Selasa, 10 Februari 2009

Di Tanganmu Kau Genggam Keabadian

kamera



kenapa manusia menciptakan fotografi?


karena manusia mencintai keabadian


 


Dari setiap momen-momen kehidupan yang aku abadikan lewat jepretan foto, yang nantinya (semoga!) akan kekal  memprasastikan kejadian-kejadian di masa silam, terucap kalimat terima kasih dan penghargaan nan tinggi kepada kamera-ku ini, Kodak seri V570.


 


Sudah tiga tahun kamera 5 Mega Pixels ini berada di tanganku, untuk menggambarkan bahwa usianya boleh dibilang tidak lagi muda untuk ukuran sebuah gadget, yang dalam hitungan bulan selalu terjadi pembaruan produk, keluar model-model terbaru, yang lebih fashionic, mengikuti tren dan selera pasar, dengan kecanggihan teknologi yang satu trap di atas  keunggulan pendahulunya.


 


Aku juga bukan tukang foto profesional, yang well educated soal kaidah ilmu per-fotografi-an serta njlimet untuk setiap kali hendak mengambil gambar. Aku cuma seneng “jeprat-jepret”, apapun yang aku anggap menarik, berharga, dan bermakna, sehingga sayang untuk dilewatkan. Andai kualitas gambar yang kuhasilkan pas-pasan, bagiku itu hanyalah masalah remeh, “ngga penting banget”, justru menjadikan challenge untuk semakin terlecut menghasilkan foto yang lebih baik lagi. Bukan bermaksud mengesampingkan suatu keindahan hasil foto, aku sudah cukup terpuaskan, terhibur dan bangga bila hasil bidikanku yang ala kadarnya seolah bisa membawaku menuju romantisme masa lalu. Biarlah momen-momen indah yang kuabadikan dalam foto menggugah hatikuku untuk merenung dan mengingat kembali sejauh mana capaian 'prestasi'ku meniti rel kehidupan, daripada sekedar mengagumi mutu dan kualitas gambar yang dihasilkan.


 


Masih lekat dalam ingatan, awal terbesit keinginan untuk membeli kamera, kuambil keputusan untuk cukuplah membeli yang bertipe pocket camera. Praktis, user friendly, easy handling…itulah alasanku. Yang penting, bagaimana aku bisa menangkap pelbagai peristiwa yang menurutku indah, touching heart dan pantas dikenang nantinya, lewat perantara sebuah media perekam.


 


Setelah melalui proses timbang pilih yang tak perlu rumit, akhirnya Kodak seri V750 Dual Lens inilah yang mematri hatiku untuk meminangnya.


 


Dari jasa kamera yang aku beli di Dusit Mangga Dua, telah lahir ratusan karya-karya gambar yang mulai menjejali album fotoku. Yang tampak indah, mempesona, abadi dan berkesan, aku arrange sesuai tema dan pesan yang tersirat dari sebuah foto.


 


Tak pandang gambarnya nge-blur, buram, momen pengambilannya kurang pas dan angle jepretannya ngasal, no problemo bagiku.


 


Dan selama kameraku masih "mampu" bekerja dan berkarya, belum terpikir olehku untuk mempensiunkannya, sebab aku sangat menyanyanginya.


 


 


Thanks my camera...

1 komentar:

  1. jempol....sang petualang sejati..
    aku juga pengen punya kamera sendiri mas..tapi dari dulu gak kebeli-beli...entah kenapa ya..//

    BalasHapus