Kamis, 25 Maret 2010

Gajah Sprinter, Jago-nya Sprint (3)


Display HP-ku menampangkan jam digital, 14.33, saat bendera start dikibarkan. Semoga saja cerita dari mulut ke mulut, forum maya ke forum maya tentang kedigdayaan The Elephant ini tak terbantahkan.

Aku pun hanya kebagian seat nomor 25 di depan toilet, karena tinggal deret belakang yang belum laku.

Hmm...tapi tetap asyik menikmati pemandangan dari balik kaca karena lantai kabin tempat stand jok buatan Hai dibenamkan ditinggikan, beda 10 cm dengan bagian selasar. Untuk itu, aku berani menyebutnya semi hi-deck. Bahkan jika legrest diposisikan full horizontal hampir sejajar dengan batas kaca bawah. Bagi kaum hawa yang ingin duduk bebas berselonjor di kursi bus ini pasti sedikit jengah dan risih karena kalau tidak hati-hati pesona pinggul ke bawah bisa ter-ekspose dari luar. Ah, tapi apa ya ada, penumpang wanita pakai rok mini di dalam bus berpendingin udara dan jarak jauh lagi? Kalaupun ada, kan bisa ditutup juga pakai selimut. Halah... malah ngelantur... Jadi no problemo-lah tampilan samping bus ini mengusung aliran widescreen.

Cuma dampak sistemiknya, jarak antara kepala dengan louver AC dan lampu kabin menjadi begitu dekat. Sehingga hembusan hawa dingin Thermo King langsung terasa menyapa kulit dan tentu saja sedikit silau saat lampu dinyalakan. Inilah rapor merahnya.

Andai saja dulu waktu di-body ketinggian bus di-up dari dimensi standar, bisa jadi era bus-bus “jangkung” tanah air diawali Sprinter Aquarium ini.

Suguhan audio video dari LCD TV merek Sh*rp berupa slideshow amunisi armada OBL Jakarta dengan watermark komunitas bismania lain RT. Bolehlah karyanya, meski kreativitas yang dipunya BMC jauh lebih bernilai. Hehehe…

”Menilai tingkat speedfull dan skillfull, get feeling saat driver pertama kali menginjak gasnya”, demikian pepatah yang sering aku ingat.

Dipiloti tandem Pak Yongki, Pak Johny sebagai driver I dan sekaligus penganti Pak Tessy, bus yang meng-upload gambar Keluarga Gajah Berencana (Pasutri Gajah beserta dua bledhugnya (anak gajah)) ini memulai perburuannya. Shet...dengan lincah memposisikan tuas persneling ke gigi 1, dan grenggg...gegelegar panjang nyanyian dari mulut knalpot saat bus melenggang keluar terminal. Halus bawanya dan terkesan galak memainkan pedal akselerator.

Dengan lihai menyeruak kepadatan lalu lalang kendaraan di depan LP Cipinang dan selanjutnya memasuki tol Priok-Cawang lewat akses Pedati. Seketika itu pula terhadang kondisi lalu lintas yang padat merayap. Dan kesan pertama yang aku peroleh lagi, Pak Johny orangnya ngeyel, saat mencuri-curi celah di antara antrian mobil yang tak mau ngalah memberi jalan. Mantap...tak gentar dalam menguasai medan laga yang akan disusurinya sepanjang hampir 1000 km.

Menapak tol Jakarta-Cikampek, keluarlah kecepatan sesungguhnya ”The Fast Aquarium” ini. Langsung ambil lajur paling kanan yang diperuntukkan untuk mendahului pengguna jalan yang lain. Sebagai hidangan pembuka, dilahapnya bus kota P27 Bekasi-Mangga Dua, gubuk reyot P9B Bekasi-Rambutan, Santoso Seri T Bisnis Reclining Seat dan armada eks Steady Safe yang telah berpindah tangan ke PO Wisata ”Arion”, sebelum akhirnya keluar exit tol Bekasi Timur.

Bus berkelas eksekutif ini mesti memungut tambahan tiga penumpang dari agen kotanya Mas Arga, tepat di seberang Kantor eks Depsos, Bulak Kapal, yang sekarang menjelma jadi kompleks agen bus-bus AKAP. Dan di agen bus yang lain, tampak bus senasib yakni Harapan Jaya Old Travego AG 7465 UR, Karina Setra KE-232 Bandung-Pekanbaru dan Rosalia Indah kelas ekonomi.

Bus yang digerakkan flywheel hasil output engine OM-906LA ini masuk tol kembali. Dan tembang semula direffrain lagi, nge-joss dan meliuk ke kanan ke kiri mencari space yang kosong untuk memperlancar perjalanannya. Yang jadi korban asap karbon euro II ini Langsung Jaya Sarmila Panorama 2, Kramat Djati Comfort Subang-Rambutan dan bus karyawan YKK RI Classic.

Mendekati KM 34, daerah Cikarang, proyek pelebaran jalan tol menjadi 4 jalur menghambat laju pengguna jalan tol. Kendaraan menumpuk karena tidak tertibnya dalam mengantri dan saling serobot. Seolah tak mau kehilangan waktu sedetikpun, Pak Johny menggunakan trik cerdik. Dimanfaatkannya rest area kecil untuk berkelit dari kemacetan. Banyak bus terjerembab dalam kepadatan dan tertelan oleh ”tindakan curang” XT ini. Tercatat Sindoro Satria Mas Panorama 3, Gajah Mungkur Fajar VIP, Marcopolo Harapan Jaya, Kopral Haryanto Setra Adi Putro yang terlihat sudah buluk wajahnya, bus bumel Pribumi Raya Bandung-Bekasi, Primajasa Garut-Lebakbulus, Gagak Rimang Pulogadung-Bandung, serta Menara Jaya Pulogadung-Puerto rico.

Sempat mengobrol dengan Pak Nurcholis, asisten driver, dan mendapat bocoran (dan semoga benar adanya) bahwa OBL Divisi Jakarta telah memesan 30-an unit MB OH 1526 dan telah ada tiga unit yang siap dikirim ke pool Kebayoran, masing-masing berkaroseri Adi Putro, Morodadi Prima dan Tentrem. Tapi, untuk jangka dekat, bus-bus terbaru tersebut hanya untuk roadshow dan promosi, belum ditugaskan nge-line.

Lepas dari ruwetnya kemacetan, dihisapnya solar produk Pertamina dalam-dalam oleh injector Mercy Electric untuk memacu derap langkah alat angkut massal yang memiliki panjang 12 meter ini. Tak dinyana, dari sisi kiri disalip Kramat Djati Subang yang tadi sempat di-take over di daerah Cibitung. Bus bernomor B 7887 VB cukup sengit memberi perlawanan. Wah, apa the man behind steering wheel mantan driver bus malam ya?

Tapi, pengalaman Pak Johny yang kerap kali membawa armada MAN dan kekuatan mesin saudara kembar Sprinter B 7168 BK ini membuat trio telur bukanlah lawan sepadan keluarga Gajah.

Gara-gara masih kecapaian perjalanan ke Jakarta sebelumnya, tak kuasa diri ini dilingkupi hawa kantuk dan tergelincir dalam tidur-tidur ayam. Zzz…zzz…zzz…

Terbangun saat bus “overspeed” di atas rata-rata kecepatan ekonomis. Wah, memang kencang juga, tak kalah dengan habit NS 39 Pulogadung-Cepu langgananku. Di daerah Sukamandi hingga Pamanukan, nafsu makan induk Gajah tak berkurang. Sesuai livery, mungkin emak Gajah sedang fase menyusui anaknya, sehingga butuh banyak nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Yang jadi santapannya adalah Purwo Widodo Johnie Walker, Langsung Jaya Piramida, Tunggal Daya Putra ala Skania dan Luragung Jaya beremblem Sonny.

17.10 waktunya jamuan pemanja perut di RM Taman Sari, Pamanukan. Soal menu, tak beda dengan layanan makan Kramat Djati. Ya iyalah, kan satu meja prasmanan. Hehehe...

Kembali menaikkan tiga penumpang dan tinggal tersisa empat kursi. Bagus juga okupansi penumpangnya, mengingat pasca libur kejepit.

Dan here it is...the real driver unjuk gigi. Pak Yongki.

Pembawaanya calm, namun garang ketika genggaman tangan mencengkeram lingkar setir. Wajar saja, gelar The Legend direngkuhnya, mengingat senioritas dan kompetensi yang luar biasa dalam membawa armada yang dipercayakan kepadanya.

Tanpa perlu basa-basi, dilarikannya hewan bergading ini dalam menaklukkan sirkuit warisan peninggalan Jenderal Deandels. Serasa terbang, roda-roda tidak lagi menempel di permukaan aspal. Padahal kata ahli zoologi, Gajah adalah satu-satunya mamalia yang tidak bisa melompat. Andai mereka meneliti Gajah jenis Sprinter ini, apa tidak terkoreksi hipotesanya. Ck..ck..ck...

Kembali dan kembali, makhluk sejenis ditekuknya. Garuda Mas RS Evolution economi class, Setia Negara Macan Pantura, Harapan Jaya 15 Blitar, Damri jurusan Kota Satria, Dunia Mas Sprinter Laksana Bima-Jakarta, dan Setia Negara Mapan.

Di Kandanghaur, berhenti untuk menghampiri satu penumpang. Kok banyak banget yang naik di tengah jalan ya? Bingung jadinya, resmi ataukah ilegal? Mbuh ah...

Dan wuzz...dilampaui oleh Garuda Mas Eksekutif E 7527 HA pegangan Pak Widodo. Momen yang aku suka saat berpas-pasan atau disalip Marcopolo, sinaran LED birunya itu lho ngga ku ku...

Jalan lagi, pelan tapi pasti dicapainya kecepatan jelajah di atas 90 km/jam. Kendaraan lain hanya jadi pemerhati kehandalannya. Walau begitu, aku tetap merasa nyaman meski duduk di atas overhang belakang. Cukup sebagai bukti bahwa kaki-kaki bus langsiran pertengahan 2008 ini benar-benar terawat, meski odometer telah menunjukkan ratusan ribu kilometer. Dan tentu saja, driver paham betul karakter lintasan pantura, tahu di mana letak bopeng-bopeng jalan untuk dihindari.

Seakan Gajah yang teramat sangat kelaparan, perburuan target busvora tak berhenti di sini. Bus-bus lain begitu mudah dimangsanya dan dijadikan makanan beratnya. SSM 217, Kramat Djati New Travego Malang (sepertinya pemberangkatan Lebakbulus), Theatre Bus PO Gumarang Jaya, Putra Mulya Jetliner dan Putra Luragung Aldi Maulana. Bus terakhir ini yang memberi pertandingan alot sebelum akhirnya ditekuk lututnya.

Masuk tol Panci (Palimanan-Kanci), kecepatan bus makin tak terbendung dan tanpa lawan selevel hingga berlanjut via tol Pejagan. Herannya, di sini dua kali bus berhenti setelah transaksi di loket tol. Yakni di gerbang Plumbon dan Palimanan. Saat berhenti pertama, Mbah Nur (panggilan akrab kenek) memeriksa roda kiri belakang, dan kedua kalinya mengecek karet bundar sebelah kanan. Ritualkah? Mengapa tadi tidak sekalian diperiksa dua-duanya.

Tiba-tiba cit..cit...cit...bus di rem mendadak dan sandal sepatu sebagian penumpang meluncur ke dapan. Minimnya rambu penanda penyempitan jalan di ujung tol Pejagan membuat Pak Yongki menginjak pedal stopper dalam-dalam.

Saat itulah terlihat pantat Pahala Kencana Tentrem Galaxy. Harapku, semoga R235 itu beruntung diawaki pengemudi yang sess (istilah Jatimers ya?) dan kelak jadi teman seiring sejalan hingga jauh ke pantura timur.

Keluar Tanjung, Brebes, daftar pecundang kembali bertambah, masing-masing Sari Giri Wonogiri dan Putra Remaja Jambi. Sempat menempel ”Ombak Biru” Jember, tapi sepertinya drivernya kurang fight dan malah memberikan jalan saat di klakson Pak Yongki.

Yah...penonton kecewa.

Rasa itu datang lagi dan membuat indra penglihatan terpejam untuk mengkreasi mimpi-mimpi indah namun semu. Zzz...zzz...zzz...

Membuka mata lagi menjelang ringroad Pemalang saat seorang penumpang yang baru saja naik duduk di seat nomor 26, sebelahku. Lho, masih nambah? Termasuk juga saat agen Pekalongan menyetop karena mendapatkan tiga penumpang dan membikin bus full seat. Wah…inilah fakta bahwa OBL adalah penguasa trayek Jakarta-Denpasar.

Determinasi bus pun tak surut, tetap melaju konstan dan stabil dengan kecepatan tinggi. Samar-samar terlihat olehku, skuad Wonogiren, Tunggal Dara Putra 9, Putra Mulya dan Serba Mulya dibuat mundur selangkah.

Menjejak Alas Roban, deretan korban terus bertambah. Dewi Sri Galaxy Coach, Marcopolo Die 9 Symponie, Bogor Indah Skania serta Harapan Jaya 14 bertumbangan ketika diajak adu sprint oleh spesies Gajah Asia ini.

Memang kuakui, B 7168 XT benar benar tiada tanding tiada banding, konsisten dengan kelajuannya dan seakan serakah untuk memaksa minggir bus-bus lain dari urutan terdepan. Ternyata, dongeng Gajah bisa terbang bukan hanya isapan jempol semata, tapi nyata adanya. Hehehe...

Bangun tidur tidur lagi...bangun lagi tidur lagi...

Gringsing-Kendal-Semarang-Demak-Kudus-Pati-Juana tak terekam, terkalahkan timang-timang lembut suspensi leaf spring MB OH-1525 yang membuaiku dalam peraduan.

Saat tersadar, sudah tak jauh lagi dari batas kota Pati-Rembang. Aplusan driver pun sudah dilakukan, dan Pak Johny kembali yang mengontrol arah kemudi. Saat bersiap turun, kusempat melirik tachometer yang seringkali jarum indikatornya di atas greenline saat mengintili bus Tri Sumber Urip New Travego Smiley Morodadi Prima, K 1548 AD, menandakan bus ini memang digeber untuk menyingkat waktu tempuh Jakarta-Denpasar.

Dan ”Sweet Pinky” dari Lasem itu mengingatkan akan Langgam Sarkawi, karena bus itulah yang pernah jadi lokasi bisu kenekatanku bertransaksi haram menjadi penumpang gelap. Dan anehnya, Langgam Sarkawi jadi syair kebangsaaan saudara kembarnya Cak Aswin, Adinda James. (Piss yo Cak Win...)

Aku pun turun di depan obyek wisata Dampo Awang Beach, sembari mengucapkan kalimat terima kasih kepada Pak Johny dan Mbah Nur atas jasanya mengantarkan aku pulang ke tanah kelahiran.

Jam menandakan pukul 01.27 yang berarti perjalanan Rawamangun-Rembang ”hanya” ditempuh kurang dari 11 jam, tepatnya 10 jam 54 menit. Yang berarti pula, rekor waktu tempuh Akas Asri 11 jam 05 menit pun tak berusia lama. Andai saja tidak banyak berhenti di agen-agen, niscaya, catatan waktu Sprinter ini bakal bisa dipertajam.

Demikian secuil kisah perjalanan bersama Safari Dharma Raya B 7168 XT, yang benar-benar kurasakan ”cruising speed”nya untuk bus antar kota antar propinsi antar pulau. Aku berani memberikan rate 5 atau exelent atas kebintangannya dan andai bisa bakal mengirim cendol ijo buatnya. (Kok pakai bahasa Kaskus ya?)

Sip...benar-benar jago sprint, pelari cepat marathon jarak jauh. Belasan korban yang bergelimpangan di atas bisa dijadikan data empirisnya.


Bagi bismania yang hobi travelling dan penyuka kecepatan, Sprinter Aquarium layak dijadikan pilihan. Buruan saja, karena bisa jadi bulan-bulan ini adalah masa paripurna ” XT” sebelum digantikan the newest generetion of Mercedes Benz, OH-1526.

Very very recommended...

4 komentar:

  1. Go show yang sangat beruntung...
    Armada ini yang saya & abang impi-impikan...
    Tapi belum berjodoh...

    BalasHapus
  2. manteb tenan mas Didik, aquarium ini salah satu favorit aku dulu selama wara wiri jkt-dps, selain yang vanhool tentunya, tapi kok nggak pernah ceritain naek SF ya mas, bukannya SF terkenal banter juga mas...

    BalasHapus
  3. sipp mas 1525 emang mesin tenaga besar n pasti top speed...di dukung kelincahan driver yang mumpuni..klop...

    BalasHapus