Sabtu, 07 Februari 2009

Gempar!!! Ditemukan Spesies Baru Gelombang Cinta

 Dunia flora Indonesia geger!!! Kebun-kebun nursery bergolak. Para kolektor, hobiis, spekulan dan penggiat tanaman hias pun terperangah. Tak terkecuali ilmuwan biologi baik level domestik maupun kaliber internasional yang sejauh ini bangga akan undebatable conclusion soal hasil penelitian tanaman hias yang bernama gelombang cinta (gelci), hanya bisa melongo.


 


Terciptanya panic room ini dipicu oleh penemuan spesies anyar gelci, jenis tanaman hias yang sempat menyihir alam agrobisnis nusantara. Dengan beribu pesona keindahan, bernilai jual yang irrasional price, mitos pembawa hoki dan aura mistik yang melingkupinya, sempat membuat demam gelci di kalangan florist hingga menganggapnya bunga tajir, kembang nasib bahkan puspa bertuah. Yang terkadang bagi orang awam, seperti penulis, tidak akan habis berpikir, bagaimana  selembar daun harganya melampaui tujuh digit angka rupiah.


 


Fenomena kemunculan gelci spesies baru yang masih satu  keluarga dengan anthurium  ini, seolah mematahkan pendapat, hipotesa, hukum dan teori para pakar botani yang menyatakan bahwa ‘wave of love’ berasal dari belantara Amazone, Amerika Selatan,  yang bercirikan hutan tropis, dengan curah hujan tinggi dan dipenuhi vegetasi pepohonan lebat khas daerah katulistiwa. Justru  varietas baru ini tunas kuncupnya tumbuh bukan di ruang hijau, namun di tengah rimba beton perkotaan  Lawang,  Kabupaten Malang, yang udaranya tidak sesejuk beberapa dekade silam akibat ledakan laju pertambahan penduduk, padatnya pemukiman,  emisi pabrik industri kimia dan farmasi serta degradasi kualitas dan fungsi lingkungan.


 


Tidak seperti umumnya jenis tanaman hias, gelombang cinta yang diperkirakan berumur 10 tahun ini hanya berbatang tunggal, tanpa daun apalagi bunga, hasil rekayasa  persilangan benih bunga sakura dari Tokyo  dengan kelapa ijo dari Magelang. Memiliki batang raksasa, -hingga jika diukur bentang kelilingnya hampir mencapai 30 m-, postur tidak terlalu tinggi, berkontur  halus, serta warna permukaan kulit abu-abu kehijauan, disangga enam julur akar serabutnya. Tidak butuh media tanam dan pemupukan, hanya penyiraman ala kadarnya dan perawatan pun seperlunya. Inilah yang  menjadi pembeda dengan jenis gelombang cinta yang lain, yang selama ini dikenal lewat kemewahan bunga ataupun daunnya nan eksotis.


 


Unik, istimewa, unimaginable sebelumnya, amazing dan langka, penguasa tunggal tanpa pesaing di jagad raya.


 


Dan kabarnya, seorang pengusaha lokal Jawa Timur  berani membayar tunai 250 juta jika pemilik rela melegonya. Sayang, Kelvin Sanjaya, -sang owner-, menampik iming-iming menggiurkan ini. Nilai eksentrisitas dan eklusivisme sebuah gelombang cinta yang menjadi alasan keberatannnya.


 


Apakah pamor gelombang cinta yang kian redup akan kembali terangkat oleh sosok baru ini, yang yang namanya telah dipatenkan menjadi 'Anthurium Restuvera' oleh Badan Pangan dan Pertanian Dunia  (FAO)  baru-baru ini?


 


Bagi yang penasaran, inilah foto yang penulis abadikan ketika gelombang cinta ini sedang mengikuti pameran hidroponik di Purabaya Art Gallery, Sidoarjo.


gelci

Tidak ada komentar:

Posting Komentar