Selasa, 04 Agustus 2009

Minutes From Disaster; Tragedi Kendal Menguapkan Rencana Ke Laksana (1)

Bukan maksud saya mendramatisir musibah yang telah terjadi dan mengorek luka keluarga korban setelah kehilangan salah seorang yang dicintai. Juga bukan untuk men-judge, siapa pihak yang patut dipersalahkan atas terjadinya peristiwa yang memilukan. Niatan saya hanya ingin mengingatkan diri sendiri, syukur-syukur siapapun yang membaca tulisan ini, bahwa jalan raya adalah belantara yang ganas, tak ramah dan kejam, satu detik kelengahan sudah cukup untuk mendatangkan maut, mengantarkan nyawa untuk kembali ke haribaan Sang Pencipta.


 


Kisah pahit ini saya alami ketika perjalanan pulang ke Rembang, saat berencana menyusul hadir ke acara Great Panorama Bismania Community di Ungaran.


 


Rencana tinggal rencana, angan-anganpun menguap…Man proposes God disposes.


 


- 09:44


 


Berbekal Surat Ijin Turing yang saya dapat saat injury time menjelang acara akbar BMC di Ungaran, Jumat pagi  (31/7), kaki ini sudah menginjak pelataran terminal Pulogadung. Sengaja saya ijin off kerja dan pulang pagi, karena menurut skenario yang telah tersusun, sesampai di rumah dan cukup beristirahat, selepas waktu shubuh langsung menyusul ke Bandungan.  


 


Dan seperti suasana pagi Pulogadung yang sudah-sudah, tampak kesibukan bis-bis luar kota, khususnya jurusan Kudus dan sekitarnya. Para calo dan agen sangat agresif menjerat penumpang, berharap bisnya cepat terisi dan cepat pula diberangkatkan.


 


Memang…dari semula, terselip rencana lain untuk menyicip bis Haryanto yang new look body. Tak masalah, mau pake mesin lawas, asal berbusana baru, itu yang  saya buru.


 


Di pole position, di front row, mulai dari jalur 1 diisi dan Nusantara NS 48 Setra Adi Putro, berturut-turut Shantika DSA Sprinter Adi  Putro, Muji Jaya Evolution Rahayu Sentosa  dan terakhir di jalur 4 nongkrong Haryanto Smiley New Travego Adi Putro.


 


Wah…ini yang jadi target, harap batin saya.


 


“Mas, mau kemana?”, songsong agen Haryanto, melihat gelagat saya hendak mau mencari bis.


“Kudus atau Pati sama saja, Mas”


“Itu Mas, bisnya sudah di depan?” jelasnya sembari menunjuk Si Biru yang sudah memimpin barisan di mulut pintu keluar.


 


Saya amati Haryanto silver idaman, yang dulu catch it waktu bismania goes to Adi Putro. Hmm…masih kosong, baru seat depan terisi. Berapa lama lagi ngetemnya kalo begini? Sementara saya harus berpacu dengan waktu. Jangan sampai tengah malam baru tiba di Rembang. Maklum, rumahku masih jauh dari jantung kota, kasihan yang menjemput nanti.


 


Saya alihkan pandangan menuju bis yang ditunjuk agen. Setra Adi Putro. Ya, lumayan meski masih mengusung mesin Mercy Intercooler.


 


Sewaktu menapak tangga masuk, wedewieu mah bis eksekutif, dengan jumlah seat 34 plus leg rest, meski tiket yang ditawarkan VIP. Add value for money lah…


 


- 09:27


Bis bernopol B 7889 IG pun diberangkatkan, dengan kursi hanya terisi 20-an. Kata kru, sudah menutup ongkos solar. Maklum, peak penumpang untuk hari Jumat jatuh saat sore hari.  


 


Kendali dipegang driver I, melenggang menyusuri Tol Wiyono Wiyono-Tol Cikampek hingga Pamanukan dengan speed biasa-biasa saja. Bahkan, kisah kegarangan bis malam Muria Raya seakan redup oleh sengatan kemarau raja siang. Cukup kalem dan santun di jalan.


 


- 06:46


Singgah di Rumah Makan Taman Sari Pamanukan, memenuhi kewajiban men-service penumpang untuk makan pagi. Bis Pulogadung pertama, B 7888 IG, tersusul meski tidak selang lama meninggalkan kembali, karena lebih dulu masuk eat stop.


 


- 06:22


Bis berkode 06 ini kembali melaju, dengan tipikal driver II tidak beda dengan driver II. Karena tidak ada sensasi atraksi full skill dari driver, sepanjang Sukra hingga Pekalongan, 80% waktu saya isi dengan aksi  pejam mata.


 


- 01:31


 


Mampir lagi di rumah Makan Sabano Raya (kalau tidak salah) di daerah Banyu Putih, kawasan Alas Roban. Kembali bertemu bis I Pulogadung.


 


Akhirnya, kedua bis diberangkatkan bareng, dengan konsekuensi, bis yang saya naiki dipangkas waktu istirahatnya.


 


- 01:06


 


Kendali kemudi kembali dipegang sopir I. Kira-kira 3 km setelah bis berjalan…


 


“Pak Sopir, penumpang paling belakang belum ada…”, teriak seorang bapak. Setelah dihitung ulang, baru disadari ada yang ketinggalan di rumah makan. Kenek menelpon rumah makan, agar mengantarkan penumpang tersebut naik ojeg. Bis diberhentikan di bahu jalan. Bis I sudah hilang dari pandangan.


 


Bisa jadi, inilah firasat atau hal yang mentrigger terjadinya tragedi yang menimpa bis bertrayek Pulogadung-Pati-Tayu ini.


 


 


- 0:56


Mengisi BBM di SPBU di daerah Jenarsari, tidak jauh dari Rumah Makan Sari Rasa. Tercatat  149 liter yang dihabiskan untuk rute Jakarta-Kendal.


 


- 0:06


 


Masuk kota Kendal. Lalu lintas relatif sepi karena belum saatnya jam bubaran karyawan pabrik. Bis tetap melaju dengan kecepatan ekonomis, hanya berkutat pada green line rpm. Kisaran saya, kecepatan  tidak lebih dari 60 km/ jam. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar