Senin, 06 Juli 2009

Prataan; Mandi Sauna di Tengah Belantara

[gallery]

Dalam perjalanan pulang dari rumah eyang putri-nya Naura di Bojonegoro, kuputuskan untuk mengaspal melalui rute Bojonegoro-Jatirogo-Rembang. Sengaja jalur ini aku pilih karena bisa memangkas jarak Bojonegoro-Rembang dibanding via Cepu-Blora. Memang, kondisi jalanan cukup sempit, namun lumayan mulus karena sebagian besar permukaan jalan sudah di-hot mix. Meski menyisakan kontur bergelombang --karena katakterisitik tanah di sekitar pegunungan kapur yang memanjang mulai dari Lasem-Pamotan-Sale-Jatirogo-Parengan yang labil-- namun  tak signifikan menghambat laju kendaraan. Bis AKAP semacam Pahala Kencana, Tri Sumber Urip, Dali Mas dan Haryanto pun membuka trayek Bangilan-Jatirogo-Jakarta, karena ditunjang infrastruktur yang memadai. Tidak bisa dipungkiri, daerah seputar Senori dan Bangilan adalah salah satu pemasok tenaga kerja informal di Jakarta. Sehingga keberadaan moda transportasi ke ibukota sangat membantu mobilisasi warga di sekitar perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur ini.


 


Sesaat setelah melewati jantung kota kecamatan Parengan, kurang lebih 10 km dari pusat kabupaten yang identik dengan jajanan ledre ini, terlihat papan penunjuk arah bertuliskan “Wana Wisata Air Panas Prataan, 6 km”. Untuk mengobati rasa penasaran akan haus menikmati pesona alam, akhirnya kuarahkan mobil 1300 cc menyusuri jalan kecil yang membelah hutan jati, berbelok ke kanan dari jalur utama. Cuaca siang itu begitu panas karena fase musim sedang menapaki pancaroba, masa transisi dari penghujan beringsut ke kemarau. Dedaunan di ranting-ranting tectona grandis mulai mengering, menguning dan selanjutnya berguguran, tanda perilaku alami tanaman bernilai jual tinggi ini dalam mengakali cadangan makanannya sebagai bekal menghadapi kemarau panjang. Untunglah, angin perbukitan “bersedia” bersemilir sepoi-sepoi, mengeliminir hawa sengatan mentari nan terik. Andai saja saat berada di tempat ini bertepatan musin hujan, pasti kesan hijau, lembab, segar serta teduh yang akan melingkupi acara plesiran keluargaku.


 


Biarpun ketidakramahan alam mengemuka, soal keindahan panorama Parengan tak serta merta sirna. Jalanan yang berliku-liku, dengan sajian bukit yang didominasi vegetasi jati yang tumbuh raksasa seakan menjadi penghibur mata. Terlebih saat melewati perkampungan di tengah hutan, sawah-sawah padi menghijau, mengisi bulir-bulir kembangnya, menyeruakkan asa para petani dengan hasil panenan yang sepadan dengan kerja kerasnya. Tidak seperti daerah lain di sekitar hutan yang biasanya krisis air di kala kemarau datang, air di desa kecil cukup melimpah. Sungai berkelok-kelok yang mengalirkan ratusan kubik air jernih dan anti polusi, ibarat oase di padang tandus lereng bukit kapur. Keberkahan Yang Kuasa tidak pernah memilih tempat, di setiap titik di jagad raya, sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim selalu bertaburan.


 


Tak jauh dari kampuang nan jauh di mato ini, gerbang obyek wisata Prataan berdiri menyongsong.  Petugas membukakan portal sebagai akses masuk, setelah ketebus tiket seharga Rp1.500,00 per kepala dan Rp3.000,00 untuk bea parkir roda empat. Kami langsung di hadang tanjakan tinggi untuk mencapai lokasi sebenarnya. Gigi transmisi hanya berkutat di posisi satu, karena terjalnya lereng. Tidak sampai 100 m dari gateway, pusat wisata air panas Prataan terhampar.


 


Lokasi wana wisata pemandian air panas  Prataan ini terletak di Dukuh Ngaget, Desa Wukirharjo, Kecamatan Parengan, Tuban. Tepat berada di area hutan lindung Parengan, pada ketinggian 400 m di atas permukaan air laut. Hutan jati berusia rata-rata 50 tahun, dengan diameter batang hingga mencapai 2 meter, berjajar di kanan kiri obyek wisata unggulan kota tuak ini. Secara administratif, kawasan hutan ini masuk Kesatuan Pemangkuan Hutan Parengan dan secara pengelolaan dilakukan oleh Kesatuan Bisnis Mandiri Wisata, Usaha, dan Benih Perhutani Unit II Jawa Timur. 


 


Karena daya tarik obyek ini sendiri adalah pemandian air panas, kucoba mencicipi mandi sauna di tengah belantara. Secara total, disediakan 12 bilik kamar mandi, yang dilengkapi kran air panas dan air dingin untuk mengatur level kehangatannya. Mata air sumber air panas ada di sumur kecil yang terletak di samping bilik-bilik ini. Airnya di dalamnya tampak mendidih, bergejolak dan mengeluarkan asap tipis.


 


Dan salah satu kekhasan air panas Parengan, kadar belerangnya cukup tinggi. Pihak pengelola membatasi waktu mandi maksimal 15 menit, mengantisipasi tingginya kadar belerang dan bahaya panas. Terdapat warning high alert bagi yang memiliki riwayat sakit jantung, epilepsi dan ibu hamil. Selain itu, tidak disarankan mandi dengan perut belum terisi.


 


Benar terbukti. Saat kusiapkan air panas di bak kamar mandi, luasan udara seketika berubah pengap dengan bau tajam belerang.  Untuk meredam “ancaman”nya, air panas perlu dipadukan dengan campuran air dingin. Ketika berendam, terasa menikmati mandi uap di tempat sauna. Kehangatan air 50diserati kepulan asap, membuat keringat bercucuran. Air dengan kandungan belerang dipercaya menyembuhkan banyak penyakit kulit, seperti gatal-gatal dan eksim. Selain itu, bisa digunakan sarana relaksasi, menghilangkan kepenatan dari rutinitas harian pengunjung. Itulah sumbangsih alam, yang tak pernah lekang bersahabat dengan penghuninya selama diperlakukan dengan bijak dan berwawasan lingkungan.


 


Disediakan pula fasilitas kolam renang air dingin yang bersumber dari mata air di sekitar lokasi, dengan tiga tingkat kedalaman. Di sini, visitor tak usah khawatir dengan bahaya air panas. Bisa berlama-lama bermain air, dipayungi lebatnya dedaunan di sekitar kolam renang.  


 


Andai kita berkesempatan naik ke lereng lebih atas lagi, terdapat area bumi perkemahan dan kegiatan outdoor. Di saat libur sekolah, tempat ini selalu ramai para petualang alam berkemah, camping atau mengadakan tadabur alam.


 


Dan hebatnya, untuk menikmati semua fasilitas yang ada, pengelola mematok tarif dengan harga terjangkau. Untuk mandi sauna, hanya perlu membayar Rp2.000,00 dan menikmati kolam renang cukup selembar uang seribuan + sekeping uang logam lima ratusan. “Kalau ada yang lebih baik, buat apa bayar lebih”. Mungkin itulah falsafah pengelola dalam merayu calon pengunjung.


 


Sayang, maksud hati ingin berlama-lama bercengkerama dengan kecantikan alam Parengan terhalang rencanaku bepergian ke Jakarta sore harinya. Menjelang waktu dhuhur, kutinggalkan  Prataan Natural Hot Spring ini. Rasa kagum dan bersyukur atas anugrah alam ciptaan-Nya tertengadah dari kekerdilan jiwa insan manusia. Suatu keajaiban alam, sumber air panas keluar dari perut bumi yang jauh dari jalur gunung berapi.


 


Maha Suci Engkau Ya Allah…

3 komentar:

  1. aq mw tw....
    dger gosip sech kta nya sepsang kekasih yang hbiz jln2 k prataan ber2, gag bkal lma stlah dri prataan langsung ptus tnpa sebab.....

    aQ sbener E gag pRcYa, tp 2 pun akhirnya aq alami juja....5 hri stlah dri prataan aq lngsung ptus5 pcr q...

    dan 2 pun juja di alami 5 tmen aq...

    sbenere gosip ny bner gag sich???????

    BalasHapus
  2. Hmm...mitos ya Mbak Dev?

    Untung, waktu saya dulu pacaran dengan "dia" ngga sampai ke Prataan, jadinya langgeng hingga jadi pendamping hidup. Hehehe...

    Yach...tergantung pribadi dalam menyikapi tentang sebuah mitos Mbak.

    Selama kita berbuat baik, lempeng, tidak neko-neko dan berpegang teguh norma-norma, ya dengan sendirinya mitos-mitos negatif tak terjadi. Semoga...:)

    BalasHapus
  3. […] http://didiksalambanu.wordpress.com/2009/07/06/prataan-mandi-sauna-di-tengah-belantara/ […]

    BalasHapus