Kamis, 30 April 2009

Ojeg vs Bis

nusantara-bunga


Kisah tukang ojeg mengejar bis bukan sekali saya alami. Setelah kejadian menggelikan di dalam bis Kramat Djati, tak selang lama terjadi kembali kisah “dramatis” saat sepeda motor 100 cc adu balap dengan bis bermesin 6.000 cc. Tempat Kejadian Perkara (TKP) sendiri “lahir” di Kota Pati, Jawa Tengah. 


 


Kala itu, saya dalam perjalanan pulang dari Jakarta ke Rembang, dengan bis Nusantara. Mercy Intercooler disopiri oleh Mas Hendro, yang kabarnya saat saya menulis kisah ini pindah kerja di PO Shantika. Saat jarum jam merujuk waktu ½ 4 dinihari, Old Travego Adi Putro ini masuk Kota Pati. Dan penumpang sepertinya sudah mafhum, sopir-sopir bis NS 39 yang ditugasi nge-line Pulogadung-Cepu seringkali mampir untuk “makan shubuh” di Terminal Puri, Pati. Tentu bisa ditebak, pasti ada warung favorit para kru bis untuk memenuhi hak lambung yang kosong setelah 7 jam tak terisi semenjak lepas dari Rumah Makan Taman Sari, Pamanukan. Yup, warung makan Mbak Sri namanya. Sajian utamanya adalah kuliner khas Bumi Minatani, yakni Nasi Gandul.


 


Demikian pula Mas Hendro, langsung memarkir armadanya di depan eks Terminal Pati itu.


 


Bis tinggal menyisakan kurang lebih 10 orang, dengan tujuan kota-kota di timur Kota Pati.  Mas Hendro pun ijin dahulu kepada penumpang.


 


“Pak/Bu, badhe nyarap rumiyin. Monggo, ingkang badhe nderek njajan, ning yarwe (mbayar dewe) nggih!”, ujarnya dengan sopan. (Pak/Bu, kita sarapan dulu. Silahkan yang ingin jajan, tapi bayar sendiri ya!)


 


Akhirnya, ada beberapa penumpang ikut “sarapan terlalu pagi”, termasuk saya. Memang cocok, di saat perut sudah mulai keroncongan, mengecap menu nasi gandul yang hangat, sedap dan menyegarkan.


 


Tak lebih dari 15 menit, semua selesai dengan  urusan perutnya. Semua masuk ke dalam bis, bersiap meneruskan perjalanan. Pak Hendro kembali ke ruang kemudi sambil asyik menghisap rokok, sedang si kenek duduk manis di kursi sebelah sopir. Berhubung warung Mbak Sri bukan pemberhentian resmi PO Nusantara, jadi tidak ada “ritual” pengecekan penumpang sebelum bis diberangkatkan kembali.


 


Bis kembali berjalan, pelan-pelan dan makin lama makin kencang melaju di jalanan Kota Pati yang masih sepi. Kira-kira 2 km dari tempat jajan tadi dan kecepatan bis setidaknya 70 km/jam, tiba-tiba ada orang naik sepeda motor berboncengan menyalip secara ugal-ugalan. Setelah sejajar dengan posisi pengemudi bis, sang rider justru memainkan gas sambil gigi persneling motornya ditahan (mem-bleyer). Suara knalpotnya yang cempreng cukup membuat telinga kaget.


 


Tak sabar Mas Hendro sampai mengumpat : “As*, numpak motor wae ugal-ugalan, tak pepet m*d*r kowe!” (An***ng, naek motor saja ugal-ugalan, aku pepet mampus kamu!)


 


Akhirnya sepeda motor butut itu bersalip menyalip sembari  telunjuk kiri pengendara motor menunjuk-nunjuk pembonceng.  Kemudian tangannya melambai, memberi kode supaya bis berhenti.


 


Oalah…ternyata itu tukang ojeg beserta penyewanya.


 


Barulah Mas Hendro tersadar : “Waduh, kuwi penumpang langgananku. Wong Cepu…” , sambil mengerem bisnya. (Waduh, itu penumpang langgananku. Orang Cepu…)


 


Gerrr…seisi bis langsung terpingkal-pingkal, seolah menonton tayangan komedi yang menghibur di televisi.


 


Akhirnya kru bis meminta maaf kepada penumpang tersebut karena keteledorannya. Beruntung “penumpang ketinggalan kereta” ini sadar akan kekeliruannya sendiri. Saat membalasnya, dengan tersenyum dia berujar, “Rego tiket-e nambah 10ewu Mas…” (Harga tiketnya tambah 10 ribu Mas...)


 


“Sepurane Mas, ngene iki yen kepikiran Mbak Sri (pemilik warung),” canda  Mas Hendro untuk melupakan kekecewaannya.  (Maaf Mas, begini kalau kepikiran sama Mbak Sri.)

5 komentar:

  1. hahaha
    jadi mengingatkan aku yg pernah juga mengejar bus luar kota demi temanku terlambat. aku memboncengkan temanku dgn tas travel yang besar. kira2 miriplah...
    ckckck
    aku bisa tahu kondisinya tukang ojek waktu itu...

    BalasHapus
  2. Salam kenal Mas Noe...
    Salah satu contoh, betapa heroiknya aksi tukang ojeg ya Mas kalau dapat order untuk mengejar waktu. Hehehe...

    BalasHapus
  3. tukang ojege ngebut tenan iku nganti dipisuhi sopire..wakakaka

    BalasHapus
  4. mbak sri bukak warunge jam piro mas..? durung subuh kok wis dodolan..? jian ..lucu banget..

    BalasHapus