Minggu, 08 Februari 2009

Gara-Gara Kenek Lalai


Mau tau mengapa seorang kenek (khususnya bis malam) punya jobdesk tambahan perlunya mengingat-ingat tujuan akhir setiap penumpang?


1. Sebagaimana kenyataan di lapangan, tidak semua penumpang turun di tujuan akhir yang dituju bis, ada juga penumpang ‘minta’ turun di tengah jalan.  Misalnya bis Harapan Jaya, Jakarta-Tulungagung, ada penumpang yang turun di Solo, Ngawi atau Madiun.


2. Namanya penumpang bis malam, tentu saja lebih banyak menghabiskan waktunya untuk tidur dan terkadang tanpa disadarinya telah sampai tujuan yang dikehendaki.


 


Nah, biar tidak terlewat arah yang bisa membuat penumpang terbangun sambil ngomel-ngomel, memaki-maki kru bis sehingga terjadi perang bau mulut,  diambilah langkah antisipatif oleh si kenek untuk mengingat-ingat, di mana si A turun, ke mana tujuan perjalanan  si B, hendak ke mana si C pergi dst, dst…


 


Ingat lho, ini terkait pelayanan kepada penumpang,  menjaga citra dan reputasi nama sebuah PO serta membentuk image positif sebagai kru yang ramah dan memuliakan penumpang. Jangan sampai masalah kecil ini disepelekan oleh kenek


 


Penumpang adalah raja!!! Begitu slogan yang ditanamkan pengusaha  kepada kru bis.


 


Berdasar pengamatan saya yang telah sekian kali menggunakan jasa berbagai macam bis malam, ada dua kiat umum yang dijalankan seorang kenek untuk me-reminder dirinya sendiri dimana nanti setiap penumpangnya akan turun..


 




  1. Sebelum berangkat, si kenek menanyai seat to seat dimana nanti penumpangnya minta turun, tepatnya di daerah mana, ada barang di bagasi atau tidak, sambil menjalin kedekatan dengan penumpang, dan kemudian dengan kapasitas memori harddisk yang tersisa di kepalanya diingat-ingat. Bersyukurlah kalau mendapatkan kenek kuat daya ingatnya.

  2. Kenek mengecek DP (Daftar Penumpang) yang dibuat agen, dilihat satu persatu tujuan setiap penumpang, mengkalkulasi berapa orang yang turun di Kota A, di Kecamatan B, di Pasar C dst dst, dan DP ini dipegang di tangannya selama perjalanan. Bila akan sampai tempat tujuan yang dimaksud penumpang, kenek menghampiri untuk mengingatkan.


 


Cerita ini saya dapatkan dari obrolan sopir dan kenek salah satu bis malam. Dengan tidak merubah inti ceritanya, demi menjaga kehormatan dan nama baik, sengaja nama PO dan pelaku tidak saya sebutkan, silahkan tebak sendiri nama PO-nya.


 


Suatu ketika, sebut saja si kenek ini Paijo mendapat tugas mengawal bis batangannya dari Jakarta ke  Jepara. Dan sesuai instruksi perusahaan, setelah sampai di tujuan akhir, bis ini mesti kembali ke pool di Kudus, untuk check up  armada dan mengistirahatkan kru untuk persiapan berangkat sore harinya.


 


Gara-gara Paijo kelelahan berkali-kali PP tanpa jeda istirahat, sehingga abai menjalankan kiat di atas, terjadilah cerita konyol ini. Mungkin suasana hati Paijo sedang tidak ‘mood’ untuk bekerja, sebab ijin liburnya belum di-acc oleh bossnya, sehingga terbawa malas, bete, dan dongkol, yang akhirnya hanya menggantungkan kemandirian penumpang, “mau turun dimana siap-siapin aja ndiri, butuhmu yo butuhmu, perlumu yo tanggunganmu dhewe” begitu kali prinsipnya…


 


Justru yang dilakukan Paijo, ketika bis hendak sampai di satu titik penurunan penumpang, dia hanya berteriak dari depan, kalau tidak ada gelagat penumpang yang mau turun, ya sudah…lanjut, kalau terlewat itu urusan penumpang sendiri. Toh, dia sudah mengantongi uang jalan, yang ngga bakal kepotong kalau sampai ada penumpang komplain gara-gara terlewat jalan.  


 


Ceritanya mulai Jrakah, Krapyak, Indraprasta, Stasiun Tawang, Terboyo, Terminal Demak, sebagian penumpang telah turun. Dan tampaknya Paijo sejauh ini beruntung mendapatkan penumpang yang “care dan aware” dengan dirinya sendiri, tidak ada satupun yang terlewat tujuan. Di mana dia turun, telah menyiapkan dirinya sendiri.


 


 


Nah, saat itu bis telah sampai di Kudus, dan Paijo in action…


“Kudus…Kudus…Terminal Kudus habis, yang Matahari turun sini, bis tidak lewat kota…!!!”, serunya berulang-ulang.


Dan berbondong-bondonglah penumpang tujuan Kudus turun. Paijo pun sibuk melayani penumpang yang membawa bawaan di bagasi samping. Setelah penumpang terakhir turun, Paijo menutup pintu bis dan kembali duduk manis di singgasananya kembali tanpa mengecek jumlah penumpang yang tersisa di dalam.


Dan bisa jadi, si Sopir pun kurang crosscheck, percaya penuh sama Paijo, jadi kurang jeli mengintip spion di atasnya untuk melihat kondisi di dalam. Yah, maklum cuma spion kecil, sehingga coverage area pandangan tak seluas kabin bis. Dia hanya menyalakan lampu kabin kecil yang remang-remang setiap ada penumpang turun, dengan maksud memberi penerangan kepada penumpang yang turun tanpa menyilaukan mata  penumpang (kalau ada) yang masih tertidur.


Bis pun meluncur ke arah Jepara yang berjarak sekitar 35 km dari Kudus. Jalanan yang lengang, gerimis kecil yang tak henti-henti, hawa dingin yang dihembus AC dan suasana dinihari yang masih gelap akan membuat siapapun malas. Demikian juga si Sopir dan Paijo ini, ingin rasanya cepat-cepat kembali ke pool. Kalau bukan karena tugas dan tanggung jawab…duh nikmatnya, merasakan hangatnya tempat tidur untuk melepas penat.


“Andai ngga ada penumpang Jepara, bisa langsung nge’pool’ deh”, gumam si Sopir dalam hati


Dan akhirnya bis mendekat ke ibukota Kecamatan Mayong, kecamatan pertama di jalur Kudus-Jepara.


“Mayong…Mayong…Ada yang turun Mayong…!!!”, teriaknya dari depan tanpa melihat detail ke belakang.


Tak ada sahutan dan tak ada gelagat penumpang turun.


“Ada ngga Jo?”, tanya Sopir


“Kosong, lanjut ….” Jawab Paijo.


Bis pun terus melaju, dan sampailah di jantung Kecamatan Pecangaan.


“Cangaan…Cangaan…Siap-siap yang turun Cangaan…!!!”


“Cangaan…Canggaan…”


Ditunggu-tunggu, hening….


“Kosong juga….tarik!!!” Seolah-olah Paijo mencambuk si Sopir untuk terus berjalan. Terus dan terus, Daerah Kalinyamatan kosong, Kecamatan Tahunan nihil, tak seorangpun penumpang turun.


“Ah, paling tinggal yang turun Jepara”, kata Paijo kepada Sopir saat itu.


Sampai akhirnya mendekati tujuan akhir Kota Jepara.


“Jeporo…Jeporo…terakhir…Jeporo habis…!!!”


Sepi…senyap…   


“Jeporo…Jeporo…terakhir…habis…habis…!!!”, teriaknya lebih kencang lagi.


Tetap tak ada suara, tak ada tanda kehidupan…


Serasa ada yang janggal kok dari tadi tak ada penumpang turun, begitu kali pikir si Sopir setelah menyadari. Dinyalakannya lampu kabin besar sehingga terang benderang…


Byarrr!!!


Haaa…!!! Paijo dan Sopir saling berpandangan. Kosong melompong…


Tak ada satupun penumpang ke arah Jepara.


 


Ha ha ha …


 


“Jo…Jo, ngopo awakke dhewe mlaku-mlaku mung wong loro ning Jeporo, wis ngentek-ngentekke solar, kelangan wektu nggo ngaso. Mubadzir…Judeg aku karo kowe Jo!!!”, geram Sopir melihat Paijo yang malu ngga ketulungan atas kelalaiannya.


 


(“Jo…Jo, ngapain kita berdua jalan-jalan sendiri ke Jepara, udah nghabis-nghabisin solar, hilang waktu  buat istirahat. Mubadzir…Gondok aku sama kamu Jo!!!”)


 


 


Terima kasih buat Pak Sopir dan Mas Kenek yang selama perjalanan pulang kemarin telah berbagi cerita lucu.


 


 


 


 


 


 


 



 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

4 komentar:

  1. kernet karo sopire pdo gebleke...

    BalasHapus
  2. jiangkrik..aku sampek ngguya-ngguyu dewe..mosok leh mas...gak ketok nek penumpange entek..wkwkwkwk

    BalasHapus
  3. ..saya sampe dikira gila ma boss gara2 baca tulisan ini.......hahahahaha...ketawa sendiri....lucunya keren banget mas.....

    BalasHapus
  4. Akan tambah panjang ketawanya kalau mendengarkan sendiri tutur cerita ini dari kru bis tersebut, mas. :)

    BalasHapus