Senin, 22 Februari 2010

Aik, Secarik Tiket Selarik Makna


Sinaran surya begitu terik membakar bumi pantura saat laju kendaraan roda dua berhenti di areal parkir yang terhampar memanjang di tepi Jalan RA. Kartini, Kota Rembang. Pengendara motor bersegera turun lalu berjalan tergesa-gesa ke arah emperan ruko, menghindar dari sengatan panas pancaroba. Langkah kakinya berakhir di sebuah toko yang dituju.

“Siang Mas. Ke Pulogadung apa Rawamangun sore ini?” sapa seorang gadis berambut ikal dengan tutur lembut, penuh keakraban dan seakan hapal dengan keperluan “tamu agung” yang baru saja datang.
“Rawamangun masih ada, Mbak?” tanya lelaki muda itu dengan peluh yang masih membasahi kulitnya..
“Satu saja kan, Mas?” balasnya kembali.
“Seperti biasa, Mbak.”

Bergegas diraihnya microphone radio repeater di pojok meja kerjanya.

“Mbak Ika…Mbak Ika…”
“Mbak Ika…Kantor Kudus…”
(“Masuk…Masuk…Yang panggil Kudus masuk…”)
“Mbak, Rembang minta satu tujuan Rawamangun untuk hari ini…”
(“Copy…copy…Rembang nomor kursi 9 kode NS 19”)
“Baik Mbak. Terima kasih.”

Diambilnya secarik tiket kosong dari balik laci, ditulis di dalamnya dengan detail nama dan alamat penumpang, tujuan perjalanan, kode armada, posisi seat, jam keberangkatan, serta harga yang telah fix dibandrol.

“Ini tiketnya, Mas. Untuk nomor bus-nya, nanti menjelang berangkat ya, Mas,” seraya menyerahkan selembar bukti transaksi, sesaat setelah pembeli menebusnya dengan sekian rupiah.

Demikian sepenggal cuplikan percakapan antara calon penumpang, Mbak Aik (panggilan akrab gadis tersebut) dan kantor pusat Kudus, yang menggambarkan mata rantai alur proses ticketing bus malam AKAP PO Nusantara. Lewat jasa radio panggil, komunikasi serta kerjasama antara agen daerah dengan main central ticketing terhubung dan terjalin. Baik dalam hal pembelian tiket, booking tempat, penentuan jatah kursi dan pengaturan seat bagi penumpang.

Sudah dua tahun ini, gadis murah senyum yang bernama lengkap Farida Ariani ini menggawangi bagian tiket PO Nusantara chapter Rembang. Bertindak sebagai ujung tombak dalam menjaring calon penumpang. Raut wajah dan warna bicaranya tentu tak asing bagi pelanggan PO terbaik Jawa Tengah 2008, dari seputaran daerah Rembang. Karena dara manis berzodiak aries ini yang setia melayani kebutuhan client-nya dalam mendapatkan tiket perjalanan. Terlebih “kuku pesona” PO yang berlambang pohon nyiur ini sudah tertancap di hati wong Rembang yang hendak bepergian ke Jakarta, Bogor, Bekasi atau Bandung, membuat nama Mbak Aik semakin dikenal luas oleh para pengguna bus.

“Saya terhitung belum lama menjadi agen bus, Mas. Untunglah, Om Eddy (agen pendahulunya-pen) dengan sabar mengajari bagaimana seharusnya mengurusi agen. Sedikit demi sedikit, saya berguru pengalaman darinya. Apalagi ini PO besar dan terpercaya, saya harus menjaga citra dan nama baik Nusantara,” paparnya bijak saat penulis temui di toko benang dan alat rajut dengan tagname “Rahayu”, yang beralamat di Jl. RA Kartini No. 60, sekaligus merangkap sebagai kantor agen PO Nusantara Rembang.

Melihat fenomena aktual, keberadaan kaum hawa mulai menghiasi percaturan bisnis dan deru operasional transportasi darat yang berjuluk bus. Sejumput fakta, agen-agen bis “plat K” di Pulogadung beradu mempersenjatai diri dengan makhluk pujaan laki-laki ini. Kehadiran sosok-sosok manis tersebut seakan memudarkan aura keras dan hawa temperamen kehidupan jalan raya. Apalagi sengitnya persaingan antar pengusaha bis, semakin menuntut pendekatan langsung pada penumpang (customer approaching) dan saling berlomba dalam memberikan service terbaiknya --termasuk urusan ticketing-- sehingga peran srikandi-srikandi terminal ini patut dikedepankan. Berbekal wajah jelita, senyum menggoda, keramahan kata dan kelihaian dalam menebar bujuk rayu, meski tidak signifikan, namun cukup efektif sebagai umpan promosi dan alat marketing dalam menggaet calon penumpang. Bukan rahasia lagi, penumpang lebih mengena, mudah dipengaruhi dan gampang bergeming dari pilihan awal bila yang dihadapi adalah paras-paras nan ayu. Itulah filosofi, keistimewaan dan nilai tambah mengapa wanita lebih prospektif dan menjanjikan sebagai tenaga ticketing.

Tak terkecuali pula sosok Mbak Aik ini. Laksana ikut terbawa tuah perjuangan gerakan emansipasi wanita yang digagas RA. Kartini.

Selepas masuk zona waktu ashar, cewek pribumi Rembang penggemar aneka jajanan bakso ini beranjak menunggangi “motor dinas”nya menuju Terminal Rembang -- tempat pemberhentian bus Nusantara -- yang berjarak 2 km dari kantor agennya. Job desk berikutnya telah menanti, sebagai petugas check in dan boarding bagi penumpang. Di sesi ini, Mbak Aik melayani penukaran tiket yang berstatus booking, menginformasikan kode dan nomor armada sesuai jurusan, mem-verifikasi kupon makan, mengurus paket barang, mengatur penumpang yang hendak naik bus langsiran serta melakukan koordinasi dengan kru yang diperintahkan mengangkut penumpang “titipan” dari Rembang.

Meski terlihat mudah, namun sebenarnya rumit, begitu kompleks dan melelahkan. Apalagi PO Nusantara menerapkan sistem langsiran, hanya armada tujuan Pulogadung, Lebak Bulus dan Rawamangun yang disediakan dedicated bus, di luar tujuan tersebut terpaksa dioper di Terminal Kudus. Persoalan inilah yang terkadang “mengacaukan” para penumpang yang baru pertama kali naik armada Pak Hans.

“Ini sebagian duka menjadi agen Mas. Saat penumpang hendak membeli tiket, sudah saya jelaskan, nanti dioper. Mereka bilang tak masalah. Tapi ketika akan berangkat atau sesampai di Terminal Kudus, mereka bingung. Saya seringkali dikomplain dan dipersalahkan. Padahal kebijakan seperti itu kewenangan kantor, bukan agen. Belum lagi kalau ada kru yang ngga mau mengerti kesulitan agen. Misalkan penumpang terlambat, ada pesanan tiket yang mendadak di-cancel, atau juga saat bus telat diberangkatkan karena repotnya kita ngopeni penumpang ketika sedang ramai. Disangkanya agen ngga becus bekerja,” kenangnya sambil menghela nafas, dan sejurus kemudian rona wajahnya berubah muram, merefleksikan beban berat yang disangga agen.

“Tapi semua ini saya sikapi sebagai resiko kerja Mas. Dukanya tak sebanding dengan sukanya. Banyak arti positifnya juga kok. Saya dapat pengetahuan berbisnis, paham trik menghadapi orang dengan beragam sifat dan karakter, belajar mengelola waktu dan tentu saja, tambah banyak teman. Terlebih kalau ada calon penumpang yang asyik dan enak diajak ngobrol, pergaulan jadi kian luas,” imbuhnya.

Selain itu, hasil yang didapat dari meng-ageni tiket juga lumayan. Saya bersyukur. Beruntung Nusantara punya penggemar fanatik, sehingga kitalah yang dihampiri, bukan yang repot mencari. Justru itu yang jadi tantangan saya, untuk pintar-pintarnya merawat kesetiaan mereka,” pungkasnya dengan air muka tampak berbinar-binar pertanda jiwa penuh rasa optimis, saat mengakhiri obrolan ringan pengisi waktu, karena armada NS 19 yang akan membawa penulis ke Jakarta terlihat melenggang perlahan masuk terminal, sementara Mbak Aik bersiap menata penumpang.

Itulah secuil frame keseharian seorang wanita yang berprofesi sebagai agen bus, dengan “racikan bumbu” suka dan duka. Tak bisa dipungkiri, agen merupakan garda terdepan pengelolaan usaha transportasi bus. Armada model terbaru, mesin dengan teknologi tercanggih, trayek basah, kru-kru yang handal dan total aset perusahaan yang gemerlap hanya akan meaningless, tak akan mampu mencetak keuntungan tanpa peran dan kontribusi nyata dari ticekting. Banyak contoh PO yang rontok karena gagal dalam membina agen. Tidak gampang menunjuk agen, namun dengan mendapatkan agen yang bisa dipercaya, bertanggung jawab serta punya awareness dan rasa memiliki terhadap kelangsungan hidup perusahaan, pundi-pundi uang akan terus mengalir, mengisi neraca surplus kantong-kantong pengusaha bus.

Ingin berjumpa dan berkenalan dengan Mbak Aik? Tentukan perjalanan dari Rembang ke kota-kota besar yang disinggahi trayek PO Nusantara, niscaya Mbak Aik sendiri yang akan melayani urusan tiket Anda.


*The City of Kawista, end of 2009
Dedicated to Mbak Aik, yang telah turut melapangkan jalan mobilitas seorang komuter mingguan..

1 komentar:

  1. belum pernah ketemu mbak aik nih.. heheh
    makasih ya kontribusinya..

    BalasHapus