Rabu, 18 Agustus 2010

Mutiara Yang Hilang Dulu, Jumpa Lagi…(1)



Jurus Gunting Jaya Utama

9 Agustus
Rembang : 14.28, di ambang siang nan layu…

5 menit…10 menit…15 menit…, laun perlahan diri ini mulai dirambati kegelisahan. Tak satupun armada yang kunanti menampakkan diri. Bus AKAP Semarang-Surabaya atau bumel Semarang-Lasem/ Cepu seakan menghilang dari garis edarnya. Aku hanya diam mematung, bertumpu pada permukaan trotoar di seberang obyek wisata Dampo Awang Beach, tempat angkutan umum arah barat biasa mangkal. Ya Allah, kemanakah mereka, adatnya tak sesepi ini?

Bayang-bayang kemacetan parah Pantura yang akhir-akhir ini mewabah di Sluke hingga Tuban, serta potensi ketersendatan arus lalu lintas menjelang Jembatan Tasikharjo, Kaliori, yang sedang mengalami tahap perluasan, kian menghantui eksekusi rencanaku. Jangan-jangan, aku tak mampu mengejar schedule keberangkatan bus malam dari Pati, yang rata-rata take off antara jam 16.30-17.00. Hasratku untuk menyusun peta baru perjalanan balik ke Jakarta, dengan metode go show dari Terminal Pati, kini terganjal kelangkaan bus-bus feeder untuk menuju Kota 1000 Paranormal itu.

Di sampingku berdiri -- hanya dipisahkan gang sempit -- terhampar halaman nan luas dan rindang yang diampu Kantor Satlantas Polres Rembang. Di pojok barat daya, terbaring merana Tante Karina bertarif Super Eksekutif, dengan nomor punggung B 7606 XB, menjalani peran selaku makhluk pesakitan. Entah pasal apa yang telah dilanggar, yang pasti, keberadaannya di sana seolah meneguhkan anggapan bahwa bentang jalur 70 km sepanjang Pantai Utara Bumi Kawista adalah trek neraka bus-bus malam. Masih terpatri jelas di ingatanku, kurang lebih sebulan yang lalu, tiga bus secara bersamaan menginap di hotel prodeo outdoor ini, yakni Pahala Kencana Setra Ombak, Karina Evolution serta OBL Neo Travego Morodadi Prima.

Barulah, di menit 20 sekian, sosok bus Jaya Utama berkasta ATB (AC Tarif Biasa) bergerak melambat dan sejurus kemudian berhenti menghampiri. Aku dan belasan penumpang yang sedari tadi setia menunggu, bergegas naik ke dalamnya.



Ya ampun, full seat. Lantaran tak mau lagi membuang-buang tempo, aku harus berkompromi dengan keadaan yang ada. Kugelantungkan lengan tangan pada handrail yang disematkan di atas langit-langit kabin.



Yaelah, baru saja mencari PW (Posisi Wuenak), sopir, kondektur dan kenek malah menghambur turun dari armada dan terlihat ngopi di warung kecil pinggir jalan. Hey, berapa menit lagi yang kau dihabiskan untuk ngetem? Jarak bus di depanmu sudah cukup jauh, apalagi yang kau mau? Tak berbelas kasihankah dengan para “pendiri” di bus-mu ini?

Beruntunglah aku, keasyikan yang baru sebentar dinikmati kru terusik, saat kondektur melontarkan aba-aba, “Cepat…cepat… belakang nyundul!!!”

Oleh driver, flywheel A215 berkerudung putih jahitan Tri Sakti ini langsung dicambuk sekeras-kerasnya. Maklum, kenyamannya mulai ditempel kompatriotnya, Jaya Utama berkelas ekonomi.

Meski kawan satu pool, tak ada sikap ngalah, tenggang rasa, atau bagi-bagi sewa, dua-duanya saling berkejar-kejaran, larut memikirkan pendapatan kantong pribadinya masing-masing.

Imbasnya, bus-ku pun gelap mata. Meski pengguna jalan di ruas Rembang-Juwana dalam kondisi padat, tindakan nekat dilakukan. Deretan truk-truk berat dicerai-beraikan dengan aksi overtake-nya yang bar-bar sembari mengeruk penumpang di titik-titik pengumpan. Titik Tambak Omben, Kaliori, Batangan, Ngraci, Bendar dan Ngebruk merupakan tambang emas bus-bus jarak menengah ini.

Saking gilanya, di daerah Dresi, Kaliori, L7051UZ berusaha menggunting jajaran kendaraan yang tengah melaju dengan kecepatan sedang dari sisi bahu jalan. Injakan pedal gas dan tuas rem tak lagi berirama. Menghentak-hentak tanpa intonasi. Teriakan lantang sang kenek memberi komando kepada pengemudi begitu heroik terdengar. Sopir pun tak henti-henti mengkaryakan gadget-nya, sepertinya mengubungi para informan yang bertugas memotret posisi bus di depan dan belakang Jaya Utama ini. Sebagian penumpang hanya geleng-geleng kepala dan sepertinya sudah mafhum dengan habit brigade Pantura Pesisir Timur itu.

Bisa jadi karena alasan geram, sebuah truk gandeng yang baru saja disalip dari sebelah kiri tak memberinya jalan saat bus berkapasitas 60 tempat duduk ini berupaya goyang ke kanan.. Jadilah, bus kembali tercecer dari barisan kendaraan yang mengular.

“Hufh…kalau tidak hati-hati, bisa terjerembab ke dalam tambak-tambak yang membujur di tepian jalan.” berontak batinku.

Namun, ulah “negatif” bus lansiran awal 2010 ini lumayan menggunting waktu tempuh. Apalagi mengaspali “jalan bebas hambatan” Juwana-Pati, cukup ditebas dalam hitungan 15 menit. Alhasil, pukul 15.45, akupun didaratkan di runway Stamplat Pati.

Ah, ternyata masih sepi. Hanya Selamet, Teguh Muda dan Bayu Megah yang sudah merapat. Lainnya diisi bus-bus medium Purwodadi-Pati dan dua bus lokalan, Sumber Larees.

“Mana, Mas? Gadung, Bulus, Merak, Bitung…” rayu sekawanan calo informal saat mengerubutiku yang lagi berjalan.
“Maaf Mas, saya mau ketemu teman dulu.” kilahku.

Dan teman yang aku maksud, pastilah gampang diterka. Dialah “Eric Cantona”, pemain asing yang dibajak Persipa sekaligus empunya kawasan terminal. Hehehe…Piss ya Mas Ferdy.

“Ayo, Mas, minum-minum dulu…” ajak Mas Ferdy sebagai jamuan seremonial selamat datang di kampung asal para leluhurku dan tentu saja, tanah kelahiran ayahanda-ku, Pati.

Selanjutnya, bergabung dua lagi member BMC Pati. Jadinya, kami berempat cangkrukan sore di warung pojok Mak Ni, sembari menunggu keberangkatan bus yang nantinya kupilih untuk membawaku pulang kandang ke ibukota.

7 komentar:

  1. Jurus guntingnya menakutkan. Sekalian sipakan kain saja, kang, biar nanti ada jurus yang baru, jurus jahit. he..he..

    BalasHapus
  2. wah,udah byak update to mas blognya..hehe..
    baca lg ah..
    btw,mas ada temen yg mau mudik jogja-jakarta ga??
    anak2 BMC mungkin..
    aku ada tiket mudik jogja-jakarta murah meriah mas..tp pake parwis..
    skedar info aja mas,sapa tau ada yg interest..
    maksih mas sebelumnya..

    BalasHapus
  3. Hahaha...habis gunting, ada jurus jahit. Lama-lama ada jurus bordir juga, Mas Faizi..

    BalasHapus
  4. Monggo Mas Ardhian, emang blog diperuntukkan untuk dibaca kok, Hehehe...

    Coba ditawarkan ke milis aja Mas. Kayaknya banyak juga yang mudik ke seputaran Jogja.

    Sayang, saya mudiknya ke kawasan Muriaan. hehehe...

    kasih kembali...

    BalasHapus
  5. sudah mas,tp msh menunggu konfirmasi dari forum..
    kemarin sy sudah subscribe ke sana..tp blm ada kbr..
    mungkin mas bisa bantu sesama teman2 commuter dari jakarta
    hehe..

    BalasHapus
  6. mas ardhian daftar ke mana? kalau saya aktifnya di milis bismania@yahoogroups.com.
    bukan forum yang lain..:)

    BalasHapus
  7. di bismania@yahoogroups.com mas..tp msh blm bs masuk juga...

    BalasHapus