Senin, 09 Februari 2009

Sate Kelinci, Pelengkap Sajian Telaga Sarangan

sate-kelinci1


Selain menyajikan wisata air, Sarangan juga menawarkan satu menu makanan yang bercitarasa unik dan mengundang selera, yaitu sate kelinci. Di pinggir telaga yang airnya teduh menghijau, banyak bertebaran penjual yang menjajakan menu kuliner khas Sarangan ini, baik yang berdagang secara berkeliling atau menetap di kedai-kedai sederhana. Obyek wisata ini sendiri terletak di sisi timur lereng Gunung Lawu,  sehingga berhawa asrep, sejuk dan segar khas pegunungan, terasa begitu ‘ramah’ membelai kulit. Sangatlah cocok, lezat, nikmat dan berkesan mencumbui eksotisme telaga air yang dikelilingi pegunungan Sidoramping ini  sembari menyantap sate kelinci, yang konon bukan sekedar pengisi perut semata, melainkan memiliki efek memberi kehangatan bagi tubuh untuk melawan udara dingin pegunungan. 


 


Sebenarnya tidak jauh berbeda dengan menu sate ayam, hanya saja daging kelinci bertekstur lebih lembut dengan taste yang lebih gurih. Disiram bumbu kacang  dan kecap yang manis sebagai kondimen serta disediakan tambahan irisan bawang merah dan cabe kuning untuk menunjang rasa pedasnya. Ada dua opsi sebagai makanan primernya, kita bisa memilih lontong atau nasi putih.


 


Menurut bapak penjual sate kelinci tempat kami jajan sewaktu berlibur di Sarangan, di sekitar obyek wisata ini banyak masyarakat yang beternak hewan kelinci untuk diambil manfaat dagingnya. Iklim yang sejuk, jauh dari polusi udara dan suara dan melimpahnya sumber makanan berupa sayuran merupakan habitat yang kondusif untuk pengembangbiakan kelinci. Sehingga para penjual sate kelinci tidak sampai kesulitan mendapatkan bahan baku daging kelinci, karena banyak dibudidayakan oleh peternak kelinci di sekitar Sarangan. 



Daging sate kelinci siap potong biasanya berumur 4-6 bulan, karena pada rentang usia ini didapat rasa daging yang empuk dan manis. Biasanya dari seekor kelinci, bisa dihasilkan 70-90 tusuk sate. Tidak perlu waktu lama untuk mengolah daging kelinci, sate kelinci dengan aroma yang harum menusuk hidung pun siap disajikan. Dengan harga jual Rp6.000,00/ porsi berikut lontong, ditemani wedang jahe atau teh manis, hidangan pun ‘rela mengorbankan diri’ untuk disantap.  Maknyuss tenan Pemirsa!


 


Jadi, jangan bercerita pernah ke Telaga Sarangan bila terlewat mencicipi menu wajib obyek wisata ikon kebanggaan Kabupaten Magetan ini.   


 

4 komentar:

  1. Betul sekali Mas Didik, saya sudah beberapa kali ke Telaga Sarangan. Salah satu tujuan yang tak pernah lupa adalah menikmati sate kelinci yang di tempat kita memang belum ada. Hanya saja Mas Didik, ketika saya ketagihan kopi di Telaga Sarangan, ternyata tidak ada kopi leletnya je, yang ada justru kopi sachet. Tapi tak apa, dasar di daerah sejuk, makan dan minum apa pun rasanya kok enak enak aja ya....

    BalasHapus
  2. Hehehe...sampai Sarangan sakaw kopi ya Pak Kid? Jauh-jauh ke Sarangan yang dicari kok emas hitam dari Sulang (kopi lelet).
    Bener banget Pak. Kl di daerah dingin, siapin cemilan yang banyak. Butuh kalori yang lebih banyak buat mengeliminir hawa dingin.
    Mungkin kl kita tinggal di sana, intensitas makan bisa 4X sehari Pak Kid.

    BalasHapus
  3. Pastinya manteb suranteb tenaan. thanks.

    BalasHapus
  4. Aq pnya kelinci tak kasih makan rumput yg muda kok dia diare terus mati. Gemana solusinya?

    BalasHapus