Laksana Sprinter? Dan mengapa pihak Laksana mempercayakaan special one yang diambil dari nama tokoh penjelajah dunia penemu benua Amerika, Columbus, untuk dibajukan pada armada Sindoro Satria Mas berkode lambung 213 ini?  Bukan PO Sumber Alam atau PO Raya yang dikenal loyalis dan addict to Laksana? :)

French Defence, Finally Demolished

Saban ketemu lawan yang menjawab pembukaan 1. e2-e4 dengan balasan 1. … e7-e6, --mengarahkan ke pembukaan Prancis--, seringkali tercipta posisi yang kompleks dan rumit. Pertarungan akan menjurus frontal, terbuka dan menarik untuk dianalisa.  

 

Partai berikut melukiskan kekokohan pertahan Prancis yang akhirnya runtuh dengan kesolidan posisi putih.

 

Event "Chess Online, July 9, 2009"]

[White "D12K"]

[Black "invisible000"]

[Result "1-0"]

 

1. e4 e6 2. d4 d5 3. e5 c5 4. c3 Nc6 5. a3 cxd4 6. cxd4 Qa5+ 7. Nc3 Nge7 8. Nf3 Nf5 9. g4 Nfe7 10. Bd3 a6 11. Be3 b5 12. Kf1

diagramik17

... h6 13. h4 Bb7 14. Kg2 0-0-0 15. b4 Qb6 16. Qb3

diagramik18

... f6 17. a4 bxa4 18. Rxa4 fxe5 19. b5

diagramik19

... exd4 20. Nxd4 Na5 21. Qa2 Nc4 22. bxa6 Bc6 23. a7 Ba8 24. Rb1

diagramik20

1-0

Rabu, 08 Juli 2009

Catur Contreng

Di saat warga ibukota sibuk nyontreng di TPS, dan sebab DPT-ku jauh di kampung sono, jadinya aku ya golput untuk pemilu capres putaran I kali ini. Biarpun keputusan Mahkamah Konstitusi mensahkan calon pemilih yang hanya bermodal KTP untuk ikut pemilu, tapi ribet ah. Nanti dicurigai yang enggak-enggak. Hehehe...


 


Ah, biar ngga boring saat libur nasional, iseng-iseng main catur online di internet, dengan EO-nya www.chesspark.com. Ketemu lawan sepadan dari sesama Indonesia, yang berdomisili di Banten. Idnya unik, ja-blay. Berharap yang punya nama itu Si Titi Kamal, pembawa lirik lagu Jablay, ternyata bukan.


 


Lewat langkah-langkah yang penuh jebakan dan tipu muslihat, akhirnya aku berhasil menaklukkannya. Inilah partai indah di hari pemilu capres 2009.  


 


 


Event "Online games, July 8, 2009"]


[White "ja-blay"]


[Black "D12K"]


[Result "0-1"]


 


1. e4 c5 2. Bc4 d6 3. Nc3 Nf6 4. h3 e6 5. Nf3 Be7 6. a3 0-0 7. d3 a6 8. Bd2 Nc6 9. g4 b5 10. Ba2 b4 11. axb4 Nxb4 12. Bb3 Bd7 13. g5 Ne8 14. Rg1 a5 15. Nh4 g6 16. f4 Ng7


diagramik12


 


17. Qf3 Qe8 18. Kd1 a4 19. Bc4 Bc6 20. Qg4 d5 21. exd5 exd5 22. f5 diagramik13


 


... gxf5 23. Nxf5 dxc4 24. Nh6+ Kh8 25. Qxc4 Ne6 26. h4 Qd7 27. Qg4 Nd4 28. Qf4 Qe6 29. Re1 Bf3+ 30. Kc1


diagramik14


Nxd3+ 31. cxd3 Nb3+ 32. Kc2 Nxa1+ 33. Rxa1 Bh5 34. Re1 Qb3+ 35. Kb1 a3 36. Bc1 Bg6 37. Re3 c4


diagramik15


38. Qe5+ f6 39. gxf6 Bxf6 40. Qb5 Bxd3+ 41. Rxd3 Qxb5+ 42. Nxb5 cxd3 43. Nxa3 Bxh4 44. Nc4 Rf1 45. b3 Bg5


diagramik16


0-1


 


Exciting Game...!!!

Senin, 06 Juli 2009

Prataan; Mandi Sauna di Tengah Belantara

[gallery]

Dalam perjalanan pulang dari rumah eyang putri-nya Naura di Bojonegoro, kuputuskan untuk mengaspal melalui rute Bojonegoro-Jatirogo-Rembang. Sengaja jalur ini aku pilih karena bisa memangkas jarak Bojonegoro-Rembang dibanding via Cepu-Blora. Memang, kondisi jalanan cukup sempit, namun lumayan mulus karena sebagian besar permukaan jalan sudah di-hot mix. Meski menyisakan kontur bergelombang --karena katakterisitik tanah di sekitar pegunungan kapur yang memanjang mulai dari Lasem-Pamotan-Sale-Jatirogo-Parengan yang labil-- namun  tak signifikan menghambat laju kendaraan. Bis AKAP semacam Pahala Kencana, Tri Sumber Urip, Dali Mas dan Haryanto pun membuka trayek Bangilan-Jatirogo-Jakarta, karena ditunjang infrastruktur yang memadai. Tidak bisa dipungkiri, daerah seputar Senori dan Bangilan adalah salah satu pemasok tenaga kerja informal di Jakarta. Sehingga keberadaan moda transportasi ke ibukota sangat membantu mobilisasi warga di sekitar perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur ini.


 


Sesaat setelah melewati jantung kota kecamatan Parengan, kurang lebih 10 km dari pusat kabupaten yang identik dengan jajanan ledre ini, terlihat papan penunjuk arah bertuliskan “Wana Wisata Air Panas Prataan, 6 km”. Untuk mengobati rasa penasaran akan haus menikmati pesona alam, akhirnya kuarahkan mobil 1300 cc menyusuri jalan kecil yang membelah hutan jati, berbelok ke kanan dari jalur utama. Cuaca siang itu begitu panas karena fase musim sedang menapaki pancaroba, masa transisi dari penghujan beringsut ke kemarau. Dedaunan di ranting-ranting tectona grandis mulai mengering, menguning dan selanjutnya berguguran, tanda perilaku alami tanaman bernilai jual tinggi ini dalam mengakali cadangan makanannya sebagai bekal menghadapi kemarau panjang. Untunglah, angin perbukitan “bersedia” bersemilir sepoi-sepoi, mengeliminir hawa sengatan mentari nan terik. Andai saja saat berada di tempat ini bertepatan musin hujan, pasti kesan hijau, lembab, segar serta teduh yang akan melingkupi acara plesiran keluargaku.


 


Biarpun ketidakramahan alam mengemuka, soal keindahan panorama Parengan tak serta merta sirna. Jalanan yang berliku-liku, dengan sajian bukit yang didominasi vegetasi jati yang tumbuh raksasa seakan menjadi penghibur mata. Terlebih saat melewati perkampungan di tengah hutan, sawah-sawah padi menghijau, mengisi bulir-bulir kembangnya, menyeruakkan asa para petani dengan hasil panenan yang sepadan dengan kerja kerasnya. Tidak seperti daerah lain di sekitar hutan yang biasanya krisis air di kala kemarau datang, air di desa kecil cukup melimpah. Sungai berkelok-kelok yang mengalirkan ratusan kubik air jernih dan anti polusi, ibarat oase di padang tandus lereng bukit kapur. Keberkahan Yang Kuasa tidak pernah memilih tempat, di setiap titik di jagad raya, sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim selalu bertaburan.


 


Tak jauh dari kampuang nan jauh di mato ini, gerbang obyek wisata Prataan berdiri menyongsong.  Petugas membukakan portal sebagai akses masuk, setelah ketebus tiket seharga Rp1.500,00 per kepala dan Rp3.000,00 untuk bea parkir roda empat. Kami langsung di hadang tanjakan tinggi untuk mencapai lokasi sebenarnya. Gigi transmisi hanya berkutat di posisi satu, karena terjalnya lereng. Tidak sampai 100 m dari gateway, pusat wisata air panas Prataan terhampar.


 


Lokasi wana wisata pemandian air panas  Prataan ini terletak di Dukuh Ngaget, Desa Wukirharjo, Kecamatan Parengan, Tuban. Tepat berada di area hutan lindung Parengan, pada ketinggian 400 m di atas permukaan air laut. Hutan jati berusia rata-rata 50 tahun, dengan diameter batang hingga mencapai 2 meter, berjajar di kanan kiri obyek wisata unggulan kota tuak ini. Secara administratif, kawasan hutan ini masuk Kesatuan Pemangkuan Hutan Parengan dan secara pengelolaan dilakukan oleh Kesatuan Bisnis Mandiri Wisata, Usaha, dan Benih Perhutani Unit II Jawa Timur. 


 


Karena daya tarik obyek ini sendiri adalah pemandian air panas, kucoba mencicipi mandi sauna di tengah belantara. Secara total, disediakan 12 bilik kamar mandi, yang dilengkapi kran air panas dan air dingin untuk mengatur level kehangatannya. Mata air sumber air panas ada di sumur kecil yang terletak di samping bilik-bilik ini. Airnya di dalamnya tampak mendidih, bergejolak dan mengeluarkan asap tipis.


 


Dan salah satu kekhasan air panas Parengan, kadar belerangnya cukup tinggi. Pihak pengelola membatasi waktu mandi maksimal 15 menit, mengantisipasi tingginya kadar belerang dan bahaya panas. Terdapat warning high alert bagi yang memiliki riwayat sakit jantung, epilepsi dan ibu hamil. Selain itu, tidak disarankan mandi dengan perut belum terisi.


 


Benar terbukti. Saat kusiapkan air panas di bak kamar mandi, luasan udara seketika berubah pengap dengan bau tajam belerang.  Untuk meredam “ancaman”nya, air panas perlu dipadukan dengan campuran air dingin. Ketika berendam, terasa menikmati mandi uap di tempat sauna. Kehangatan air 50diserati kepulan asap, membuat keringat bercucuran. Air dengan kandungan belerang dipercaya menyembuhkan banyak penyakit kulit, seperti gatal-gatal dan eksim. Selain itu, bisa digunakan sarana relaksasi, menghilangkan kepenatan dari rutinitas harian pengunjung. Itulah sumbangsih alam, yang tak pernah lekang bersahabat dengan penghuninya selama diperlakukan dengan bijak dan berwawasan lingkungan.


 


Disediakan pula fasilitas kolam renang air dingin yang bersumber dari mata air di sekitar lokasi, dengan tiga tingkat kedalaman. Di sini, visitor tak usah khawatir dengan bahaya air panas. Bisa berlama-lama bermain air, dipayungi lebatnya dedaunan di sekitar kolam renang.  


 


Andai kita berkesempatan naik ke lereng lebih atas lagi, terdapat area bumi perkemahan dan kegiatan outdoor. Di saat libur sekolah, tempat ini selalu ramai para petualang alam berkemah, camping atau mengadakan tadabur alam.


 


Dan hebatnya, untuk menikmati semua fasilitas yang ada, pengelola mematok tarif dengan harga terjangkau. Untuk mandi sauna, hanya perlu membayar Rp2.000,00 dan menikmati kolam renang cukup selembar uang seribuan + sekeping uang logam lima ratusan. “Kalau ada yang lebih baik, buat apa bayar lebih”. Mungkin itulah falsafah pengelola dalam merayu calon pengunjung.


 


Sayang, maksud hati ingin berlama-lama bercengkerama dengan kecantikan alam Parengan terhalang rencanaku bepergian ke Jakarta sore harinya. Menjelang waktu dhuhur, kutinggalkan  Prataan Natural Hot Spring ini. Rasa kagum dan bersyukur atas anugrah alam ciptaan-Nya tertengadah dari kekerdilan jiwa insan manusia. Suatu keajaiban alam, sumber air panas keluar dari perut bumi yang jauh dari jalur gunung berapi.


 


Maha Suci Engkau Ya Allah…

Kamis, 02 Juli 2009

Spesies-Spesies Bis Built Up Kota Kembang

Spesies-Spesies Bis Built Up Kota Kembang


Oleh : Bismania Community Bandung



[gallery]

 


Saat ini, tidak banyak populasi bis built up yang beredar di jalanan. Tercatat yang masih rajin mengaspal adalah bis kota PPD, bermesin Mitsubishi, Isuzu dan Hino, beberapa unit Hino milik PO Agra Mas untuk trayek Tanjung Priok-Bogor dan yang akhir-akhir ini menjadi sorotan para penggemar bis, Scania Irizar K9IB yang dipangku oleh PO Nusantara, Kudus. Regulasi yang ketat dan rumit untuk impor kendaraan built up, mengakali para pelaku pasar dengan metode mendatangkan unit bis secara telanjang, hanya berupa chasis berikut mesin. Sedang urusan “baju”, cukup diserahkan bengkel karoseri yang tersebar di tanah air, khususnya Pulau Jawa.


 


Namun dibalik sisa-sisa armada utuh buatan luar negeri yang masih “relatif belum lama”, jika ditelusuri, ternyata ada bis built up yang datang ke Indonesia pada era sebelumnya.




Berbekal informasi dari Mas Adhie Bageur tentang bis bulit up berbentuk seperti toyota buaya berikut nomor ponsel driver-nya, Pak Donald, kami pun berburu keberadaan bis antik ini. Setelah melakukan kontak dengan beliau, kami diijinkan mengunjungi garasi armada jadoel ini, tepatnya di kompleks Universitas Advent Indonesia (UNAI), di Desa Parompong, Lembang,  Bandung


Saat kami memasuki pintu garasi, hanya ada tiga bis yang bagi kami sudah tidak asing lagi, yaitu 1 unit Mercy 306, dan 2 unit Hino RK Built Up. Namun, kami merasa asing dengan keberadaan dua unit bis dengan model era 70-an, yang biasa digunakan sebagai bis sekolah dalam tayangan film asing.

 


 




International Navystar

 


Species langka ini bermesin International, dengan kapasitas mesin 6.000 cc turbo dan mampu menyemburkan tenaga mencapai 170 HP, bertransmisi automatic, memiliki gross weight hingga 12 ton, serta dengan balutan body dari karoseri Navystar. Ada dua unit bis International, dan cuma ada dua di Indonesia. Bis ini buatan tahun 1990, dan didatangkan ke Indonesia pada tahun 1999 (bis berwarna putih bernopol B B7216 NN) dan tahun 2000 (bis hitam, B7019AX). Bis ini merupakan eks kendaraan militer tentara Amerika Serikat saat bertugas di Jepang.




Bis ini menggunakan AC gantung. Blower pendingin udara berada di bawah body bagian belakang. Dengan demikian, tangki solar yang dimiliki juga ada dua, satu untuk solar mesin dan lainnya untuk AC. Namun saat ini AC dalam kondisi mati, karena evaporator AC sudah keropos dan tidak dapat ditangani lagi.


Kaki-kaki depan bis ini sudah dimodif menggunakan komponen mercy, karena rem aslinya kurang pakem. Sementara komponen aslinya disimpan di gudang.


Awal mula kedatangan bis ini ke Indonesia dilatari ketidakmampuan rekotrat UNAI menyediakan armada yang mencukupi untuk antar-jemput tenaga perawat. Akhirnya Pak Yusuf, kepala bagian otomotif, mengajukan bantuan kepada mantan rektor UNAI yang berada di negeri Paman Sam. Kebetulan mantan atasannya tersebut dekat dengan salah satu pejabat militer di Dinas Pertahanan USA.


Sedianya, pihak UNAI akan diberikan bantuan sebanyak 4 unit bis International. Berhubung masih berstatus commisioning, atas permintaan Pak Yusuf, pada tahap pengiriman, akan diterima satu unit terlebih dulu. Baru setelah dinilai “layak jalan”, para kru mulai familiar cara handlingnya serta paham masalah mesin dan perawatannya,  sisanya akan diambil. Namun satu tahun kemudian, armada lain yang akan diambil ternyata sudah dihibahkan ke Yayasan Advent yang berada di Filipina sebanyak 2 unit. Dari satu unit yang tersisa, oleh mantan rektor UNAI ini, kemudian dimintakan bantuan sebanyak 15 unit kendaraann, diantaranya adalah 1 unit International Navystar, 2 unit Hino RK built up dan mobil-mobil lainnya.

 




Bis International yang sekarang ber-livery hitam, pada awal kedatangannya memiliki warna cat seperti bis International yang pertama. Namun karena ada kesalahan pada BPKB dan STNK, yakni tertulis warna kendaraan hitam padahal pada dokumen import tertulis putih, maka oleh Pak Yusuf “disulaplah” bis ini dengan warna hitam. Ini untuk mengakali kesalahan pihak Samsat dikarenakan dalam pengurusan BPKB dan STNK terlalu berbelit-belit.


Pernah Jadi Artis


Bis international ini pernah menjadi artis pada video klip lagu Peterpan “Di Atas Awan”, dan stripping pada dinding bis ini merupakan kenang-kenangan pada saat shooting . Tak sekedar itu, bis ini juga pernah main film “Sumpah Pocong”. Stiker “Eidelweis” merupakan stiker yang digunakan pada saat take picture untuk sumpah pocong. Kami pun tidak mau kalah dengan para produser rekaman, dengan memberi kenang-kenangan stiker yang kami tempel bagian pintu belakang bis langka dan berharga ini.



Hino Built Up sebelum PPD


Selain dua unit International Navystar, di pool kampus juga terdapat dua hino RK bulit up dari Jepang, dengan kapasitas mesin 10.000 cc. Bis ini dirakit pada tahun 1984, datang ke Indonesia bersama dengan bis International yang kedua. Bis ini datang sebelum Perum PPD mendatangkan Hino built up. Pada saat uji KIR di Jakarta, petugas berwenang mengira bis ini adalah milik PPD. Wajar saja, karena PPD sudah melakukan lobi terlebih dahulu dengan rencana menghadirkan bis built up seken untuk memperkuat armada bis kota. Padahal, faktanya bis ini bukan milik PPD, melainkan milik UNAI. Bis milik PPD baru datang 2 bulan setelah bis ini datang.


”Bis ini juga bekas kendaraan angkut para prajurit perang. Hal ini dapat dilihat pada derajat kemiringan jok --jok bersandaran tegak--, dengan fungsi agar penumpang tidak mudah mengantuk,” tutur Pak Yusuf menyampaikan ilmu berantai dari mantan rektor UNAI.


Pada pintu darurat ada sesuatu yang menarik, terdapat foto sebuah kursi lipat yang tersedia di dalam kabin bis. Namun dalam kenyataan barang ini sudah tidak ada. Ternyata kursi ini hilang pada saat proses bongkar di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Tidak hanya kursi yang raib, banyak kelengkapan tambahan yang hilang, satu diantaranya manual book  dari pabriknya, International Navystar. Memang patut disayangkan.

.





Berguru Ilmu dari Pak Yusuf


Sewaktu acara “sowan”, kami mendapatkan banyak ilmu tentang per-bis-an.  Pengetahuan yang sangat berharga adalah ketika mendapatkan ilmu tentang bis International, bis yang hanya ada dua unit di Indonesia. Pak Yusuf dengan senang hati menyambut kami, berbagi ilmu tentang sejarah bis International dan Hino RK built Up.

Yang kami kagumi dari Pak Yusuf adalah pada saat kami tanya, “Bapak disini di bagian apa?”. Dengan rendah hati bapak yang asli Malang ini mengatakan, “Saya disini sebagai kepala otomotif, tapi juga sebagai supir, kadang kernet, montir, tukang cuci. Pekerjaan merawat bis-bis ini adalah pekerjaan saya, Pak Donald dan rekan-rekan disini semua.”

 


“Seorang pemimping seharusnya berada di depan, bukan dibelakang dan berpangku tangan saja. Saat memperbaiki bis saya juga ikut, kadang juga harus “ngolong” sampai rambut ini oli semua,” imbuhnya dengan bijak.


 


Demikianlah sosok armada built up yang dipunya UNAI. Berkat sentuhan dingin Pak Yusuf, Pak Donald dkk, bis-bis ini seakan sehati dengan kemauan dan harapan beliau-beliau. Tetap terawat mesinnya, laik jalan, terjaga kebersihan interior eksteriornya serta lestari keunikan dan eklusivitasnya.  

Rabu, 01 Juli 2009

Smiley Lamp Menuju Meja Hijau

Baru-baru ini, PT Busacc Prima Enterprises, produsen dan vendor aksesoris untuk kendaraan bis di seluruh dunia, mendaftarkan laporan pengaduan di Pengadilan Niaga Jakarta . Korban merasa  terusik, setelah salah satu produknya, yakni rear lamp model smile dijiplak sembarangan oleh PT Busrepair Sejati Limited, sebuah karoseri bis yang berhome base di Kota Solo, Jawa Tengah.


 


Perusahaan asing asal Taiwan ini merasa “lampu senyum” ciptaannya –yang telah menghabiskan gocek yang tidak sedikit untuk research and development, investasi dan promosi-- persis dengan buah olah kreativitas yang dibuat oleh bengkel rumahan spesialis body repair tersebut. PT Busacc menilai, produk barangnya telah dimanfaatkan pihak-pihak tertentu dengan cara mencontek modelnya, meski secara dimensi, bahan dan kualitas jelas jauh berbeda.


 


Kasus perselisihan kepemilikan model produk barang antara perusahaan asing dan lokal ini, bisa jadi menjadi sinyal pertama penegakaan hukum atas Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) di ranah perdagangan yang bersinggungan dengan dunia transportasi darat bis.


 


Memang belum jelas apakah tergugat menggunakan imajinasinya sendiri, atau memiliki itikad tidak baik memdompleng ketenaran ketika menciptakan model rear lamp smiley tandingan. Namun nyatanya, kasus ini telah bergulir dan sedang tahap pemeriksaan oleh aparat pengadilan.


 


Namun semua tuduhan yang dialamatkan kepada PT Busrepair tersebut dibantah oleh kuasa hukumnya, John Nggedhebuz. "Gugatan penggugat tidak dapat diterima," kata John dalam dokumen pembelaannya pada pertengahan pekan lalu.


 


Menurut John, aduan Busacc itu kabur. "Penggugat menyatakan modelnya lebih dahulu dikenal, namun alasan dan atau kriteria keterkenalan smiley lamp itu tidak didalilkan," katanya.


 


Alasan penggugat yang menyebutkan pendaftaran model produk milik kliennya di pelbagai negara telah memberi kesan suatu model terkenal, menurut pengacara handal ini, debatable.


 


Alhasil, genderang perang antara Bussacc dan Busrepair untuk menentukan siapa sebenarnya yang berhak atas “lampu senyum” sudah ditabuh. Masing-masing kuasa hukumnya sudah menyiapkan dalil-dalil dan fakta-fakta hukum ke muka persidangan nantinya.


 


Siapa yang lebih berhak atas model dagang tersebut, akan tergantung pada keputusan hakim Pengadilan Niaga Jakarta.


 


Inilah kedua model Smiley Lamp yang tengah jadi polemik.



 

Versi PT Busacc Prima Enterprises

4

 

Versi PT Busrepair Sejati Limited

LJ

 

:)

Kopdar Kebun Raya Bogor; BMC Punya Mbok Bariyah

Siapa bilang bismania hanya identik dengan armada bis semata? Cangkruk di terminal eta mah biasa. Ngebahas mesin adalah mata kuliah wajib. Bedah karoseri juga seringkali. Apalagi serunya saling share cerita turing, ngga ada bosannya.


 


Ternyata oh ternyata….Bismania punya taste yang lain. Bismania pun aware and care dengan aksi back to nature.


 


Untuk urusan yang satu ini, Bismania Community pantas berbangga memiliki member penggiat alam lingkungan berikut flora dan fauna yang ada di alamnya. Dialah Nick Ayu dan Asman Adi, anggota dari chapter Bogor.


 


Berawal dari ide mereka berdua untuk meng-host sebuah acara dengan kemasan yang berbeda, setelah melalui tahap pertimbangan, discusing, hearing dengan pengurus, hingga ketok palu untuk end decision, terbitlah SMS Broadcasting, “Kopdar BMC sambil makan rujak di Kebun Raya Bogor, tanggal 21 Juni 2009. CP : Nick Ayu”


 


Hiruk pikuk kehidupan hari Kota Bogor yang mulai menggeliat, menyambut kedatangan para bus lover dari segala penjuru mata angin. Kampung Rambutan, Serang, Tanjung Priok, Bekasi, Pulogadung, Cikarang bahkan Bandung. Sebagai meeting point dipusatkan di Botanical Square Pool Damri Baranang Siang. Tercatat 20 member mengcontreng absen kehadiran, menggenapkan bukti bahwa simpatisan Bismania Community cukup solid, menjunjung tinggi nilai pertemanan, penuh pengorbanan dan concern terhadap kelangsungan komunitas.  


 


Dalam rombongan besar, langkah kaki kami arahkan menuju pintu IV entry gate ke Kebun Raya Bogor (KRB), melewati tugu kujang yang tegak berdiri di Jalan Padjajaran. Meninggalkan Asman Adi yang sebelumnya diserahi tugas berbelanja buah sebagai bahan rujakan dan mengemban amanat sebagai pembawa amunisi dan perbekalan perang.  


 


Belum sampai masuk ke lokasi wisata, dikomandoi makhluk yang paling ayu, gerakan narcisme para calon perujak pun merambat muncul. Tak kenal tempat, tak kenal waktu dan tak kenal situasi. Di bangunan dome ala eropa, kita langsung mengabadikan momen berharga ini dengan berfoto-foto ria, dibawah jepretan tukang foto amatiran, Aam Bule.


KRB Dome



 

Puas berpose manis dan memajang camera face, kami ditodong Ibu Ketum Rujakan untuk menyerahkan sejumlah uang demi menebus tiket masuk dan sedikit sumbangan untuk mengisi kas. “Tamu bukannya dilayani, malah melayani tuan rumah, “ gerutu kami. (Hehehe…piss ya Nick.)


 


Dan di area pintu masuk ini, kami menjadi saksi keakraban dua sejoli yang selalu seiya sekata, diam-siam mesra dan menebarkan aura romantisme anak muda. So sweet…Terlihat mata Mas Yudi menerawang jauh ke awang-awang sesaat setelah menyaksikan adegan yang pernah dikecapnya masa silam. Alam ingatannya teringat kampung halaman di Malang. Mupeng ya Mas?


 


Hasil dari bujuk rayu Nick yang penuh hiba kepada petugas loket, kami beruntung dikenai tarif tiket batas bawah seharga Rp9.500,00,-seharusnya Rp11.500,00 untuk weekend-. Kami langsung dihadiahi teduh dan hijau daunnya pepohonan koleksi Kebun Raya Bogor. Hawa cukup segar, sejuk dan kaya O2, beda jauh dengan aroma solar, CO2 dan pengapnya udara di area terminal bis yang seolah menjadi konsumsi wajib hidung para bismania. Benar apa yang dikata Mas Fathur, bahwa inilah saatnya kita mencuci paru-paru  yang penuh polutan, untuk direfresh dengan udara bersih sebagai detergen-nya.


 


Saat berjalan di depan Café Dedaunan yang terletak di dalam kawasan peninggalan CGK Reinwardt ini, kami mendapat kabar bahwa sesepuh dan dewan pembina BMC, Om Harsono-nama online Blegur- dan Om Arga-momod milis- sedang final approaching menuju KRB untuk merapat.


 


Jadilah, masa iddah (tunggu) ini kembali diisi untuk mengekspresikan sifat narcis dan keganjenan. Kembali kami berfoto-foto dengan aneka gaya, cocok dijadikan model dadakan untuk sampul majalah dunia supranatural.


KRB Band


Tak selang lama, Om Blegur and family dan owner PO Mas Arga (bukan Agra) dengan istri tercintanya datang bergabung. Sekian lama tidak bersua sesepuh BMC, kami pun bersuka cita. Bagaikan anak ayam bertemu induknya. Kami merindukan wejangan dan nasehat dari beliau, untuk meng-assist langkah-langkah kami ke depan dalam memajukan komunitas.


 


Beramai-ramai kami menelusuri jalan-jalan kecil di dalam Kebun Raya, menikmati lukisan alam buatan yang disajikan. Ratusan pohon besar khas hutan tropis berumur seabad lebih tinggi menjulang mencakar langit, diseling dengan vegetasi flora dari keluarga palm, bamboo dan aneka bunga. Terlihat teratai raksasa yang konon mampu menahan beban anak kecil menghampar di atas kolam di depan café. Tak terhitung beragam satwa burung terbang dan hinggap di dahan-dahan pohon, menambah indahnya panorama pagi di Kebun Raya.


 


Dalam kacamata bismania, kami membayangkan andaikata terminal bis berkonsep 2 in 1, ruang hijau dan terminal dalam satu lahan, alangkah impresifnya program pembangunan saat bertema ramah lingkungan dan turut andil men-slow down pemanasan global. Kapan ya angan-angan liar ini terwujud?


 


Setelah dirasa cukup menggerakkan raga dan memacu kerja jantung untuk mengalirkan oksigen ke pembuluh-pembuluh darah, kami pun berhenti di tepian telaga Gunting. Menikmati gemiricik air mancur di telaga dengan background istana Bogor, kami menggelar lapak sederhana. Suasana di pinggir telaga cukup ramai, mengingat saat itu hari minggu dan bertepatan dengan musim liburan sekolah.


 


Neng geulis ini pun berubah peran menjadi Mbok Bariyah, si penjual rujak asal Pulau Madura. Sedang yang lain duduk manis, ngobrol ngalor ngidul, debat kusir bahkan perang opini dengan topik pembicaraan yang tidak OOT dari bis. Dibantu Mas Wahyu, Asman, Mas Yudi, Mas Awig, dengan cekatan cucu Ronggolawe ini menyiapkan hidangan pemanja perut kami yang mulai didera rasa lapar. Mulai mangga, nanas, mentimun, bengkoang, dan jambu air dikupas dan diiris kecil-kecil. Siang-siang begini, air liur siapa yang tidak menetes dihadapkan dengan menu rujak petis. 


KRB Rujak


Tak perlu waktu lama,-karena bumbu sudah homemade by istri Mas Wahyu dan Nyonya Mas Aziz-, menu rujak yang dinamai “Rujak Special BMC ala Cah Ayu” terhidang. Kami langsung menyerbu Cah Ayu…eh rujak bumbu kacang untuk membayar  air liur yang mulai mengering. Bergantian jari jemari kami mencomot irisan buah segar yang ada. Agar aspiratif dengan selera lidah, disediakan tiga opsi untuk bumbunya, pedas, manis dan original.  Dalam acara kumpul-kumpul, pasti sesi makan-makan adalah puncak meriahnya acara. Demikian pula berlaku untuk Kopdar Kebun Raya ini. Dalam sekejap, sajian ludes tak tersisa. Pedas, asam dan manis saling berpadu.


KRB Makan



 

Laris manis tanjung kimpul, yang jual manis, pujian terkumpul… 

 

Inilah indahnya kebersamaan dan buah sense of belonging terhadap komunitas yang ditunjukkan member BMC. Meski berbeda status sosial, asal daerah, profesi, suku, ras dan warna kulit, dengan tali simpul yang bernama hobi bis, nyatanya cukup kuat untuk mengikat kami dalam komunitas bismania.


 


Dari sekedar acara makan rujak, sejatinya sebuah kebersamaan besar Bismania Community  sedang kita pertontonkan.


KRB Telaga



 

Bogor sweet Bogor…

21 Juni 2009

BMC Jelajah Bumi Rembang (2); Geliat PO-PO Kota Garam

Mutiara dari Timur itu Bernama “Subur Jaya”


 


“Selamat siang, tamu dari mana ini?”, sapa Om Kenang saat kami beramai-ramai memasuki kantor PO Subur Jaya yang berlokasi di Jl. Pemuda No. 31A Rembang.


 


Sebagai tamu, kami pun mengenalkan diri beserta komunitas BMC dan menjelaskan maksud serta tujuan kunjungan ke PO Subur Jaya.


 


Kami sendiri ditemui Om Kenang dan adiknya Om Ari selaku tuan rumah, saat bertandang perdana ke pool. Mereka berdua adalah penggiat otomotif dan penggila modifikasi kendaraan. Sekarang ini, keduanya saling bahu membahu menggawangi pucuk pimpinan secara kolektif PO Subur Jaya. 


 


“Wah, ternyata ada komunitas bismania Indonesia. Dan banyak lagi anggotanya. Hmm…tapi sayang, semua armada kami sedang jalan wisata. Mau tidak, kami ajak melihat armada terbaru kami? Baru tiga hari kami ambil dari karoseri. Hanya inilah yang tersisa, karena sedang menunggu surat-surat resmi dari samsat keluar. Kalau berkenan, mari langsung ke garasi belakang saja!” ajak Om Kenang yang disambut suka cita rombongan BMC. Siapa yang tidak tergiur ditawari penampakkan armada baru.


 


Dan yang membuat kami takjub, sosok Hino RK8 dibalut busana Marcopolo buah karya Adi Putro masih fresh from oven, kinyis-kinyis dan wetlook serta plat nomor masih berlatar warna putih. Sangat-sangat menawan dan memanjakan indra penglihatan.


Armada Subur Jaya



 

“Inilah armada kedelapan kami yang baru Mas. Armada kami sebelumnya campuran, mulai Hino RK8, MB 1525 dan XBC-1518. Dan rencananya, tahun ini kami akan membeli 4 atau 5 unit lagi, karena kami selalu kekurangan bis akibat order yang melimpah untuk wisata,"  jelas Om Kenang. "Namun, tinggal dua pilihan mesin. Untuk XBC-1518, saya menilai lemah power, kurang tenaga dan minim dalam hal kenyamanan. Apalagi ditugaskan untuk wisata yang membawa penumpang bisa sampai 60 orang, Mercy ini kurang bisa diandalkan." 


 


“Untuk urusan karoseri, untuk bis baru kami percayakan kepada Adi Putro dan Morodadi Prima. Adi Putro unggul soal model, finishing dan kerapihan interor, sedang Morodadi menang dalam handling kendaraan saat dikendarai, kekokohan dan life time,” imbuhnya.


 


Kebetulan PO Subur Jaya masih satu kampung dengan penulis. Di tahun 80-an, cikal bakal Subur Jaya diawali dari bisnis angkutan dengan membuka rental kendaraan, dengan armada Mitsubishi jenis station wagon. Usaha awal didirikan oleh Kim Swie, ayah Om Kenang dan Om Ari. Kemudian berkembang dan terus mendiversifikasi usaha hingga angkutan micro bus Rembang-Blora dan medium Bus Sarang-Tayu. Ditopang bisnis lain berupa toko bahan bangunan, warung fotokopi dan alat tulis kantor, dan bisnis jual beli mobil bekas, sekarang bisnis Kiem Swie semakin menggurita di kota garam.  Dan seakan tidak puas dengan raihan bisnis yang telah ada, Subur Jaya mendirikan usaha big bus.


 


PO Subur Jaya baru berdiri pada tahun 2007. Armada terbaru pertamanya adalah MB OH 1525 model Setra Selendang Adi Putro. Tidak hanya menyandarkan unit baru, Om Kenang juga rajin menyambangi leasing yang menangani bis-bis bermasalah dalam pembayaran dan selanjutnya dibeli secara lelang. Harga yang didapat jauh lebih murah daripada membeli dari pemilik PO langsung. Hasilnya, satu persatu armada seken datang untuk memperkuat jajaran “amunisi”nya. Dan yang membuat kami mengacungkan jempol, bis-bis barunya pun di-costumized dengan kemewahan dan kenyaman armada. Tidak ada bis yang asal jalan, semua telah disulap dengan taste yang berbeda dengan bis lain. Dalam rentang dua tahun, sudah 20 bis besar yang digenggam. Belum termasuk armada medium, bis kecil dan sejumlah L300. Tak salah, kalau PO ini disanjung ibarat sang fenomenal.


 


“Kami tidak akan setengah-setengah mengelola PO Mas. Kami bosen otak atik mobil-mobil kecil, mainan kita sekarang kendaraan besar (baca : bis),” tekat Om Ari dengan bangga.


 


Kami pun mengamini semangat beliau, saat dipertontonkan armada barunya. Karoseri berkelas Royal Coach SE, dengan tambahan modifikasi berupa rangka support yang melekat pada chasis agar kendaraan tidak limbung, seperti yang dikeluhkan sopir saat membawa Hino edisi terbaru ini. Dengan corak bodi laksana colourmark telkom fleksi, yang menggugah hasrat dan selera bepergian bersamanya.


 


Saat menjajal piranti audio visual, kami tambah berdecak kagum. Suaranya menggeledar tapi tetap lembut di telinga. Setingan audio begitu pas dengan dimensi kabin dan media peredaman berfungsi secara nyata. Perlengkapan power audio, penambahan kapasitor bank hingga penempatan speaker dihitung secara cermat hingga menghasilkan kualitas suara yang jauh di atas standar, melebihi ekspektasi penumpang itu sendiri. 


Subur-Jaya-Interior


Dan sesuai janji Om Ari, nantinya semua armada terbarunya memiliki spesifikasi minimal seperti armada “Green Fleksi” ini. Untuk yang bermesin Hino, ke depannya semuanya akan dibenamkan piranti balon udara (air suspension) untuk menunjang kenyamanan.


 


Saat kami singgung tentang langkah bisnis ke depan, terutama rencana membuka bis AKAP reguler, Om Kenang menjawab dengan realistis.


 


“Sementara kami concern ke pariwisata Mas. Itupun kami masih keteteran menyediakan armada. Agen-agen wisata mulai dari Semarang, Kudus, Purwodadi, Tuban hingga Solo banyak yang telah menjalin kerjasama dengan kami. Kami sendiri tak pernah membayangkan, dalam jangka waktu dua tahun, nama kami telah dikenal luas. Justru ini semakin melecut kami, untuk selalu memperbaiki pelayanan yang kami berikan,” katanya berapi-api.


 


“Nah, beruntung ada BMC datang ke sini. Open saja, kami telah mengantongi ijin trayek Bangilan-Jakarta dan Cepu-Jakarta. Cuma kami tidak mau gegabah terjun ke bisnis AKAP. Kami sadari, bis wisata juga ada musim sepinya, demikian juga bis reguler. Kami ingin memadukan dua usaha ini, saling bergantian untuk mengisi. Kami masih perlu waktu. Kami balik menodong BMC, apa masukan, gagasan dan saran buat PO Subur Jaya dalam persiapan merambah pasar bis malam? Kami paham soal teknis kendaraan tapi kami buta dengan kondisi di lapangan!” tantangnya saat mengakhiri kunjungan kami. 


Subur-Jaya-Foto Bersama


Berikut ringkasan testimoni beberapa member BMC sesaat setelah kunjungan ke PO Subur Jaya.


 


Mas Hary : Ini bukan sekedar PO, ini sebuah kesempurnaan


Mas Indra : Kalau nanti nge-line, bisa membuat ketar ketir PO lain dan pasar penumpang bakal terkoreksi


Mas Ferry :  Ck…ck…ck…pesona bis-bis Plat K tak pernah ada habisnya.


 


Akankah mutiara terpendam dari timur ini akan menggeliat muncul ke permukaan?


 


Akhir Penjelajahan


Menjelang waktu ashar, rangkaian acara BMC Jelajah Bumi Rembang pun berakhir. Setelah setengah hari bertemu, kami pun berpisah, kembali dengan kepentingan dan keperluan masing-masing.


 


Konklusi yang kami dapat, hasil didikan alam Rembang yang keras dan panas, melahirkan sosok pengusaha bis yang handal, mumpuni dan tahan banting, seperti yang ditunjukkan Bapak Paryono, Om Kenang dan Om Ari.


 


Semoga kembali berjaya PO-PO Plat K xxxx D, berprestasilah selayaknya kejayaan yang pernah dicapai PO Artha Jaya puluhan tahun silam!   


 


 


Rembang, 14th  June, 2009 


Unforgettable moment with BMC.


 

BMC Jelajah Bumi Rembang (1); Geliat PO-PO Kota Garam

Hawa segar semilir angin dari puncak Argopuro dengan ramah menyapa rombongan Bismania Community (BMC) saat menjejakkan kaki di pusat kota Lasem.  Kota kecamatan di sebelah timur Kota Rembang ini sengaja dipilih sebagai tujuan kunjungan BMC, karena Lasem turut memberikan andil sejarah bagi perkembangan dunia transportasi darat di tanah air. Kota yang berjuluk “Litle Cantoon”  merupakan tempat kelahiran PO yang cukup legendaris, yaitu PO Artha Jaya, PO Indonesia, PO Kaloka serta PO Tri Sumber Urip, disamping angkutan ekspedisi, Hasil Lasem.  


 


Berawal dari chatting room antara penulis dengan Mas Hary Budi Wijaya saat membahas caper Ada Cerita dari Balik Gubuk Derita, akhirnya terbesit niat kami berdua untuk “mengetuk pintu”, bertamu ke pool PO Tri Sumber Urip (TSU). Bukan hal yang sulit, sebab arek Suroboyo ini memiliki kemudahan akses dengan owner TSU karena tidak lama lagi Mas Hary akan menjadi bagian dari keluarga besar PO TSU.


 


Setelah mendapatkan permit dari pemilik TSU, meski “proposal kunjungan” hanya secara lisan, kami sepakat menaikkan acara dadakan ini menjadi agenda kegiatan BMC, khususnya BMC Jateng Utara (Jatut). Bak gayung bersambut, Mas Ferry selaku Ketum BMC Jatut merespon dan memasukkan kunjungan ke TSU ini sebagai gawe resmi BMC.


 


Berdasar persetujuan dari pihak TSU, acara ini  dihelat pada hari Minggu, tanggal 14 Juni 2009.


 


Tri Sumber Urip, “Survive” Berkat Persaingan


 


Pintu gerbang bercat hijau pudar seakan hangat menyambut langkah kaki kami ketika memasuki areal pelataran pool TSU yang berada di pinggir daerah pecinan, Karangturi, Lasem. Sebelumnya kami sempat diwanti-wanti Bapak Paryono-selaku pemilik TSU- via Mas Hary, bahwa kemungkinan besar kami kurang beruntung menangkap fisik armada TSU karena sowan kami menjelang musim liburan sekolah, sehingga banyak bis yang di-charter wisata. Namun, Dewi Fortuna memayungi kunjungan kami. Tampak tiga armada TSU sedang standby, masing-masing bis bumel Lasem-Semarang yang dikaryakan sementara untuk pariwisata berbaju Laksana tipe Panorama, bis AKAP Tuban-Jakarta berwajah Sprinter produk Laksana dan “Si Pinky” dengan kostum Jupiter Li sentuhan Karoseri Tentrem.


 


Pertama kali, kami diterima oleh Om Ang dan Pak Kasimin, yang berprofesi sebagai mandor lapangan. Dalam acara ramah tamah dengan wakil TSU, kami mendapatkan informasi bahwa sekarang ini, kekuatan armadanya mencapai 40-an unit, meliputi 18 unit bermesin Hino baik dari generasi AK, RG hingga RK8 dan selebihnya Mercedes Benz, mulai era OH King, OH Intercooler dan “armada generik”, XBC-1518. Bahkan, Om Aang membeberkan berita, bahwa TSU sedang menunggu kiriman chasis MB 1525 dari pihak dealer MB.


 


Keponakan dari owner TSU juga menambahkan, saat ini pengoperasian bisnis angkutan bis tinggal menyisakan trayek bumel Lasem-Semarang, AKAP Bangilan/Tuban-Jakarta serta divisi pariwisata.


 


Tak berselang lama, seorang Bapak nan bersahaja datang dengan sepeda motor butut. Penampilannya pun sederhana, mengenakan kaos kasual dan beralas kaki sandal jepit. Kami dikenalkan Pak Kasimin, bahwa beliau adalah Bapak Paryono. Kami tak menyangka, sungguh low profil, sederhana dan jauh dari kesan seorang bos PO.  Beliau tak segan berbaur dengan karyawannya di pool dan turun langsung di lapangan.


 


Setelah berjabat tangan dan perkenalan, kami pun menjelaskan maksud kunjungan, mempromosikan BMC dan menjalankan salah satu misi BMC yakni menjalin kerjasama dan berpartner dengan para pemilik PO. 


 


Bapak Paryono, yang kerap dipanggil Koh Tho (baca : do) dengan antusias menjamu rombongan BMC.


Owner TSU





 

“Saya kaget saat Mas Hary menyampaikan rencana, dia dan teman-temannya berkunjung ke TSU. Ya…maklum, kondisi pool kita acak-acakan dan kotor begini. Jauh dari bayangan teman-teman Bismania, pool yang bersih, rapi dan tertata. Kita sedang melakukan renovasi bangunan ini. Harapan saya, semoga nanti saat kunjungan berikutnya, pool ini semakin cantik”, paparnya dengan gaya bercanda.


 


Seperti yang dituturkan, awal rintisan usaha TSU adalah bisnis angkutan truk barang yang didirikan oleh ayahanda Koh Tho. Pada tahun 1976, oleh Koh Tho, perusahaan ekspedisi dilebarkan sayapnya merambah usaha angkutan bis dengan nama PO Sumber Urip. Armada yang dipunya saat itu adalah Ford tipe D yang berbodi kayu dan melayani jurusan Kudus-Surabaya.  Jalur Pantura kala itu masih sepi dari hingar bingar persaingan bis. Kompetitornya hanya PO Marsadam, Indonesia, Adam dan Kaloka. Semua bis hanya beroperasi siang, karena belum jamak lumrah penumpang bepergian malam hari. 


 


Langkah selanjutnya adalah penambahan armada dengan Mercy LP 911. Termasuk saat di-launching OF 1113, TSU termasuk PO pertama yang  mencicipi.  Tak bisa dibantah, saat itu TSU boleh berbangga diri, karena inilah PO dengan trayek pendek pertama yang memakai mesin buatan Jerman dilengkapi dengan pendingin udara. Lebih maju selangkah dibanding dengan PO Artha Jaya, bis malam Lasem-Jakarta, yang belum mengaplikasikan Air Conditioned (AP). Dengan tambahan armada ini, trayek baru pun digulirkan, yakni Lasem-Tegal. Puas mencicipi armada Mercedes Benz, di tahun 1982, TSU mencoba pertaruhan dengan melirik Mesin Hino seri mesin BX.


 


“Sejak itu, kita hanya mengandalkan mesin Hino dan Mercy. Dahulu, saya sengaja mengadu dua mesin ini, dan kesimpulannya, ada nilai plus serta minus. Demikian pula untuk urusan karoseri. Kami telah merasai buatan Morodadi Prima, Laksana, Tri Sakti dan Tentrem. Tentu dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.  Kami tengah menjajaki karoseri Rahayu Sentosa untuk unit teranyar. Yang saya dengar, pengerjaannya tidak terlampau lama dan secara model, saya juga suka, luwes dan elegan, apalagi yang model Evolution. Kami ingin, sebelum lebaran, armada baru kami sudah siap”, ujarnya berbagi ilmu dan wawasan secara terbuka kepada BMC, berbekal pengalaman selama 30 tahun lebih menangani PO kebanggaannya.


 


Seiring berjalannya waktu, PO-PO bermunculan dan karena kekurangsinergian antar propinsi dalam  pengaturan jam keberangkatan bis dari terminal, membuat persaingan trayek Kudus-Surabaya tak terkendali.


 


“Contohnya bis saya yang telah mendapatkan prime time, jam-jam bagus. Tahu-tahu PO dari propinsi lain mendapatkan trayek dengan jam yang nyaris sama, bahkan hanya beda satu menit. Kita dipepet depan belakang secara rapat, sehingga feeling saya, terjadi persaingan tidak sehat. Apalagi TSU ini terhitung PO kecil, sehingga susah bertahan dalam desakan PO besar. Senasib pula dengan bis bumel Lasem-Semarang sekarang ini, yang tak kebagian penumpang. Semua diseser bis AKAP Surabaya-Semarang. Kami tetap paksakan jalan, karena saya juga harus memikirkan nasib kru bis. Soal keuntungan tidak perlu dibicarakan,” kenangnya dengan ekspresi muram.


 


“Akhirnya kami memutuskan menutup trayek Surabaya dan membuka trayek Jakarta di akhir tahun 1990. Dan nama Sumber Urip kita imbuhkan kata Tri di depannya, menjadi Tri Sumber Urip. Sebagai penanda, tahun itu kita tampil dengan semangat baru. Itupun sebenarnya langkah nekat, karena jalur tersebut juga telah dijejali trayek PO lain. Bisnis bis pun tak kalah sengit. Kalau tidak membunuh, ya bakal dibunuh. Namun saya yakin, selalu ada jalan dalam sengitnya persaingan,” tandasnya penuh optimis.


 


Bisa dinilai, periode saat ini adalah masa keemasan PO TSU. Setelah mengakuisi trayek dan armada tetangganya, PO Artha Jaya dan PO dari Tayu, Pati, Madu Kismo, dua tahun ini, PO ini rajin meremajakan armada lamanya dengan pembelian bis-bis tambahan, baik yang 0 kilometer maupun bis seken. Divisi pariwisatanya juga sedang berkibar. Banyak agen dan biro wisata menjadikan TSU sebagai mitra dalam menyediakan armada untuk paket wisata yang ditawarkan. Terlebih sekarang livery PO yang memiliki karyawan hampir mencapai 100 orang ini makin eyecatching dengan label “Pinky”, merayu mata calon pengguna jasa TSU, ikon moderen “kota dua budaya” ini.   


 


Kami pun dipersilahkan untuk menjelah isi pool dan melihat detail armada yang sedang “off tugas”. Kami tak melewatkan kesempatan ini dengan berfoto bersama, mencumbui armada dan memasang sticker BMC di armada TSU. Di hangar raksasa yang sedang tahap dibangun, kami menyaksikan sebuah armada model Celcius RS eks PO Efisiensi yang sedang menjalani proses air brushing, ganti stripping.


Foto Bersama Owner TSU


 


Di ruang belakang, kami menemukan chasis armada jadoel yang dipakai PO Artha Jaya dan beberapa bangkai komponen bis. Seolah melukiskan rangkaian waktu nan panjang dalam menemani kiprah PO TSU dalam kancah bisnis angkutan bis di bumi Jawa.


 


Saat kami berpamitan, ada perasaan bangga dan satu ucapan kata “salut” yang pantas dialamatkan kepada PO TSU. Meskipun PO dengan status medioker yang dimiliki orang kampung, tapi cara Om Tho menangani perusahaannya dengan penuh totalitas, pantang menyerah dan tak gentar menghadapi ketatnya persaingan dengan usaha sejenis, membuat kami  menyanjungkan apresiasi, bahwa Bapak Paryono layak ditokohkan menjadi pengusaha bis yang sukses mempertahankan kerajaan bisnisnya.


 


 


Lontong Tuyuhan, BMC meng-klik www.selalulapar.com.


 


Perlahan tapi pasti, hari merambat siang. Dan saat itu kami harus aspiratif terhadap tuntutan perut yang berangsur berteriak, “Lapar…!!!”. Perjalanan rombongan BMC diarahkan ke tempat wisata kuliner Kota Lasem, yaitu lontong tuyuhan. Wisata PO takkan lengkap tanpa wisata kuliner. Begitu dalih kami.


 


Di kedai nan sederhana yang terletak di kaki bukit Bugel, Lasem, di tengah areal persawahan dan kebun tebu, rombongan BMC mencicipi warisan masakan jaman Sunan Bonang saat menyebarkan ajaran Islam di daerah pantura timur Jawa Tengah.


 


 


Sedikit menginformasikan. Sebenarnya, lontong tuyuhan tidaklah jauh berbeda dengan opor ayam. Kekuatannya berada pada kuah santan yang lebih kental, gurih dan pedas hasil olah tumis cabai merah dan jahe, dengan sedikit tambahan kecap manis, serta perpaduan rasa rempah-rempah kemiri, bawang merah, bawang putih, lengkuas, kemiri, ketumbar, kencur, pala, dan kunyit.


 


 


 


Namun, dengan menikmatinya sambil berwisata alam, menghadirkan citarasa dan kelezatan yang lebih dengan opor ayam biasa.


 


“Maknyuss…” komentar Mas Ferdy, BMC dari Kota Pati, saat selesai melahapnya.


Selalu Lapar


 


Dalam suasana menyantap lontong tuyuhan yang kenikmatannya khas dan unik ini, kami semua berembug dan spontan lahir gagasan untuk berkunjung ke PO fenomenal “Subur Jaya”.