Selasa, 28 Juli 2009

Berburu Galaxy EXL, Yang Tertangkap Gajah OBL (2)

Jumat, 24 Juli; Rawamangun Tebar Kebimbangan


 


Dengan berestafet naik KWK 06-PPD P.43-Metromini M46, jam 13.30 tiba di terminal Rawamangun. Jangan ditanya statusku saat itu, mangkir dari dinas, bolos setengah hari atau mengkamuflase sistem absensi jam kerja. Yang jelas, demi perburuan, urusan kantor bisa sedikit dikorbankan dengan seribu alasan. Hehehe...


 


Pemandangan pertama, tampaklah squad Pahala Kencana, mulai Proteus, Setra, Panorama DX dan Jupiter. Duh, ada si Jupe Denpasar. Dari dulu aku kesengsem sama modelnya. Gimana ya, apa naik ini saja? Ah…belum lihat bis-bis lain, pantang untuk langsung memilih.


 


Kemudian…


 


“Kepada para penumpang Karina Super Eksekutif KS 420 tujuan Surabaya-Malang, dimohon menempati kursinya masing-masing, karena armada akan segera diberangkatkan. Armada ada di jalur 3 terdepan”.


 


Itulah announcement dari TOA kantor terminal, saat kakiku bergerak ke ruang tunggu pemberangkatan.


 


Wah, teriakan nyaring petugas terminal laksana kata rayuan nan menggoda.  Belum sekalipun aku menaiki armada bintang lima plus plus grup si Ijo. Kususuri jalur 3, tampak Lorena Setra Selempang Adi Putro Mercy Intercooler. Kuingat-ingat isi kantong. Kalau cuma 300ribu sih ada untuk menebus tiket SE. (sombong mode on ) Tapi…engga dulu, ah. Aku tak boleh ingkar dari rencana.


 


Termasuk dua armada smiley Kramat Djati Malang dan Denpasar, seolah menebar senyum kepadaku untuk menaikinya. Ah…jangan dulu. Selama masih menganut aliran netralisme, aku tempatkan di dasar klasemen pilihan armada impian.


 


Sudah setengah jam duduk, bis Malino Putra belum tampak batang spionnya. Mau tanya ke agen, malas. Memang niat saya biar surprise. Sabar…sabar, orang berburu butuh kesabaran.


 


Tak selang lama, masuklah bis Safari Dharma Raya B 7168 IB model van hool jurusan Denpasar. Ck ck ck…akuarium cing, hingga kaki penumpang bisa diintip dari luar. Hehehe…


 


Penumpang yang sedari tadi menunggu bergegas naik. Hanya ¾ kapasitas seat terisi. Tiba-tiba teringat…wah, ini armada bermesin eklusif kepunyaan OBL. Siapa tahu ini yang berspesies MAN.


 


Cepat-cepat bangkit, dan tanya ke loket. No. 10.


 


“Mas, bisa naik OBL Denpasar turun di Rembang”, tanyaku membuka transaksi.


“Boleh Mas, tapi tiket mahal. Mau?”, jawab dia agak pesimis kalau calon penumpangnya mau membayar mahal


“Mahalnya berapa sih Mas?”, balasku tak mau kalah.


“200ribu Mas, gimana?”


 


Dalam hati kecil, aku mengiyakan. Cuma harus ada satu syarat yang harus dipenuhi OBL.


 


“Mas, armadanya itu pakai Scania apa MAN,”


“Scania Mas”


 


Yah…kecewa berat. Sudah overdosis minum obat bermerek Scania. Dengan bersilat lidah, saya pun jual mahal.


 


“Mas, 150rb ya?”


Ngga bisa Mas. Kalau ngga mau ngga masalah kok. Itu bisnya juga mau berangkat,”


 


Yup, memang itulah jawaban yang kuharap.


 


Balik lagi ke ruang tunggu. Dan Jupiter “Sahala” melenggang keluar dari terminal. Sudah pupus harapan digoyang Tante Jupe. L Disusul kedatangan Lorena Jember LE 440. Hehehe…ogah ah, lagi malas ngisi TTS.   


 


Kulirik jam dinding di salah satu warung makan. Sudah jam 15.00. Duh, semakin sempit waktuku. Setengah jam lagi Malino Putra tidak nongol, terpaksa, kembali ke selera asal, naik NS 39 dari Pulogadung. Terlebih, tadi pagi Mas Rully mengirim SMS, bahwa di pool Perintis ditemukan sosok New Marcopolo Nusantara. Jangan-jangan, itu buat armada Cepu. Kalau benar, sore ini bisa memperawaninya.


 


Masuklah kembali Safari Dharma Raya Setra AP jurusan Banyuwangi. Warna kulitnya sudah kusam, bahkan di salah satu dinding samping ada yang sudah berlubang, karena keropos. Ah, tidak ada indahnya. Duh, mengapa tidak renewal body ya?


 


Sudah jam 15.15. Sudah ah… kesimpulanku, aku gagal berburu. Kapan-kapan lagi berburu Galaxy EXL. Dewi Fortuna lagi berburuk hati kepadaku.


 


Saat hendak beranjak dari tempat duduk, di antara jajaran armada metromini yang mengantri di pintu masuk, terlihat kepala bis dengan ciri lima lampu oranye di atas kaca depan. Pastilah itu  Malino Putra. Hore!!!


 


EXL…bukan…EXL…bukan. H2C jadinya.


 


Saat semakin jelas. Yah…penonton lagi-lagi kecewa. Mengapa harus Setra? Mengapa bukan bis “baru” untuk pemberangkatan dari Rawamangun. Uh…kesal!!!


 Malino Setra


Dengan langkah gontai, kutinggalkan jalur pemberangkatan. Rencana nyari ojeg, minta antar ke Pulogadung, mengejar jadwal NS 39, pemberangkatan jam 16.00.  


 


Namun, saat berjalan melewati buritan Gajah dari Temanggung, retina mata ini menangkap lubang exhaust knalpot OBL Banyuwangi. Hei, dua lubang. V-engine kah?


 Exhaust


Gimana ya? Pilih…engga…pilih…engga


 


Ah, demi menghargai jerih payah celengan-ku, rasanya berdosa kalau tidak menghabiskannya. Seketika itu pula berubah pikiran.


 


Langsung putar arah, menuju pintu bis kiri depan. Kebetulan ada personil checker OBL.


 


“Mau kemana Mas?’, tanyanya saat aku terlihat menghampiri.


“Mas, turun Rembang bisa ngga?”


“Boleh Mas, tiket 165rb ya. Ya, mahalan dikit lah dari bis Kudus”, rayunya dengan jujur.


 


Lho, kok lain sama bandrol harga Mas Agen ya? Apa kebijakan OBL begitu, beda mesin, beda harga ya?


 


“Ok Mas, bayar sama Mas apa ke loket?”


“Ke loket aja Mas, ayo, saya antar”


 


Yang membuat senyumku puas, Mas Agen terlihat cemberut, melihat aku dikasih rate teman-nya 165rb. Hahaha…


 


Kesimpulanku, tarif Rembang untuk bis timur jauh tidaklah fix, tergantung hitungan kasar agen, sehingga hasilnya bisa berbeda. Dulu pernah tanya Malino Putra 150rb, Akas Asri 170rb, Kramat Djati 160rb. Variatif dan terkesan suka-suka agen.


 


Jadilah, aku naik Gajah OBL bermesin V-engine, sebagai obat penawar kekecewaan gagalnya hunting Galaxy EXL.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar