Sabtu, 07 Februari 2009

Bis Malam, “Pemangkas” Jarak Sulang-Jakarta


Ketimpangan kehidupan sosial dan ekonomi antara kota besar dan daerah marginal, telah mendorong terjadinya arus urbanisasi besar-besaran. Kota besar sebagai pusat peredaran uang, sebagai sentra industri dan perdagangan yang berimbas luasnya ketersediaan lapangan kerja dengan berbagai latar tingkat pendidikan, kemudahan dan fasilitas hidup perkotaan yang lebih layak dan memadai, himpitan kebutuhan hidup serta mitos turun temurun bahwa kota adalah tempat mudah  mencari uang seakan menjadi magnet kuat untuk menarik warga desa berbondong-bondong eksodus membanjiri perkotaan, khususnya ibukota DKI Jakarta.


 


Tak terkecuali bagi sebagian masyarakat Sulang yang larut terbawa arus urbanisasi. Angan-angan dan harapan untuk memperbaiki kualitas hidup yang dijanjikan kota besar,  dan karakter sebagai masyarakat Jawa yang terkenal ulet dan tak gampang menyerah melakoni hidup, tak menghalangi niatan meski harus rela meninggalkan kampung halaman, sanak saudara dan kehidupan desa nan damai, jauh dari kebisingan dan hingar bingar kehidupan modern.


 


Dan tentu saja, ada satu momen yang akhirnya selalu ditunggu oleh para perantau dan komuter, yaitu pulang mudik. Setelah dibenamkan kesibukan mengais rejeki di kota,  ritual mudik seolah menjadi wahana klangenan atau ‘jembatan nostalgia’ dengan masa lalu, masa-masa indah berharmonisasi dengan keluara besar dan bercengkerama dengan romantisme alam pedesaan.


 


Salah satu sarana untuk ‘mendekatkan’ diri dengan keluarga dan kampung halaman, ‘memangkas’ jarak kota besar dengan desa asal, serta mempersingkat waktu tempuh perjalanan adalah moda transportasi, semisal bis, kereta api maupun kapal udara. Letak geografis dan geotransportasi Sulang yang jauh dari jangkauan jalur kereta api dan ibukota propinsi Jawa Tengah dengan bandar udaranya, serta kepraktisan dan harga tiket bis yang jauh lebih miring dengan pelayanan yang tak kalah dibanding dengan moda transport lainnya, menjadikan bis malam AKAP (Antar Kota Antar Propinsi) sebagai salah satu moda andalan dan pilihan utama untuk mempercayakan perjalanan pulang, vise versa, perjalanan balik ke kota bagi perantau dari Sulang.


 


Dan permintaan pasar ini direspon dengan baik oleh operator bis/ Perusahaan Otobus dengan membuka jalur yang melewati daerah Sulang dengan mendompleng trayek Cepu-Jakarta. Pengusaha bis butuh income dan keuntungan finansial bagi perusahaan, penumpang butuh jasa transportasi untuk memudahkan kepentingan pribadinya. Demikianlah gambaran hubungan mutualisme yang terjalin erat antar keduanya.


 


Tiap hari, hampir berpuluh bis malam dengan berbagai macam bendera perusahaan melintas menderu di jalanan Rembang-Sulang-Blora menampakkan eksistensinya, bahkan di antaranya menjemput bola dengan membuka agen di Sulang untuk menjaring calon penumpang agar tidak usah bersusah payah naik dari Kota Rembang. Bagi sebuah bis malam Sulang-Jakarta, menu 600-an kilometer jarak Sulang-Jakarta dilahapnya, beratnya medan jalanan Pantura seolah menjadi rintangan alam yang mesti dilawan, berjam-jam perjalanan panjang dan melelahkan ditempuhnya demi perputaran roda ekonomi perusahaan dan kelancaran urusan para pengguna jasanya.  


Berikut ini daftar PO yang membantu memudahkan masyarakat Sulang yang akan melakukan perjalanan Jakarta-Sulang dan sebaliknya.


 


1. Pahala Kencanapahala3



Membuka trayek Cepu-Jakarta di awal tahun 1990-an, dengan menyediakan kelas VIP dan eksekutif dengan kelengkapan berupa bis AC bermesin Hino dan Mercedes Benz, bantal dan selimut, reclining seat dengan leg rest (sandaran kaki) serta service makan malam dan snack.


Bis yang berasal dari Kota Kudus ini melayani banyak tujuan akhir di Jakarta, mulai dari Pulogadung, Rawamangun, Lebakbulus, Pinangranti, Grogol, Kalideres, Tangerang (Cimone) dan Bogor.


Mulai tahun 2004, bis ber-livery ombak biru ataupun siluet kupu-kupu ini membuka agen di Sulang, tepatnya di selatan balai desa.  


2. Lorenalorena3




PO berjuluk si Ijo dari Tajur Bogor ini menawarkan bis bermesin Mercedes Benz dengan kelas eksekutif dengan tujuan Pulogadung, Rawamangun dan Bogor. Bis legenda kepunyaan Bpk. GT Surbakti ini membuka jalur Sulang-Jakarta di medio tahun 2004, setelah jalur gemuk Jakarta-Surabaya tergerus politik LCC (Low Cost Carrier) pesawat udara sehingga Lorena melakukan ekspansi bisnis transportasinya dengan membuka jalur ke kota-kota kecil.


Tahun 2008 ini, PO Lorena menggandeng salah satu toko counter HP dan Pulsa di selatan perempatan untuk membuka agen, melayani calon penumpang dari daerah seputaran Sulang.


Sebagai tambahan, PO ini sekarang telah memegang ijin terbang dengan bendera Lorena Air. Semoga tidak lama lagi, bis darat akhirnya bermetamorfosis menjadi ‘bis udara’.


 


3. Nusantara


nusa


Bis yang dikenal sebagai jet darat pantura saat ini karena kecepatannya hanya melintas lalu di Sulang karena saat ini belum membuka agen di Sulang, meski sudah ada tawaran dari agen Nusantara Rembang untuk mencari mitra. Jadi bagi calon penumpang, terpaksa merogoh goceknya kembali guna menambah ongkos kendaraan menuju Terminal Rembang




Bis Plat Kxxxx B ini terhitung paling komplit untuk tujuan kota-kota di seputaran Jakarta. Pulogadung, Cikarang, Bekasi, Rawamangun, Daan Mogot, Lebakbulus, Bogor, Cimone dan Ciledug adalah tujuan akhir yang ditawarkan, baik dengan standar kelas eksekutif maupun super eksekutif.


Bis dengan ‘daoke’ Pak Handoyo Budiharjo ini membuka jalur Cepu-Jakarta di awal tahun 2000-an, dan selalu menerjunkan armada-armada terbarunya, termasuk bis bermesin Scania, bis yang menjadi ‘jendral’ di dunia perbisan Indonesia saat ini.


 


Dalam dunia bisnis bis AKAP yang juga tak kalah ketat persaingannya, kemunduran sebuah PO seolah menjadi pembenaran bahwa dalam bisnis, siapa yang kuat dialah yang survive, siapa yang labil, siap-siap tersingkir. Tak lupa, berikut ini daftar PO yang pernah berjasa bagi warga perantauan Sulang dan sekarang tinggal kenangan.


 


1.      Artha Jaya


PO yang membabat alas dan sang pioner trayek Cepu-Jakarta ini sudah mati suri, kalah bersaing dengan bis-bis baru. Bis yang pernah menjadi favorit bagi warga Cepu hingga Kudus ini telah diakuisisi oleh PO Tri Sumber Urip.


 


2.      Kramat Djati


Membuka jalur Cepu-Jakarta bersamaan dengan Lorena. Sayang, ketatnya persaingan antar bis malam memaksa manajemen Kramat Dajti menidurkan trayek Cepu-Rembang-Jakarta.


 


3.      Dali Mas


PO dari Bojonegoro dengan lambang burung walet ini pun tersingkir dari rute Cepu-Blora-Rembang-Jakarta dan terpaksa me-reroute jalurnya melalui Bojonegoro-Bangilan-Jatirogo-Lasem-Jakarta


 


4.      Jaya Bhakti Super


Pernah membuka agen di Sulang untuk trayek Sulang-Jakarta dengan kelas ekonomi di tahun 1995-an. Dan kabarnya, PO ini telah hilang dari peta dunia perbisan di Indonesia.


 


Inilah sekilas gambaran sejarah masa lalu dan masa kini dunia bis malam di Sulang, karena bis pun tak akan bisa dilepaskan dari perjalanan waktu Kota Sulang dan telah memberi nuansa tersendiri bagi mobilitas berikut dinamika ekonomi masyarakatnya, terlebih bagi warga perantauan.


 


 


 

25 komentar:

  1. siang..

    q perna naik bis ini dari malang ke semarang PP, bisnya duingiiin jalannya cepet bgts tapi alhamdulillah dpt selamat sampai tujuan, q suka naek bis ini

    BalasHapus
  2. met siang kembali... Nusantara adalah PO terbaik Jawa Tengah 2008 versi Dephub.

    Untuk karakter bis-bis plat K (Kudus, Jepara, Rembang, Pati, Blora) adalah speedfull Mas tapi tetap mengedepankan kenyamanan.

    Makasih sudah berkunjung.

    BalasHapus
  3. abis baca2 mengenai bis nusantara, kayaknya pengen banget ngerasain. sayang, rute saya lewat selatan, jakarta - jogja. ada alternatif yang bisa saya pakai,mas? he...he...

    BalasHapus
  4. Salam kenal Mas Isnan.

    Hmm...menurut saya, Mas Isnan bisa naik Nusantara dari Jakarta, turun di Semarang (agen Nusantara Dr. Cipto), nanti lanjut ke Jogja dengan Nusantara Patas Semarang-Jogja.

    Silahkan dicoba, dan jangan lupa untuk menyampaikan testinominya naik bis Nusantara. Hehe...

    BalasHapus
  5. kalo gw si lorena abis??tapi nusantara kynya boleh juga deh untuk di coba..!!piss

    BalasHapus
  6. wah saya sudah penah naik bis nusantara SE dgn kode bus NS-04...sangat setuju kalo nusantara dikatakan jet darat,dgn pelayanannya yg sangat baik....saya harap PO ini dapat mempertahankan citranya

    BalasHapus
  7. Jaya Bhakti super jet darat masa lalu ditahun 1990an hingga 1995'an.. dengan karoseri model kapsul..
    Untuk saat ini jet darat kudus'an masih dipegang Nusantara.. tp dengan konfigurasi seat di executive nya yg lumayan sempit dgn 32 seat.. beda dgn bus2 Solo yg exe nya hanya 30 seat, apalagi trayek Ramayana Jkt- Yogya yg hanya 28 seat..

    BalasHapus
  8. untuk saat ini jet darat di pantura msh d pgang oleh nusantara & pahala kencana, bravo pahala

    BalasHapus
  9. kramat djati ok abissssssss.......

    BalasHapus
  10. Nusantara dari dulu kan memang Jet Darat. Mulai dari Jalur Semarang - Kudus sampai yang sekarang. Bravo Nusantara............

    BalasHapus
  11. Pulang ke lasem dari malang selalu pakai PO. Nusantara . lebih cepat, nyaman dan yang pasti selalu mengedepankan keselamatan. ok...juga bisnya. tapi kalau dari Lasem menuju Malang bisa nggak naik dari Lasem. saya lihat di Lasem kan juga ada agennya.....

    BalasHapus
  12. Mas Akhmad,

    Kalau dulu saya pernah tanya ke agen rembang, katanya bisa kok naik NS 96 Semarang-Malang. Cuma tarif dihitung Kudus. Untuk jelasnya, monggo tanya ke agen Lasem...

    BalasHapus
  13. bus nusantara emang oc...
    saya pernah naik dari kudus ke jkt...
    enak sh...
    aku juga pengen nyoba lorena belum pernah tuh...

    BalasHapus
  14. nusantara pastinya pemegang status jet darat, selalu nyaris on time...
    dr. cipto - rawamangun wussssh..., eh jgn kawatir klo macet dia tahu jalan alternatif....
    so don't worry, insya allah never late

    BalasHapus
  15. nk banter2an yo mnang nusantara wong jago tarikan.nk apik2an ya apik pahala...eh mbuh ding dono-indro eh mksude lorena-karina juga apik tp rung pernah numpak aku...

    BalasHapus
  16. tolong dong nusantara yang dari pwdadi, dikasih armada yang bagusan napa....,trus trayek lebak bulus pwdadi mana...dtggu nich..

    BalasHapus
  17. Hehe..monggo, request langsung ke kantor Nusantara, Kudus, Mas.

    Saya juga sekedar penumpang, yang terima langsung jadi aja armada yang dikasih. :)

    BalasHapus
  18. Nusantara bukan sekedar jago tarikan Mas, tetapi busnya juga apik-apik.
    Malah Pahala Kencana yang mulai agak kedodoran. Busnya tua-tua dan larinya pun santai.
    Untuk Karina, menurut saya, standar-standar saja....

    Demikian pengalaman saya saat membandingkan 3 bus tersebut, berdasar kisah perjalanan yang saya tempuh...

    BalasHapus
  19. wah, bingung nih. belom beli tiket buat mudik. Enaknya naik bis malem apa ya buat ke Salatiga?
    Hm, kira2 kisaran harganya mahal gak yah..?

    BalasHapus
  20. Mas didik ini sopir apa bos-nya sopir ya ?

    BalasHapus
  21. Wah, kita beda jalur ini Mas. Kampung saya di pesisir timur Jawa Tengah, Rembang.

    Dari Jakarta kan start mudiknya?
    Kalau ke Salatiga, yang rekomended ya Rosalia Indah, Harapan Jaya, Safari Dharma Raya, Laju Prima dan Raya.
    Kalau harga tiket lebaran, secara kasarnya, PO akan menaikkan tiket kira-kira 100% dari tarif normal. Jatuhnya sekitar 250rb-300rb.

    BalasHapus
  22. Hahaha...bukan dua-duanya Mas. Saya sekedar penikmat perjalanan dengan media bus, Mas.

    BalasHapus
  23. aku juga langganan Lebak Bulus-Rembang,tp sayang yg eksekutif habisnya di KUdus aja, gak ada yg nyampe rembang..

    BalasHapus
  24. gw cinta ama pahala kencana. bravo pahala

    BalasHapus
  25. pemangkas jarak jakarta purwodadi, saya menggunakan garuda mas

    BalasHapus