Kamis, 06 Agustus 2009

Gairah Malam Grand Aristo (1)

Di antara jajaran bis malam dari tlatah bumi Muria Raya, populasi produk New Armada bisa dihitung dengan jari, kategori spesies langka. Terlebih stigma yang melekat pada masyarakat lereng Gunung Muria yang materialistik, hedonistik, adhi-adhi (banyak menuntut) dan 3G (gengsi gede-gedean), seakan meng-karakter armada pesisir timur Jawa Tengah. Bis mesti nyaman dan wah, bodi harus lux dan good looking, speed wajib banter, tapi harga kudu tetap ramah di kantong. 


 


Namun, lahirnya Grand Aristo dan Avant Garde New Armada di “klinik” PO Haryanto, seakan melawan mindset pengusaha PO Kudus-an yang terlanjur Malang-an minded untuk urusan karoseri.  


 


Kecele itu Kejam, Jendral!


 


Sabtu pagi (25/7), setelah selesai urusanku dari Bank BPD Jateng, segera “hijrah” ke Terminal Rembang. 


 


“Mas Harno,  armada 97 sore ini jalan kemana?” tanyaku kepada perwakilan agen Haryanto chapter Rembang.


“Jalan ke Jakarta Mas. Wis aku jamin, besok sampeyan dapat armada baru,” janjinya.


 


Bukannya aku benci armada 97, tapi sudah dua kali menaikinya. Tak akan lupa wajahnya, apalagi rasanya. Mercy Intercooler dalam balutan busana Crystal Restu Ibu, yang mengemban amanat meng-assist trayek harian Pulogadung-Rembang-Bangilan.


Crystal haryanto


 “Oke Mas, pesan satu ya buat besok, VIP Pulogadung,”


 


 


Siapa takut turun kelas dari eksekutif? Justru PO Haryanto sendiri getol-getolnya memperbarui armada VIP-nya, meski di antaranya hanya sekedar ganti baju. Grand Aristo, Avant Garde, Smiley New Travego atau Inspiro sudah reguler mengaspal.


 


Turing mingguan tak akan spesial tanpa mencoba sesuatu yang baru. Itulah alasanku lebih memilih  Si Kopral dari Tangerang, menyisihkan PO sekampung, Tri Sumber Urip, bis yang belum pernah aku naiki sekalipun, PO Selamet, atau armada langgananku, NS 19/NS 39. Who knows, setelah Dewi Fortuna menjauhkanku dari Galaxy EXL Malino Putra, kali ini akan mendekatkanku kepada Grand Aristo atau Avant Garde.  


 


Minggu sore, saat sedang berkendara meluncur ke Terminal Rembang.


 


“Mas, sudah sampai mana? Bis sebentar lagi datang,” suara dari ujung telepon,.


“5 menit lagi Mas, tunggu ya?” pintaku via lisan istriku. 


 


Wah, bakalan telat nih. Ngga enak kalau agen sampai kena tegur kru gara-gara penumpangnya terlambat.


 


Saat landing di sudut utara alun-alun Kota Rembang dan tak lupa berpamitan, dengan setengah berlari bergegas masuk terminal.


 


Wah…wah…Avant Garde euy yang sedang pamer pesona, sudah nangkring di dalam terminal. Bis yang kutemui waktu kopdar BMC di Pulogadung. Sip…ternyata RK8 R260 inilah yang menungguku. Gairahku sudah merambat hingga ubun-ubun untuk merengkuh “kemewahan” kabinnya.


Haryanto3


 


“Maaf Mas, telat,” ucapku kepada Mas Harno, sambil menyerahkan tiket.


Ga papa kok Mas. Yang penting sebelum 15.30 sudah di sini,” jawabnya sambil menuliskan nomor armada.


 


Setelah tiket disodorkan kembali dan hendak bersegera menuju pintu depan Avant Garde, tiba-tiba Mas Harno memanggil.


 


“Mas, bis-e sampeyan bukan ini. Ini untuk jurusan Lebak Bulus dan Bitung. Armada 88 lagi dari arah Lasem,”


 


Hiks… kecele. Karena buru-buru, kelupaan mengecek nomor bis yang tertulis di tiket. Jadinya salah armada. Kok Mas Harno ngga bilang sebelumnya sih, jadinya kan tengsin sama penumpang bis 88 yang lain. Huhu…gara-gara nafsu besar, ketelitian kurang. Ketauan sange berat deh sama Avant Garde. Seringkali naik bis malam kok ya tetap katro. Hahaha…  


 


 


 


Grand Aristo, Sebuah Review


 


Finally, 5 menit berselang, si Grand Aristo itu datang, dengan ciri khasnya, gambar menara Kudus. Hanya ganti kostum, karena dapur pacu masih mengandalkan mesin lama, OM-366LA. Keluar dari patron baku corak biru PO Haryanto, bis bernopol B 7988 IG meng-upload motif segar, meski sederhana dalam permainan warna. Hanya gradasi warna dari biru kelam bergeser biru laut, dengan serpihan siluet awan ungu violet. Hmm…mengesankan awan lembayung di langit biru menjelang senja.


Haryanto 1


Dan yang membuat bis tampil beda dengan armada lainnya di keluarga PO yang dipunyai pensiunan kopral ini, adalah nametag perusahaan otobus, yang diembel-embeli kata Motor, PO Haryanto Motor. Mungkin Pak Haryanto tak ingin melupakan peran dan jasa besar dealer mobil angkot-nya, PO Haryanto Motor. Dari profit penjualan mobil angkutan kota, dijadikan soko guru menopang rintisan bisnis bis AKAP-nya, hingga mengantarkan kesuksesan usaha transportasinya seperti saat sekarang


 


Bersama Avant Garde, Grand Aristo merupakan model ter-update karya New Armada. Berbasis model New Travego dengan kreasi head lamp “mata dewa” ala New Evolution RS dan rear lamp masih mengusung model smiley. Menurutku, Grand Aristo ini ciamik soal penampilan luarnya. Dimensi tubuhnya proporsional antara panjang chasis dan tinggi keseluruhan, tak kalah gagah dengan New Travego Adi Putro. Hanya beda sentuhan akhir di bodi yang menurutku masih perlu digenapkan oleh karoseri yang berhome base di Magelang tersebut.  Bahkan dalam penilaian subyektif-ku, lebih cantik dan menggoda posturnya dibanding Avant Garde, meski hanya beda tampilan muka dan model lampu besar. Meski bagi New Armada, grade Avant Garde setingkat di atas Grand Aristo.


 


Saat menelusuri sisi interior, terasa signifikan komparasinya dengan Avant Garde. Grand Aristo hanya dipersenjatai LCD TV merek Liliput 19.9” dan speaker Boston. Saat diputar CD Dangdut Koplo, walah…kualitasnya jauh dari yang disyaratkan telinga. Tapi lumayanlah, dinyalakan hingga setengah perjalanan meski sember-sember dikit outputnya. Untuk memberi kesan elegan, lapang dan bersih, dinding atapnya dibalur warna putih. Sedang rak bagasi berhiaskan motif biru kelabu dengan coretan tak tegas bentuk huruf E dan U. Bagus, kesan yang hendak disampaikan bisa mengena. Terlebih adanya sekat antara kursi kemudi dan seat baris pertama ala buatan RS, memberi poin plus untuk faktor safety. Sayang, kekurangan masterpiece New Armada ini ada di sektor kursi penumpang. Meski dilengkapi fasilitas reclining seat, jok empuk, arm rest dan foot rest, namun masih kurang ergonomis. Punggung lama-lama melorot karena posisi kursi belum sempurna mengikuti lekuk tubuh.Untunglah, bisa tertolong dengan adanya ralling yang terpasang di sepanjang kaca dinding.  Bisa buat tempat pegangan tangan untuk menahan tubuh. J


 


Itulah sekilas review-ku soal inner and outer beauty Grand Aristo ini. Cukup menggoda dan menundukkan hati yang memandangnya, meski tak dapat dipungkiri, masih ada celah kekurangan yang perlu disempurnakan.

7 komentar:

  1. Tidak kurang, sudah cukup:: tulisannya membuat imajinasi saya, insya Allah, dapat menangkap sama persis dengan apa yang diingnkan oleh penulis. Salut.

    BalasHapus
  2. Bt armada po haryanto..bis'y b'gus"..saran qu..c'ba d prlebar untuk jalur2'y..

    BalasHapus
  3. sekarang PO Haryanto sudah merambah pulau madura selamat ya
    kata mama dan papah naik PO Haryanto nyaman dan cepat
    semoga pelayanan tidak dikendurkan
    jika bisa terus di tingkatkan
    bravo PO Haryanto

    BalasHapus
  4. Semoga PO Haryanto konsisten dengan pelayanan yang diberikan Mas.

    Rencananya, pertengahan tahun ini armada jurusan Masura akan di-upgrade lagi dengan bus-bus terbaru.

    Fenomenal memang, pemain baru tapi langsung merebut hati para penumpang.

    BalasHapus
  5. wah salut bener sama HARYANTO. .smoga bntar lagi bisa nyabang ke jakarta-sukoharjo!hehehe

    BalasHapus
  6. semangat po.haryanto.bus nya bagis2,layananya sangat memuaskan,tapi kalau bisa bus2ya ganti yang baru alias new,biar gak kalah dengan armada2 lain,hangan sampai po.haryanto di gapah sama yang lainya,aku termasuk pengagum dan langganan setia haryanto.maju terus haryanto

    BalasHapus
  7. selamat untuk po haryanto,skg tmbh keren bisnya,sya tiap 1blan skli pasti plg dr lbk bulus.salut untuk crew B 7777 warna kuning

    BalasHapus