Rabu, 01 Juli 2009

Karina; Cinta Lamaku Bersemi Kembali (1)

Apakah wabah virus CLBK (Cinta Lama Bersemi Kembali) juga tengah melandaku?


 


Selasa pagi (2/6), Mendadak Kangen


 


Sudah hampir dua minggu ini aku mendekam di ibukota. Rasa kangen berjumpa keluarga menumpuk-numpuk memenuhi ruang rindu. Bagaimana membunuh ke-bete-an saat perjalanan Jumat depan, saat angan-angan keceriaan anakku menyambut bapaknya datang bergelayut di pelupuk mata?


 


Pasti…kunci jawabannya cuma satu. Bis yang membawaku pulang kampung nanti harus istimewa, spesial, mengesankan dan penuh sensasi.


 


Seketika terlintas bayangan Lorena-Karina. Sudah lama tak lagi mencumbui dua sosok manis ini. Sejatinya, bis-bis inilah bis sejuta kenangan bagiku. Awal mula pertaruhanku menjalani hidup sebagai seorang komuter, duo green ini yang kupercaya untuk sandaran ritual wira wiri Rembang-Jakarta. Gara-gara specdown kualitas pelayanan dan ketidakpastian waktu tempuh, yang membuatku ingkar dari kesetiaan.


 


Bahkan, hingga tahun keempat aku menjauhinya, image negatif bis ini belum juga berubah. Masih saja didekap penyakit lamanya. Molornya jam keberangkatan, waktu tempuh seringkali meleset jauh dari  average, pengetatan jatah solar, armada yang semakin menua dan minim peremajaan, hingga sempat tersiar kabar krisis driver gara-gara eksodus-nya para sopir senior.


 


Hmm…tak mengapa bagiku. Yang kukedepankan melepas kangen, bukan mengeluhkan celah kekurangan si Ijo. Tekad sudah membulat, aku ingin naik PO yang melambungkan nama Bapak GT Soerbakti ini.


 


Alam khayalanku langsung diselimuti Karina Tanjung Priok-Sumenep. Berkali-kali aku memergokinya menyusuri Jalan Enggano, Jakarta Utara, bis ini seakan ajeg dan fixed, bermesin MB OH 1525 karoseri New Travego Adi Putro. Ah, siapa tahu ini bis reguler?


 


Rabu siang (3/6), Membuka Selubung


Saat memarkir motor di sudut terminal, yang terletak tepat di seberang kantor PT Pelindo II, tampak terjepit di antara PK berbaju New Travego Centralindo dan Kramat Djati Setra Adi Putro, terparkir manis wajah smiley sentuhan Adi Putro. Aku semakin yakin, memang bis ini jatah harian Karina Madura dari Tanjung Priok.


 


“Mbak, bisa pesan tiket ke Rembang?”, tanyaku saat tiba di depan loket agen Karina.


“Boleh Mas, berapa orang dan kapan?”, jawabnya sembari balik bertanya.


“Cuma satu sih Mbak. Tapi saya ingin mastiin, benar ngga mercy terbaru untuk Jumat nanti?”, tanyaku kembali untuk mengorek jawaban.


 


Sebenarnya pertanyaan bodoh, bukankah aku ingin mengendapkan kerinduan bermesraan dengan Si Ijo, mengapa pakai acara pilah-pilih armada?


 


“Saya tidak menjamin Mas, tapi seringnya bis baru kok untuk armada pertama ke Madura. Tapi itu kebijakan kantor, bisa jadi berubah. Jadi sekali lagi, saya tidak berani menjamin Mas,” timpal agen dengan jujur.


 


Gini aja Mas, pesan dulu aja. Andai nanti salah, ngga jadi naik ngga papa kok”, rayu Mbak agen agar aku tidak beringsut ke agen bis sebelahnya. (Pahala Kencana atau Kramat Djati)


 


“Ya sudah. Berapa ke Rembang, Mbak,” sambil kulirik price list tiket per kota yang disinggahi trayek Lorena-Karina, terpampang di kaca loket.


“Rp.140.000,00 Mas”, jelasnya sesuai harga yang telah dibandrol.


“Kalau boleh Rp.130.000,00, saya ambil deh Mbak”, kucoba untuk menawar harga.


 


Sesaat setelah berpikir.


 


“Ok deh kalau buat Mas”, balasnya sambil tersenyum.


 


Yup, tiket sudah kugenggam, posisi duduk di seat 1B sudah kublock, dan peluang hingga 95% armada baru kemungkinan kudapat. Hanya tinggal doa pengharapan, semoga perjalananku dengan Karina akan so impressed.


 


(bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar