Kamis, 06 Agustus 2009

Gairah Malam Grand Aristo (2)

Segesit Detasemen 88


 


Jam 15.30, mulailah Grand Aristo 88 ini mengawali petualangannya, dinahkodai driver muda, dengan perawakan pendek gempal. Berjalan beriringan, di belakang Avant Garde.


 


Secepat kilat melesat meninggalkan Kota Rembang, menegaskan armada-armada “Plat K” yang speedfull. Wah…bakal menyaksikan trailer film “Speed IV” dengan latar jalur pantura. Benar juga, seolah B 7588 IG ini dipaksa B 7585 (IG?) untuk terus menguntitnya. Tapi yang saya salut, sopir Avant Garde mengingatkan gaya sopir bis malam jaman baheula. Setiap kali mentake over kendaraan di depannya, khususnya deretan truk angkutan berat, selalu membimbing bis belakangnya. Baik dengan lampu sein ataupun bergoyang kanan kiri, memberi ruang agar sopir di belakangnya bisa mengintip situasi lalu lintas di depannya. Mungkin, dua sopir ini telah satu hati dan satu paham, sehingga saling percaya. 


 


Selain itu, acungan jempol pantas dialamatkan kepada karoseri New Armada. Meski melibas jalur pantura yang berlubang dan bergelombang—hanya kiamat yang bisa menghentikan derita jalan pantura --, namun sejauh ini mampu meredam efeknya. Kabin tetap senyap, tanpa riuh rendah suara gemlodagan. Jauh beda dengan bis patas Surabaya-Semarang dengan karoseri New Armada yang full music. Inikah segmentasi body coach New Armada atas produknya? Semoga bukan karena bis ini masih tergolong baru.


 


Tiba di daerah Batangan, tampak kemacetan mengular. Entah karena ada kecelakaan atau kendaraan yang mogok. Pertama-tama ikut antrian, namun karena mulai hilang kesabaran, 10 menit tidak bergerak, sopir memutuskan ambil jalur kanan. Yak…dapat, mengeblong Avant Garde dan skuad Pahala Kencana Bojonegoro. Yang terlihat konyol bis patas Jawa Indah Setra MP, yang mencoba keberuntungan mengambil jalur kiri, jalan tanah. Sudah lumayan jauh mencuri antrian, terhalang dahan pohon di pinggir jalan dan akhirnya praktis tidak bisa bergerak.  Duhd’ nassive  J


 


Ternyata, sebuah truk pengangkut tebu terguling dan memakan badan jalan. Setelah lepas dari TKP, kemacetan luar biasa kendaraan dari arah Juana. Bahkan bis-bis ekonomi Semarang-Surabaya sudah mengambil jalur kanan, hingga kemacetan makin ruwet. Jalur Rembang-Juana yang sempit seakan tak mampu menampung luapan kendaraan yang tertahan akibat adanya kecelakaan.


 


Setelah mengambil penumpang terakhir di Terminal Juana, bis melanjutkan perjalanan kembali. Di Terminal Jati, Kudus, hanya singgah mengambil sncak dan uang saku bagi kru.


 


Dan, cerita indah Pantura dimulai. Bak anggota detasemen 88, bis langsung bergerak cepat menyergap waktu, agar besok langsung putar kepala di Pulogadung. Belum sampai kota Demak, telah meng-kanibal teman sendiri, dua armada Haryanto, masing-masing Setra MP dan Setra AP gambar kereta perang Arjuna dan Sri Kresna. Wah…wah…mantep to?


 


Masuk Kota Semarang ambil jalur tol Kaligawe. Di jalan tol, seolah dihela cambuk, bis semakin cepat dipacu. Bahkan tidak sampai ngos-ngosan saat menanjak di tol Jatingaleh, karena sudah diloope (ancang-ancang) dari bawah. Yang lebih mendebarkan, saat menyusuri turunan sebelum tol Krapyak. Kondisi jalan yang sedang proses pelebaran tidak membuat sopir menurunkan kecepatan. Malah ambil jalur berlawanan, mengeblong barisan panjang kendaraan. Dua bis yang kembali dipaksa menghisap asap Intercooler ini, yakni Rosalia Indah dan Ramayana.


 


Selepas Krapyak, kembali disalip oleh Kereta Kencana. Gila…malam ini apakah sesama armada PO Haryanto sedang menjalani race ya, siapa yang tercepat sampai Pulogadung?


 


Sayang, karena lelah saya putuskan break dulu, tidur…Zzz…zzz…zzz…


 


Terbangun kembali saat mengambil jatah service makan di RM Bukit Indah, Gringsing. Baru ada dua Haryanto, yakni Bisnis 2-3 Purwodadi-Grogol dan Eksekutif Pulogadung New Marcopolo AP. Duh…kapan ya mencicipi bis ini? L


 


Lepas istrirahat, pilot bertukar tempat. Baru melenggang keluar, disikat tiada ampun oleh PO Rhema Abadi. Kira-kira kuat menyusul ngga ya?


 


Dengan terengah-engah, Grand Aristo mendadi tanjakan alas roban. Lantaran rpm diforsir, mampu mendahului dua armada Yudha Express. Hmm…sudah dua armada bis ini untuk sekali pemberangkatan. Sudah mulai mendapat bis Jepara ini di hati penumpang daerah Ngawen cs?  


 


Selesai mendaki, keluar karakter asli driver. Tidak kalah garang, sebanding driver I. Pandai mencari celah dan suka menempel kendaraan di depannya. Saat menyalip truk, sangat tipis bingkai spionnya hampir mencium sudut bak belakang truk. Berkali-kali bis lain dipecundangi, di antaranya Safari Dharma Raya, Raya, Sedya Mulya, Rosalia Indah dan Dedy Jaya.


 


Akhirnya, pantat Rhema Abadi terlihat. Dikejar terus penuh nafsu untuk menyalipnya. Merasa dibuntuti, bis yang berlivery grafis kepala burung ini tak mau kalah. Seru melihat aksi kedua bis ini. Bahkan, Grand Aristo yang telah satu badan menyalip dari sebelah kiri, tidak diberi space saat tertahan truk di depannya saat driver mencoba ambil jalur kanan kembali. Ngeyel, tak mau ngalah. Baru sampai di daerah Tulis, setelah hampir 10 km “bertarung”, adik PO handoyo berhasil ditaklukkan.


 


Cerita kurang lebih sama saat berusaha mencundangi PO Bogor Indah. Tidak mudah dan sengit. Memang, harus aku acungi jempol, bis bertrayek Madiun-Solo-Jakarta ini berkarakter laksana bis Kudus-an.


 


Tiba di lingkar Pemalang, terjerembab dalam kemacetan kembali. Bis-bis arah timur memberi kode untuk putar balik, karena ada kecelakaan. Posisi kendaraan yang naas melintang, menghabiskan jalur dan diperkirakan memakan waktu lama untuk mengurai kemacetan. Padahal posisi Grand Aristo terjepit di antara kendaraan lain dan kondisi jalan hanya dua lajur. Posisi badan jalan pun tinggi, dengan kanan kiri areal persawahan. Habis sudah kiprah 88 ini memamerkan aksi teatrikalnya, pikirku.


 


E…ndilalah, sopir cukup jeli. Di samping kiri jalan ada gang kecil masuk ke perkampungan. Kenek diminta men-stop truk di belakang, bis banting penuh ke kanan, dan atreet masuk gang kecil. Edan…kalau miss, bisa nyrosot ke sawah ini. Deg-degan juga saat bis melakukan manuver paksa model begini. Ampun…


 


Tapi, itulah yang namanya skill dan feeling yang tajam terasah. Bukan hal sulit…Kepala sudah menghadap ke timur. Putar arah kembali sembari memberi tahu bis-bis yang arah barat agar mengambil jalur dalam kota.


 


Dan, it’s show time part III. Melahap rute Pemalang-Pejagan-Cildeug-Sindang Laut-Palimanan-Pamanukan-Cikampek Pulogadung bak anjing pemburu. Tak tega berlama-lama melihat mangsa, yaitu pantat kendaraan lain. Gesit, high speed tapi tetap comfort, hingga sayang melewatkan momen-momen seru saat melahap sirkuit sepanjang hampir 600 km. Mengubah malam yang biasa saja menjadi menggairahkan. Menggolakkan jiwa seorang komuter yang selalu berhasrat tiba ibukota saat sunrise.  Dan semua harapan itu diwujudkan oleh Grand Aristo 88 ini.



[gallery columns="2"]

Top Markotop tenan Grand Aristo ini…

5 komentar:

  1. You are very unique person with very unique blog.
    Absolutely Salute...

    Cah sambongan je di lawan..

    Salam Ramadhan mas Did.

    BalasHapus
  2. Whee ladhalah Juragan eBis..

    Awakmu eksis tenan, tur konsisten. ....bagus tenannnnnn

    BalasHapus
  3. Setelah membaca (lagi) tulisanmu kali ini tak pikir aku tidak akan deg degan lagi, eh ternyata masih deg degan pula..Runutan ceritanya bisa gantiin kotak hitam di pesawat nih. Data perjalanan komplet dalam bungkus cerita...Edan tenan...di gawe komik ae iki..payu payu !

    BalasHapus
  4. makasih banget cerita nya.. Mudah mudahan utk kedepannya kami bisa semakin baik dan semakin mempesona... Karna memang utk wilayah pati ke timur kami baru dalam tahap pengembangan.. Sekali kali main ke garasi kami di kudus.. alo mo liat armada armada baru kami yg telah beroperasi di wilayah tayu kudus dan jepara.. Anyway.. Thx.. Huehehe

    BalasHapus
  5. Mantap tenan driver nya,tp blh race sm shantika dl..kynya ngga bakal kekejar sm haryanto...

    BalasHapus