Selasa, 04 Agustus 2009

Minutes From Disaster; Tragedi Kendal Menguapkan Rencana Ke Laksana (2)

0:00


 


Jam digital di kabin bis menunjuk angka 16.14.


 


Tiba-tiba…sebuah sepeda motor keluar dari putaran median jalan yang memisahkan jalur arah Jakarta dan Semarang, terkesan buru-buru dan tidak sabaran. Posisi Haryanto di sebelah kiri berdampingan dengan honda jazz di sebelah kanan pada jalur arah ke timur, tidak begitu jauh saat motor yamaha Vega melakukan manuver U-turn.


 


Honda jazz segera menyalakkan klakson, karena merasa lajurnya diambil. Mungkin karena bingung, awalnya pengendara yang sedang di tengah menepikan motor ke sisi kanan jalan. Tapi, entah mengapa, tanpa memperhatikan kondisi kendaraan di belakangnya, motor kembali diarahkan ke lajur kiri.  


 


Sopir bis terlihat kaget karena motor tanpa dinyana nyelonong ke lajur kiri yang akan dilaluinya. Klakson pun dinyalakan berharap pengemudi motor sadar akan kendaraan di belakangnya. Namun, bukanya balik ke lajur kanan (honda jazz telah berhasil melewatinya), namun makin ke kiri. Lingkar kemudi segera dibanting ke kiri untuk menghindari motor. Sialnya, di bahu jalan ada orang gila yang sedang berjalan. Sopir terlihat makin panik dalam memegang stir. Dalam hitungan sepersekian detik, tipis banting ke kanan agar orang gila tidak tertabrak. Orang gila selamat, tetapi naas, justru sepeda motor masih meleng, tanpa usaha untuk menghindar ke kanan.


 


Alhasil, motor menyenggol pintu sopir. Srett…Motor terpental ke kanan, namun naasnya berulang, si rider terjatuh ke kolong di sela-sela roda depan dan belakang. Dan cetess…roda-roda bis terasa melindas sesuatu. Bis segera dihentikan.


 


“Waduh, aku nglindes opo iki?”, gumam sopir dengan gemetaran sambil keluar keringat dingin. (Waduh, aku melindas apa ini?)


“Pak,  wonge modar keplindes banmu,” kata penumpang dengan bahasa sarkatif dari arah belakang, setelah mengintip kondisi korban dari dinding kaca bis. (Pak, orangnya tewas tergilas rodamu?)


 


Tragis, memilukan dan menyayat rasa kemanusiaan !!!


 


Seketika, orang-orang di pinggir jalan semburat ke jalan raya berusaha untuk menolong. Penumpang pun histeris dengan kejadian yang baru beberapa detik berlalu.


 


Mandor Haryanto yang kebetulan ikut menumpang bis dari SPBU segera memerintahkan kru untuk melepas seragam. Penumpang pun diharap tetap di atas bis, menghindari hal terburuk terjadi, bis dirusak massa.


 


+ 0:03


 


Setelah tidak ada gelagat amuk massa, penumpang sebagian turun. Dari jauh, saya lihat seorang anak muda terbujur kaku, telungkup di jalur kiri serta jadi tontonan warga. Sepeda motor sudah dipinggirkan, tanpa kerusakan berarti. Serpihan helm yang pecah berserakan di jalan.


 


“Pak, tolong lapor ke polisi ya!”, pinta mandor kepada sopir truk gandeng yang sedang lewat. 


 


+ 0:09


 


Lalu lintas seketika macet. Polisi datang di lokasi kecelakaan dan diikuti mobil ambulance. Setelah dilakukan pengamanan TKP, meminta keterangan saksi dan investigasi sebab terjadinya kecelakaan, korban pun dievakuasi.  Kondisi kepala korban (maaf) hancur, dengan darah segar terus menetes. Saya yang melihat langsung proses evakuasi tak mampu menahan kengerian, merinding, perut mual dan seketika itu sendi-sendi kaki terasa lemas. Kondisi mental psikis dan kejiwaan saya langsung terguncang menyaksikan musibah yang terjadi. 


 


Dari bisikan hati yang menggerakan nalar saya, segera saya telepon istri, “Ma, ngga jadi ikut ke acara Bismania. Ada musibah di jalan.”


 


+ 0:20


 


Setelah selesai penanganan pasca musibah, bis ditahan di Polres Kendal. Rencana kru, para penumpang akan dilangsir dengan bis III dan IV dari Pulogadung. Posisi bis III sendiri masih di alas Roban dan bis IV masih di Pemalang.


 


+ 1:10


 


Datanglah bis III dari Pulogadung, tempat  saya akan dititipkan. Dan memang bis inilah yang semula saya incar, New Travego Adi Putro. Mengapa untuk merengkuh cita-cita harus diawali sebuah tragedi?


 


“Ya Allah, andai saya tidak berubah dari rencana, andai saya bersabar menunggu, andai saya tak ingkar dari hasrat untuk mengecap smiley ini…tentu akan terhindar dari musibah,” kesahku saat duduk di jok alldilanya. “Ah, hidup memang penuh misteri. Kita tidak akan bakal tahu, apa yang akan terjadi satu detik kemudian.”


 


 


+ 04:31


 


Bis mendarat di seberang Terminal Jati, Kudus, dan saya bersegera turun, lalu berestafet naik Jaya Utama Prestige Tri Sakti untuk melanjutkan perjalanan tersisa ke Rembang. Pupus dan gugur sudah harapan ke Laksana. Saya berketetapan, ingin menentramkan hati dan pikiran serta mencari ketenangan dengan bercengkerama bersama keluarga di rumah. Karena kerasnya hawa jalan raya adalah bagian hidup yang selalu mengiringi langkah seorang komuter antar kota.


 


Teriring doa buat korban, semoga diterima amal kebajikannya di sisi-Nya dan diampuni segala kesalahannya. Semoga musibah ini jadi bahan pelajaran siapapun, bahwa tanpa kehati-hatian, nyawa akan berharga murah di jalan raya.


 


 


(Maaf, saya sengaja tidak menampilkan foto bis, suasana TKP beserta korban sesaat setelah terjadinya kecelakaan, demi rasa simpati kepada semua pihak yang sedang dirundung kemalangan.)

1 komentar: