Minggu, 05 April 2009

Sarasehan Hinomania, Sebuah Pencerahan

[gallery columns="2"]


 




Dalam riwayat sejarah transportasi bis, Hino turut memberi “warna dominan” bagi operasional PO-PO yang bertebaran mulai ujung barat hingga ujung timur Nusantara. Meski selama ini persepsi para pengguna bis masih menempatkan mesin Mercedes Benz sebagai bis nomor wahid dalam urusan kenyamanan, kemewahan dan gengsi, tapi sosok Hino tak boleh diremehkan. Bagi kalangan yang bergelut di dunia bis, piranti penghasil energi gerak buatan negeri matahari terbit ini diagungkan sebagai mesin yang handal, reliable, berakselerasi responsif dan tangguh di tanjakan. Semua kelebihan ini dikemas dengan harga yang lebih “ramah” di kantong pengusaha, dibanding bis-bis buatan benua Eropa, semisal Scania, MAN, Ikarus maupun Mercedes Benz sendiri.




 


Tak mengherankan, PO-PO besar semacam Hiba Utama, Sinar Jaya, Mayasari Bhakti, Primajasa, Sumber Kencono dan Garuda Mas menjatuhkan pilihan kepada Hino untuk menggerakkan roda bisnis transportasinya. PO-PO yang selama ini minded ke Mercedes Benz-pun mulai goyah dan  mulai menyicip taste mesin keluaran pabrikan dari Tokyo, Jepang.  Big Bird, Pahala Kencana, Nusantara, Kramat Djati, Shantika, dan Harapan Jaya adalah sebagian PO yang mulai “berselingkuh” dari produk Jerman.


 


Sebenarnya, mesin Hino yang di-release di tanah air tidak kalah dengan teknologi mesin kompetitornya. Hanya saja, karakter konsumen (baca : penumpang) terlanjur mempercayai bahwa produk pertama yang masuk ke pasar adalah produk terbaik, sedang produk belakangan adalah follower. Hal inilah yang membuat konsumen Indonesia dianggap pasar subyektif, sehingga pemain baru harus berjuang keras agar jualannya acceptable.


 


Termasuk dalam hal ini Hino. Usaha dan kerja keras tim ahli dalam pemutakhiran, riset, pengembangan dan improvisasi produk akhirnya mampu merebut kue penjualan mesin big bus dari pesaingnya, bahkan mampu mengungguli di urutan pertama. Apa kunci sukses Hino dari aspek teknologi hingga berhasil merebut hati para konsumen Indonesia yang sebelumnya terkenal loyal terhadap produk Mercedes Benz?  


 


Akhirnya jawaban tersebut terungkap pada saat acara sarasehan Hinomania yang digelar oleh Bismania Community (BMC) di Ruko Taman Pondok Labu, Jakarta Selatan, tanggal 05 April 2009. Menghadirkan narasumber Bapak Priyanto -yang memahami seluk beluk sejarah dan mesin Hino- acara ini berlangsung semarak dihadiri oleh sekitar 25 anggota BMC. Bapak Riyanto dengan gamblang menjelaskan dari awal Hino memulai kiprah perdananya mengusung Hino BT (mesin tengah) di era 60-an hingga RG1JS, yang lebih dikenal dengan nama pasar Hino RG. Dari segi mesin, bapak kelahiran Tegal, Jawa Tengah, juga detail menerangkan teknologi yang diterapkan pada mesin depan (Seri AK) hingga mesin belakang (Seri R). Bukan sekedar masalah “jeroan mesin”, bahkan chasis, sistem pengereman, bagian dan komponen kaki-kaki bis, mekanisme gardan, sistem kerja transmisi dan perfoma karoseri  juga tak luput dari pembahasannya. Tak diragukan lagi kapasitas Pak Priyanto sebagai salah satu pakar Hino. Pengalaman kerja hampir sepuluh tahun di Hino Motor Indonesia telah memberikan wawasan luas dan pengetahuan mendalam bagi beliau. Ditunjang sebagai mantan tim teknik salah satu PO terkemuka dan pernah menjadi trainer workshop otomotif, teori yang didapat selama bekerja dan praktek nyata di lapangan membuat pria yang sekarang berwirausaha membuka bengkel di daerah Kalimalang ini  mumpuni di bidang permesinan.


 


Acara semakin hangat ketika disediakan space waktu untuk sesi tanya jawab antara narasumber dengan audience. Sehingga ganjalan, keawaman, teka-teki dan ke-gaptek-an yang selama ini menyisakan pertanyaan bisa disampaikan kepada Pak Priyanto, agar mendapatkan pencerahan dan tambahan pengetahuan bagi para bismania. Termasuk berbagi tips dan trik bagaimana sebuah PO dalam mengelola perawatan armada dan mendidik para sopir agar  menjalankan bis secara baik dan benar, ekonomis dan memperpanjang lifetime komponen kendaraan. Acara formal namun dalam suasana santai seakan menjadi forum interaktif antara kepala mekanik PO dengan para pecinta bis.


 


Sarasehan sederhana yang telah berlangsung 5 jam akhirnya ditutup  pada pukul 15.00 WIB. Para peserta terpuaskan dan mulai well educated soal mesin, khususnya Hino. Tak lupa, ucapan salut dan acungan jempol dialamatkan kepada Pak Didik Sasono selaku host acara, yang menjembatani keinginan para Hinomania agar bisa bertemu dengan pakarnya. Sebagai wujud tanda terima kasih dan penghargaan atas kemurahan Pak Priyanto membagi ilmu per-Hino-an, Bismania Community menyerahkan merchandise sebagai kenang-kenangan, sebagai simbol bahwa silaturahmi yang tercipta akan dilanjutkan dengan acara-acara yang lebih bermanfaat di hari-hari mendatang.  


 


Bravo Hino, Bravo Bismania…

1 komentar:

  1. Terimakasih untuk mr.didik salambanu yg telah menulis sehingga saya dapat mengetahui kemajuan Hino. Saya sebenarnya fans berat Mitsubishi, mengapa ya Mitsubishi tidak agresif mengambil bagian dunia per-bis-an ditanah air ini?

    Salam bismania, bravo transportasi Indonesia!

    Terimakasih.

    BalasHapus