Rabu, 18 Agustus 2010

Mutiara Yang Hilang Dulu, Jumpa Lagi…(2)


Kuncup Itu Bermekaran

“Mau naik apa, Mas?” selidik Mas Ferdy sesaat setelah segelas teh manis terhidang di hadapanku.
“Yudha aja, Mas. Pengin aku ngerasain pemain baru Tayu-Jakarta ini…”

Itulah hebatnya Mas Ferdy. Meskipun di luar link, tetapi network ticketingnya cukup rapi. Tahu tahu, seorang penjaga loket Yudha Express (YE) menyambangi kami yang tengah bercengkerama.

Tiket seharga Rp80.000, 00 kutebus dan kursi nomor 5 sebagai mahar jual beli.

“Jam lima berangkat ya Mas…” pungkas agen saat menutup transaksi.

Kuhidupkan waktu dengan share isu-isu perkembangan dunia bus dengan Mas Ferdy cs. Berita-berita ter-update soal perseteruan abadi PO-PO ranah Muria Raya yang kembali menghangat, kutangkup. Dan pasti, yang hangat jadi topik perbincangan adalah geliat kebangkitan sang legenda. Siapa lagi kalau bukan Pahala Kencana divisi Kudus?

Berangsur-angsur, penghuni sore terminal berdatangan. Tercatat Garuda Mas B 7701 BK, Shantika Big Top, Senja Furnindo Merpati Bali, NS 47, NS 29, NS 19, Bejeu B3, Muji Jaya Lily White, Budi Jaya corak F1, Sido Rukun Panorama 2, TSU New Travego, keluarga Haryanto --HM26 dan The Phoebus--, tiga armada PK lama dan yang baru saja kita rasani, tiga armada terbaru PK, Hino RK8 Marcopolo Adi Putro.

“Mas, aku sholat dulu ya…” aku meminta break sebentar, menunaikan kewajiban ibadah yang tertunda.

Sekembalinya dari mushola yang terletak di sudut barat, dari kejauhan kutatap lekat-lekat sebuah bus dengan warna dominan hitam, memasuki area parkir. Oh, itu tho armadaku, PO Yudha Express. Dan seketika teringat, bus itu pernah disalip NS 39 yang kunaiki di daerah Kendal. Namun, waktu itu label bodynya masih bertuliskan Shantika Pariwisata. Bus seken eks kepemilikan Pak Taufik kah?



Dari lanjutan perbicangan dengan Mas Ferdy, akupun well informed tentang rekam sejarah bus yang memajang branding livery-nya Evobus ini.

“Eh Mas, kalau tak salah, bus itu batangannya Mas Ferry lho…” imbuh Mas Ferdy di sela-sela obrolan.
“Oh iya?” akupun setengah terperanjat.

Tanpa sadar, uraian singkat Mas Ferdy merangsang memoriku untuk memutar ulang kejadian yang mengawali rangkaian cerita persahabatan dua manusia yang telah terjalin hampir satu setengah tahun.

----

“Mas, sekarang saya di PO Yudha Jovie. Jalan wisata, Mas.” Demikian pesan singkat dari Mas Ferry, mewartakan kabar baiknya setelah dua minggu nasibnya terkatung-katung pasca resign dari PO Bejeu.

Akupun turut bersuka cita, meski lidah ini tiba-tiba menelan ludah kegetiran. Pertemanan singkat yang terajut saat aku naik Bejeu yang dibawanya, dan janjiku untuk menumpang kembali armada Galaxy A7-nya pada satu hari nanti, tak mungkin mampu kupenuhi.



Aku bakal kehilangan teman sebaik dia. Pasalnya, waktu itu PO Yudha Jovie belum mempunyai line Jakarta, sehingga rasanya mustahil bertemu dengannya karena dimensi waktu dan kesempatan kami jauh berbeda.

“Mas, Yudha babat alas Purwodadi…” berita gembira itu datang lagi dari Mas Ferry via layanan SMS, menjelang bulan puasa tahun lalu. Dan bukti itu makin cetho welo-welo, kala menyusuri jalur mudik Rembang-Blora-Cepu-Ngawi-Solo-Jogja pada tahun 2009 silam, aku menangkap penampakkan PO Yudha “The Yellow Marcopolo” di agen Sambong, sebuah kecamatan kecil sebelum masuk Kota Cepu. Ternyata, trayeknya tidak hanya sampai Purwodadi, melainkan hingga kota minyak, Cepu.

Semenjak itu, PO Yudha Jovie pun melebarkan sayapnya, dari bus pariwisata merambah bus reguler, dengan bendera PO Yudha Express.

“Untuk Jakarta, berangkat dari mana, Mas?” kugali kejelasannya.
“Bitung terus ke Grogol, Mas.”

Secercah asa itu datang meski aku sendiri masih sangsi, bagaimana bisa nge-date untuk bertemu Mas Ferry. Bitung…Grogol…duh, jauh benar dari ladangku yang berada di Teluk Jakarta.

“Mas, aku merintis angkatan sore Pulogadung. Ayo, bareng…” lagi-lagi, tulisan pendek kuterima, kira-kira empat bulan yang lalu. Wow…PO Yudha semakin menggigit, seakan tak mau jadi semut kecil di antara gajah-gajah Laskar Kalinyamat.

Sayangnya, meski periode kuartal II tahun ini aku seringkali memakai jasa NS 39, dan sesering itu pula starting grid bus langgananku itu berdampingan dengan Yudha Express di Terminal Pulogadung, tak pernah sekalipun aku bisa menjumpai bleger-e Mas Ferry. Sahabat laksana mutiara dan mutiara berharga itu hilang tak ketahuan rimbanya. Hanya kesia-siaan belaka untuk berharap menggapai sinarnya kembali. Dia bagai lenyap ditelan bumi. Hanya komunikasi lewat bantuan telepon genggam yang terus memupuk tali silaturahmi ini.

Dan fenomena mencengangkan itu belum berujung. Di era paling kini, kuncup PO Yudha Jovie terus bermekaran. Seminggu ini, PO Yudha Express mulai menyusup ke dalam jalur panas dan sarat tensi rivalitas, Tayu-Pati-Jakarta.

Two thumps memang pantas dialamatkan buat newcomer ini. Tidak sampai dua tahun, ladang Jakarta-Purwodadi, Jakarta-Jepara dan Jakarta-Tayu telah dicengkeramnya.
---

Akankah pernyataan Mas Ferdy kali ini membawa tuah, aku akan nge-pas-i jadwal dinas Mas Ferry? Dua hari menjelang pintu Ramadhan dibuka, hendakkah titah takdir beriba hati kepadaku, mendekatkan dua sahabat yang tengah menggebu-gebu mendambakan pertemuan di bilik nyata?


1 komentar: