Rabu, 01 Juli 2009

Karina; Cinta Lamaku Bersemi Kembali (3)

Pak Jajang, Ustadz yang Membawa Kedamaian


 


Kemudi diambil alih oleh driver kedua. Namanya Pak Jajang, eks sopir Sinar Jaya. Beda dengan Pak Samir, Pak Jajang lebih garang dalam menginjak gas dan mode safe dalam mentake over kendaraan lain. Bawanya tak kalah lembut dan setiap kali bergoyang, bodyroll bis tidak membuat penumpang terguncang. Saya menduga, dilihat dari keterampilannya, sopir yang akrab dipanggil Pak Haji ini pastilah sopir senior dan berjam terbang tinggi.


 


Jalan pantura yang tak rata dan berlubang, tak menghilangkan ayunan lembut suspensi leaf spring dari kaki-kaki bis ini. Bagi Pak Jajang, sebelum menapaki medan jalan di hadapannya, dihitung dengan hati-hati, matang dan cermat. Tidak asal main libas.


 


Tetap, kisaran kecepatan bis di angka 80 km/jam, karena inilah rentang kecepatan ekonomis, agar nanti tidak tekor dalam penggunaan solar. Namun, untuk jalan non tol dengan kondisi lalu lintas yang ramai, kecepatan ini sangatlah high speed dan membuat jantungku berdebar-debar. Aku memang memprioritaskan kenyamanan daripada kecepatan bis, makanya jalan cuma “segitu”, sudah terasa kencang dan mengkhawatirkan. 


 


Satu kursi yang tersisa, diisi penumpang dari agen Terminal Tegal. Full seat, yang berarti, meski kecil, kru akan mendapat limpahan komisi dari kantor.


 


Bis yang baru 10 bulan beredar ini pun berhenti di Polsek Subah. Ada satu bis Karina diamankan polisi, karena malam sebelumnya terlibat insiden dengan bis Solo. Konon, tidak ada kata sepakat antar pengurus PO, sehingga jalan mediasi ditempuh lewat jalur hukum. Pak Jajang berniat menemui kru bis Karina yang naas, sekedar mendrop perbekalan serta unjuk solidaritas sesama kru.


 


Mulai dari sini, kuisi waktu perjalanku dengan ngobrol bersama Mas Amat dan sesekali ditimpali Pak Jajang. Banyak hal yang mereka ceritakan, termasuk status Lorena-Karina yang saat ini dibilang “terlena” dan over confidence menghadapi persaingan bisnis transportasi darat yang kian sengit. Nyala sinar si Ijo yang meredup pun dirasakan oleh para kru. Hanya mereka yang berloyalitas dan berdedikasi tinggi yang masih setia bergabung dengan PO yang sekarang dipimpin Pak Ryanta ini. Termasuk Pak Jajang dan Mas Amat ini.


 


“Bos kami sudah lolos masuk dewan dan nantinya sibuk di sono, Mas. Rencananya bakal ada perombakan manajemen. Isunya Pak John (divisi ESL) yang akan menjalankan bisnis AKAP. Semoga, bakal ada angin segar dan perubahan berbekal segudang pengalaman Pak John”, kata Mas Amat dengan optimis tentang masa depan PO Lorena-Karina.


 


 


“Untuk sekarang, tidak usah berharap jalannya bakal seperti Lorena dulu, Mas. Prinsip kita, bisa mengantarkan penumpang dengan selamat dan tepat waktu, adalah kebanggaan tersendiri. Toh, buat apa jalan banter. Enakan bawa bis ya gini. Tenang tapi pasti. Coba Mas liat, penumpang saya pulas tidur kan Mas?” imbuh Pak Jajang dengan bijak. Saat kutoleh ke belakang, semua penumpang terbuai oleh mimpinya masing-masing. Inilah buah dari gaya menyetir Pak Samir dan Pak Jajang, elegan dan calm.


 


 


Selanjutnya, Pak Jajang banyak membagi ilmu dan cerita tentang kehidupan. Pengetahuan dan wawasannya begitu luas, perjalanan hidupnya di jalan raya begitu panjang. Aku hanya mengangguk-angguk saja saat beliau memberi nasehat dengan kalimat yang mencerahkan dan menginspirasi hidup. Layaknya motivator ulung sekelas Mario Teguh. Sebenarnya bukan maksudku mengajak bicara dengan sopir, tetapi Pak Jajang sendiri yang senang bertemu teman ngobrol, sehingga bisa membunuh kebosanan dalam menjalankan profesinya.   


 


Dari Subah hingga Demak, tak putus kami bertiga melakukan “konferensi”. Ternyata, ganasnya hidup di jalanan melahirkan sosok-sosok arif dan bijak seperti yang ditunjukkan Pak Jajang dan Mas Amat. Aku jadi merenung, bisakah hidupku sedewasa mereka nantinya?


 


Karena sudah didera kantuk, aku pamit kepada Pak Jajang dan Mas Amat. Mas Amat sendiri langsung menggelar lapak di smooking room, meninggalkan Pak Jajang dalam kesendirian bertugas.


 


Dalam tidur ayamku, terdengar lirih kalimat dzikir yang dilafalkan Pak Jajang. Itulah cara beliau mengisi waktu dalam bekerja, selalu mengingat Sang Pencipta. Membawa suasana kedamaian di tengah malam.


 


“Kita tidak tahu apa yang bakal terjadi di jalan Mas. Musibah itu dekat, hanya berpasrah diri kepada-Nya yang membuat saya tenang saat mengemudi”, terngiang kembali kata-kata beliau saat pembicaraan tadi.


 


Hiks… aku jadi terharu dan trenyuh dengan kata-kata beliau. Andai semua kru bis bersikap dan berpikiran jernih seperti Pak Jajang, nafas temparen dan hawa keras jalan raya hanya akan menjadi kisah masa lalu yang terkubur dalam-dalam.


 


 


Ah, tanggung daripada tidur. Kunikmati perjalanan akhir sebelum mencapai Kota Rembang dengan menikmati kelihaian Pak Jajang dalam menerbangkan MB OH 1525 ini. Sayang kalau miss it. Dan satu yang tetap lestari, Royal Coach E ini tetap berlari, berlari dan berlari.  


 


Rembang (6/6), Virus CLBK itu Datang


 


Tepat pukul 00.45, Karina berhenti di depan Taman Rekreasi Pantai Kartini. Kuucapkan kata terima kasih kepada Pak Jajang yang telah selamat mengantarkan kerinduanku pulang ke rumah.


 


Saat deru mesin OM 906LA hilang di kesunyian malam Kota Rembang, sejenak aku tertegun. Normal, waktu tempuh Jakarta-Rembang 13 jam, dengan pelayanan yang tidak setengah-setengah dalam memuliakan penumpang. Bukan hanya pesona armada yang kurengkuh sepanjang perjalanan, tapi bis inilah yang mempertemukanku dengan ustadz sesaat bagiku, Pak Jajang.


 


Andai saat ini aku ditanya, benarkan armada Lorena-Karina turun pamor dan service bintang lima-nya mengalami degradasi? Dengan tegas akan kujawab, “Absolutely, not…Masih ada armada yang memancarkan pesona dan aura legenda kejayaan masa silam Lorena-Karina.” Itulah yang ditegaskan oleh KE-552 ini, yang baru saja berpisah denganku.


15



Cinta Lama-ku, bersemi kembali. Sinyal kebangkitan si Ijo dari Tajur? Semoga...

3 komentar:

  1. selamat mas anda naik bus yg tepat untuk saat itu dan crew yg bersahajah..... mereka juga tutor2 ku yg bnyak membing ku.... banyak cerita haru seperti tadi tapi gk bisa ku ceritakan satu2 mas add fb ku ya dimaz_2629@ymail.com nanti kita crita lagi..

    BalasHapus
  2. never lost the spirit of "ijo"... :D

    BalasHapus
  3. sm ky pengalaman sy naik P 055 dr pool RA tujuan madura bulan maret 2011. n tambahan juga klo pd saat itu si ijo ngacir dr term Lb bulus jam 13.00 sampe ke pmksn jam 08.10... mantap... go green

    BalasHapus