Kamis, 16 Juli 2009

Big Bird; BMC Tandang Ke “Sarang Burung Biru”

[gallery]

Bicara soal transportasi umum di Jakarta, rasanya sebagian besar warga Jabodetabek tak asing dengan nama Blue Bird (Group). Ketenaran nama besar yang disandang Blue Bird tentu tak luput dari kerja keras dan perjuangan tak kenal henti para founding fathers, pewaris sesudahnya dan segenap karyawan lintas generasi, dalam membirukan jalanan ibukota dengan armada taksinya. Dari pengoperasian perdana berupa mobil bemo, raihan prestasi Blue Bird sekarang ini seolah menjadi cerita indah dongeng 1001 malam.  Dengan mencitrakan diri sebagai taksi andalan yang nyaman, aman, friendly, good service dan berorientasi pada kepuasaan pelanggan, membuat taksi ini menjadi pilihan utama para calon penumpang. Alhasil, 50% pangsa pasar kota metropolitan telah dipegang, walaupun perusahaan taksi yang lain tumbuh menghimpit.


 


Meski image Blue Bird  lekat sebagai armada taksi, namun sesungguhnya sepak terjangnya bukan hanya di bisnis per-taksi-an. Dalam usianya yang menapak 37 tahun, usaha yang awalnya dirintis oleh mendiang Ibu Mutiara Djokosoetono SH, kini rentang sayap Sang Burung Biru semakin melebar dan terbang kian jauh. Jangkauan bidang usahanya meliputi Pusaka Group dan Cendrawasih (regular taxi), Silver Bird (executive taxi), Golden Bird (limousine and luxury taxi), Big Bird (charter bus), Iron Bird (expedition truck) dan Restu Ibu (Carrosserie). Bukan hanya jago kandang di bumi ondel-ondel, perusahaan yang berlogo siluet burung biru terbang ini pun go public dalam skala nasional. Tercatat kota-kota besar di Indonesia -- Denpasar, Yogyakarta, Banten, Bandung, Surabaya, Semarang, Lombok, Manado -- telah dirambah. Seolah semakin menegaskan supremasi taksi yang berslogan “kejujuran kunci kesuksesan” ini sebagai  perusahaan taksi terbesar di tanah persada.


 


Dalam rangka menggali sejarah, wawasan dan pengetahuan tentang kiprah dan karir perusahaan transportasi Blue Bird, khususnya manajerial divisi charter bus, Big Bird, pada tanggal 7 Juli 2009 kemarin, Bismania Community (BMC) menyambangi pool Blue Bird di bilangan Mampang, Jakarta Selatan. Selaku wakil manajemen Blue Bird Group, yang hadir menyambut antara lain Bapak Tony Liandouw (Manager Corporate Image), Bapak Teguh Wijayanto ( Head of Public Relations), Ibu Istiqo Jakariyah (Manager Transportation Consultant), Ibu Sabar (Human Resource Development) dan beberapa staf Big Bird. Sedang dari pihak komunitas bismania terbesar di Indonesia, sekurang-kurangnya 20 anggota yang turut bergabung, dimotori oleh Sdr. Prima Wahyu.


 


Bertempat di aula meeting lantai IV head office Blue Bird, tepatnya di Jalan Mampang Prapatan Raya, No. 60, perhelatan “buka jalur silaturahmi” antara BMC dengan Blue Bird Group resmi dibuka. Acara ini sendiri dimoderatori oleh Bapak Tony, agar forum formal berlangsung menarik dan tertata. Sebelum pembahasan mendalam tentang Big Bird, kami diminta memperkenalkan diri oleh pihak Blue Bird, agar komunitas bismania semakin dikenal oleh insan-insan pengelola bisnis transportasi. Tak kenal maka tak sayang. Mewakili para pengurus dan anggota BMC, penulis didaulat sedikit “menguliti” sosok BMC. Meski tidak secara detail,  setidaknya tujuan pendirian BMC, visi dan misi yang diemban, keanggotaan komunitas, serta kegiatan-kegiatan yang membawa manfaat bagi masyarakat transportasi yang pernah diadakan, bisa tersampaikan. 


 


 


Tiba pada inti acara, kami dipandu langsung Ibu Istiqo, selaku manager konsultan Big Bird. Wanita berjilbab ini mengisahkan sejarah pendirian divisi charter bus, Big Bird. PT Big Bird lahir setelah 7 tahun berdirinya PT Sewindu Taksi, nama perusahaan resmi dari Blue Bird, pada tahun 1979.  Cikal bakal Big Bird justru dipantik oleh permintaan JIS (Jakarta International School) yang  saat itu berencana menyediakan sarana antar jemput bagi guru dan staf sekolah. Menindaklanjuti request JIS, akhirnya Blue Bird mencoba-coba bermain di kelas charter bus. Agar mandiri, independen dan tidak campur aduk dengan pengelolaan taksi, divisi ini dibuat terpisah, dengan bendera  PT Big Bird.  Ternyata, kala itu kue untuk charter angkutan massal  masih terbuka lapang, sehingga PT Big Bird serius menggarap peluang ini. Dengan sistem  pengelolaan, pengoperasionalan dan pelayanan mengadopsi divisi taksi yang well managed dan well operated, lambat laun Big Bird makin berkembang. Setelah mendapat suntikan baru dengan digandengnya konsultan transportasi agar PT Big Bird siap dan tangguh bersaing dengan charter bus yang semakin banyak bermunculan, pada tahun 2000 silam nama perusahaan diimbuhkan Pusaka, menjelma menjadi PT Big Bird Pusaka.


 


“Saat ini, kami memiliki ratusan armada untuk bis, terdiri dari bis kecil dengan kapasitas 10/11 kursi, yang kami istilahkan Bravo, bus medium 25 seat dengan kode Delta dan Alpha untuk bis besar, dengan konfigurasi tempat duduk hingga 54 orang.  Khusus big bus, selain piranti keselamatan seperti palu penyelamat, tabung pemadam dan pintu darurat, armada juga dilengkapi fasilitas penunjang yang akan memanjakan penyewa. Semisal AC, Radio Panggil, Tape Recorder, DVD, Microphone, dan TV. Rencana ke depan, akan kami sempurnakan dengan cool box, alat monitor GPS dan Wifi,” papar Ibu Istiqo dengan gamblang.


 


“Kami membatasi usia kendaraan tidak lebih dari 5 tahun, demi meminimalisir hal yang tidak diinginkan akibat umur armada. Sekarang, kami tidak lagi minded dengan mesin dan karoseri tertentu. Semua kami customized sesuaikan dengan keinginan penumpang. Komitmen Big Bird, armada kami harus aman, nyaman, tepat waktu, dengan profesionalitas pengemudi agar tercapai kepuasaan pelanggan”, tambahnya menyuarakan tekat perusahaan Big Bird. 


 


Sesi berikutnya dilanjutkan oleh Bapak Teguh Wijayanto, dengan topik Pengendalian Operasi Big Bird. Secara menyeluruh, Beliau menjelaskan bagaimana proses reservasi, perencanaan, eksekusi dan terakhir evaluasi saat armada Big Bird mendapat purchase order, sepanjang bis keluar markas hingga balik kandang kembali.


 


“Kami menerapkan FIFO (First In First Out), memprioritaskan pembooking yang jauh-jauh hari telah menentukan waktu perjalanannya. Ini memudahkan kami dalam menyiapkan armada dan kru, pemetaan jalan yang akan dilalui dan bisa membantu merekomendasikan tempat wisata dan akomodasi andai diperuntukkan bagi wisata. Bahkan kami bisa melayani permintaan mereka, untuk armada yang dipakai dan kru mana yang hendak dipercayakan”, ujar pria murah senyum ini.


 


“Selama perjalanan, armada akan kami pantau. Baik soal attitude kru, performa kendaraan, pemanfaatan fasilitas armada dan kondisi jalan. Pengemudi kami minta menginformasikan dengan segera bila menemui masalah di jalan, agar kami responsif mengambil langkah antisipatif. Jangan sampai, kenyamanan penumpang berkurang karena kinerja kami,” kata Pak Teguh dengan berapi-api.


 


 


Dan saat rantai acara indoor terakhir, kami mendapat pencerahan dari Ibu Sabar bab pembinaan dan pengembangan SDM, khususnya para pengemudi taxi dan bis. Mulai dari tahap requitment, tes seleksi, pembekalan safety driving dan economic driving, kursus bahasa inggris, reward and punishment atas hasil kerja dan pengembangan karir.


 


“Mereka (pengemudi-pen) ibarat ujung tombak pengelolaan bisnis transportasi. Penumpang adalah sumber pendapatan dan kelangsungan perusahaan. Para pengemudilah yang bertatap muka langsung dalam melayani mereka. Pengurus pool, pejabat direksi dan karyawan kantor tak pernah bertemu penumpang Kalau hanya membandingkan sisi armada, antar perusahaan taxi dan charter bus tak jauh beda. Bahkan untuk taxi reguler, banyak armadanya yang lebih baru dari kami. Namun, kami mempunyai keunggulan dalam membina dan me-menej para pengemudi. Inilah aset kami. Kami tak mau larut dengan banting harga, namun kami harus bisa melayani lebih baik lagi.” jelentrehnya penuh filsuf dalam membagi rahasia mengapa Blue Bird bisa berjaya sampai detik ini. “Kami tak pernah memandang mereka sebagai bawahan atau orang lapangan. Hubungan yang terjalin dalam perusahaan menganut asas kekeluargaan, saling mencintai, toleran, saling asah, asih dan asuh, sehingga terbentuk team work yang kuat untuk maju dan sejahtera bersama.”


 


BMCers pun tampak tekun menyimak kuliah sarat ilmu dari para petinggi PT Big Bird Pusaka tentang dunia usaha di bidang transportasi. Dari uraian panjang lebar dari beliau-beliau, dapat ditarik kesimpulan, kekuatan dahsyat yang menggerakkan roda Blue Bird Group adalah kerja keras, disiplin dan kejujuran, dalam koridor rasa cinta dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Dengan sentuhan moral dan tanggung jawab para pemegang saham, direksi, pengemudi dan karyawan,  kesuksesan pun bisa diraih. Bukan faktor modal dan kedekatan dengan penguasa semata.


 


Layaknya tamu agung, kami sangat dimuliakan oleh keluarga besar Blue Bird. Mereka menerima kami dengan keramahantamahan, kehangatan dan sikap terbuka. Cerminan budaya Blue Bird Families  yang bermurah hati dalam menebar cinta kepada sesama. Sebagai fase penutup, kami diajak makan siang bersama di dalam ruangan dengan menu masakan ala Jepang, dibagikan tanda apresiasi atas kedatangan bismania ke sarang burung biru berupa goodie bag, diberi kesempatan melongok kesibukan yang luar biasa para karyawan di main reservation room dan mendapatkan jalan-jalan gratis menengok pool bis Big Bird di daerah Ciputat dengan armada Skania Big Bird B 7851 XB produk Restu Ibu.


 


Wahai Burung Biru, kepakkan sayapmu lebih lebar, terbanglah makin tinggi. Songsonglah kejayaan yang membentang di angkasa biru…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar