Rabu, 01 Juli 2009

Kopdar Kebun Raya Bogor; BMC Punya Mbok Bariyah

Siapa bilang bismania hanya identik dengan armada bis semata? Cangkruk di terminal eta mah biasa. Ngebahas mesin adalah mata kuliah wajib. Bedah karoseri juga seringkali. Apalagi serunya saling share cerita turing, ngga ada bosannya.


 


Ternyata oh ternyata….Bismania punya taste yang lain. Bismania pun aware and care dengan aksi back to nature.


 


Untuk urusan yang satu ini, Bismania Community pantas berbangga memiliki member penggiat alam lingkungan berikut flora dan fauna yang ada di alamnya. Dialah Nick Ayu dan Asman Adi, anggota dari chapter Bogor.


 


Berawal dari ide mereka berdua untuk meng-host sebuah acara dengan kemasan yang berbeda, setelah melalui tahap pertimbangan, discusing, hearing dengan pengurus, hingga ketok palu untuk end decision, terbitlah SMS Broadcasting, “Kopdar BMC sambil makan rujak di Kebun Raya Bogor, tanggal 21 Juni 2009. CP : Nick Ayu”


 


Hiruk pikuk kehidupan hari Kota Bogor yang mulai menggeliat, menyambut kedatangan para bus lover dari segala penjuru mata angin. Kampung Rambutan, Serang, Tanjung Priok, Bekasi, Pulogadung, Cikarang bahkan Bandung. Sebagai meeting point dipusatkan di Botanical Square Pool Damri Baranang Siang. Tercatat 20 member mengcontreng absen kehadiran, menggenapkan bukti bahwa simpatisan Bismania Community cukup solid, menjunjung tinggi nilai pertemanan, penuh pengorbanan dan concern terhadap kelangsungan komunitas.  


 


Dalam rombongan besar, langkah kaki kami arahkan menuju pintu IV entry gate ke Kebun Raya Bogor (KRB), melewati tugu kujang yang tegak berdiri di Jalan Padjajaran. Meninggalkan Asman Adi yang sebelumnya diserahi tugas berbelanja buah sebagai bahan rujakan dan mengemban amanat sebagai pembawa amunisi dan perbekalan perang.  


 


Belum sampai masuk ke lokasi wisata, dikomandoi makhluk yang paling ayu, gerakan narcisme para calon perujak pun merambat muncul. Tak kenal tempat, tak kenal waktu dan tak kenal situasi. Di bangunan dome ala eropa, kita langsung mengabadikan momen berharga ini dengan berfoto-foto ria, dibawah jepretan tukang foto amatiran, Aam Bule.


KRB Dome



 

Puas berpose manis dan memajang camera face, kami ditodong Ibu Ketum Rujakan untuk menyerahkan sejumlah uang demi menebus tiket masuk dan sedikit sumbangan untuk mengisi kas. “Tamu bukannya dilayani, malah melayani tuan rumah, “ gerutu kami. (Hehehe…piss ya Nick.)


 


Dan di area pintu masuk ini, kami menjadi saksi keakraban dua sejoli yang selalu seiya sekata, diam-siam mesra dan menebarkan aura romantisme anak muda. So sweet…Terlihat mata Mas Yudi menerawang jauh ke awang-awang sesaat setelah menyaksikan adegan yang pernah dikecapnya masa silam. Alam ingatannya teringat kampung halaman di Malang. Mupeng ya Mas?


 


Hasil dari bujuk rayu Nick yang penuh hiba kepada petugas loket, kami beruntung dikenai tarif tiket batas bawah seharga Rp9.500,00,-seharusnya Rp11.500,00 untuk weekend-. Kami langsung dihadiahi teduh dan hijau daunnya pepohonan koleksi Kebun Raya Bogor. Hawa cukup segar, sejuk dan kaya O2, beda jauh dengan aroma solar, CO2 dan pengapnya udara di area terminal bis yang seolah menjadi konsumsi wajib hidung para bismania. Benar apa yang dikata Mas Fathur, bahwa inilah saatnya kita mencuci paru-paru  yang penuh polutan, untuk direfresh dengan udara bersih sebagai detergen-nya.


 


Saat berjalan di depan Café Dedaunan yang terletak di dalam kawasan peninggalan CGK Reinwardt ini, kami mendapat kabar bahwa sesepuh dan dewan pembina BMC, Om Harsono-nama online Blegur- dan Om Arga-momod milis- sedang final approaching menuju KRB untuk merapat.


 


Jadilah, masa iddah (tunggu) ini kembali diisi untuk mengekspresikan sifat narcis dan keganjenan. Kembali kami berfoto-foto dengan aneka gaya, cocok dijadikan model dadakan untuk sampul majalah dunia supranatural.


KRB Band


Tak selang lama, Om Blegur and family dan owner PO Mas Arga (bukan Agra) dengan istri tercintanya datang bergabung. Sekian lama tidak bersua sesepuh BMC, kami pun bersuka cita. Bagaikan anak ayam bertemu induknya. Kami merindukan wejangan dan nasehat dari beliau, untuk meng-assist langkah-langkah kami ke depan dalam memajukan komunitas.


 


Beramai-ramai kami menelusuri jalan-jalan kecil di dalam Kebun Raya, menikmati lukisan alam buatan yang disajikan. Ratusan pohon besar khas hutan tropis berumur seabad lebih tinggi menjulang mencakar langit, diseling dengan vegetasi flora dari keluarga palm, bamboo dan aneka bunga. Terlihat teratai raksasa yang konon mampu menahan beban anak kecil menghampar di atas kolam di depan café. Tak terhitung beragam satwa burung terbang dan hinggap di dahan-dahan pohon, menambah indahnya panorama pagi di Kebun Raya.


 


Dalam kacamata bismania, kami membayangkan andaikata terminal bis berkonsep 2 in 1, ruang hijau dan terminal dalam satu lahan, alangkah impresifnya program pembangunan saat bertema ramah lingkungan dan turut andil men-slow down pemanasan global. Kapan ya angan-angan liar ini terwujud?


 


Setelah dirasa cukup menggerakkan raga dan memacu kerja jantung untuk mengalirkan oksigen ke pembuluh-pembuluh darah, kami pun berhenti di tepian telaga Gunting. Menikmati gemiricik air mancur di telaga dengan background istana Bogor, kami menggelar lapak sederhana. Suasana di pinggir telaga cukup ramai, mengingat saat itu hari minggu dan bertepatan dengan musim liburan sekolah.


 


Neng geulis ini pun berubah peran menjadi Mbok Bariyah, si penjual rujak asal Pulau Madura. Sedang yang lain duduk manis, ngobrol ngalor ngidul, debat kusir bahkan perang opini dengan topik pembicaraan yang tidak OOT dari bis. Dibantu Mas Wahyu, Asman, Mas Yudi, Mas Awig, dengan cekatan cucu Ronggolawe ini menyiapkan hidangan pemanja perut kami yang mulai didera rasa lapar. Mulai mangga, nanas, mentimun, bengkoang, dan jambu air dikupas dan diiris kecil-kecil. Siang-siang begini, air liur siapa yang tidak menetes dihadapkan dengan menu rujak petis. 


KRB Rujak


Tak perlu waktu lama,-karena bumbu sudah homemade by istri Mas Wahyu dan Nyonya Mas Aziz-, menu rujak yang dinamai “Rujak Special BMC ala Cah Ayu” terhidang. Kami langsung menyerbu Cah Ayu…eh rujak bumbu kacang untuk membayar  air liur yang mulai mengering. Bergantian jari jemari kami mencomot irisan buah segar yang ada. Agar aspiratif dengan selera lidah, disediakan tiga opsi untuk bumbunya, pedas, manis dan original.  Dalam acara kumpul-kumpul, pasti sesi makan-makan adalah puncak meriahnya acara. Demikian pula berlaku untuk Kopdar Kebun Raya ini. Dalam sekejap, sajian ludes tak tersisa. Pedas, asam dan manis saling berpadu.


KRB Makan



 

Laris manis tanjung kimpul, yang jual manis, pujian terkumpul… 

 

Inilah indahnya kebersamaan dan buah sense of belonging terhadap komunitas yang ditunjukkan member BMC. Meski berbeda status sosial, asal daerah, profesi, suku, ras dan warna kulit, dengan tali simpul yang bernama hobi bis, nyatanya cukup kuat untuk mengikat kami dalam komunitas bismania.


 


Dari sekedar acara makan rujak, sejatinya sebuah kebersamaan besar Bismania Community  sedang kita pertontonkan.


KRB Telaga



 

Bogor sweet Bogor…

21 Juni 2009

1 komentar: