Senin, 09 Februari 2009

Wartawan Gadungan Beraksi di Terminal Pulogadung

Terminal Pulogadung kerap identik dengan suasana yang tidak nyaman dan menakutkan, terlebih bagi para calon penumpang yang baru pertama kali menginjakkan kaki di  terminal bis AKAP tertua di Jakarta ini. Posisi terminal yang berdekatan dengan keramaian pasar, di pinggiran kawasan industri dan di tengah padatnya pemukiman warga, serta keterbatasan lahan yang tersedia, menyulitkan petugas terminal dan pihak keamanan untuk menata dan men-steril-kan area terminal dari jamahan kaki-kaki pihak yang tidak berkepentingan dengan keberadaan terminal. Dampaknya, terminal di ujung timur daerah Jakarta Timur ini terlihat kotor, becek, kumuh, tak nyaman, sumpek, semrawut dan rawan aksi kriminalitas.


 


Menurut petugas terminal Pulogadung, dalam sebulan tak kurang puluhan korban tindak kejahatan melapor ke bagian keamanan terminal. Belum lagi sejumlah korban yang disinyalir enggan melapor. Sebuah angka empiris yang memperjelas tingkat kerawanan terminal Pulogadung. Di mata pelaku kejahatan, penumpang bis luar kota dipastikan membawa barang berharga atau bernilai, sehingga menjadi incaran empuk target bidikannya. Bermacam-macam aksi kejahatan yang menimpa para korban, mulai dari kecopetan, aksi gendam dan hipnotis, penjambretan, pemalakan, pemaksaan dari calo-calo fiktif hingga kekerasan berdarah.


 


Kondisi terminal Pulogadung yang tidak kondusif ini men-trigger terminal-terminal lain untuk memperbaiki diri, menambahkan berbagai macam fasilitas dan kemudahan bagi para penumpang, terutama dari aspek kenyamanan, keamanan dan keselamatan. Tercatat terminal Lebakbulus, Rawamangun, Kalideres dan Kampung Rambutan, yang dulu hanya terminal bis dalam kota bermetamorfosis menjadi terminal bis AKAP, sebagai terminal bayangan dan alternatif bagi para penumpang yang malas dan lokasi tinggalnya jauh dari Pulogadung.


 


Namun itu dulu. Sekarang Pulogadung mulai bersolek merias diri dan seolah tak mau kalah berkompetisi dengan terminal lain. Terlebih banyak bis AKAP mulai hengkang dan berpindah tujuan akhir ke terminal lain, yang berarti jika didiamkan akan terjadi penurunan pendapatan di sektor perhubungan bagi Pemerintah Kodya Madya Jakarta Timur.  Apalagi Pulogadung dijadikan salah satu sentra pemberangkatan busway koridor Pulogadung-Dukuh Atas dan Pulogadung-Kalideres, menuntut ditingkatkannya perfoma terminal yang sekarang dikomandoi Bapak H. Pardiman. Mau tak mau, Terminal Pulogadung harus berbenah.


 


Sedikit demi sedikit wajah Pulogadung mulai berubah, menjadi terminal yang ramah dan tidak seseram cerita dulu. Penataan ulang titik keberangkatan dan kedatangan, penambahan petugas kebersihan, pembinaan terhadap calo-calo bis, reformasi di tubuh kepengurusan terminal, penempatan personel kepolisian di area terminal yang siaga 24 jam dan suksesnya pemberantasan aksi premanisme, menjadikan penumpang melirik kembali Terminal Pulogadung ini sebagai tempat embarkasi debarkasi perjalanannya. Apalagi harga tiket dengan kelas dan armada yang sama, yang ditawarkan PO yang bermarkas di Pulogadung lebih murah dibanding terminal lain, jadwal bis yang boleh dibilang hampir ada setiap saat dengan tujuan ke daerah paling komplit, posisi strategis terminal yang terletak antara ibukota dan daerah penyangga (Bekasi) dan kemudahan akses busway, menjadikan nilai plus tersendiri bagi Pulogadung, sehingga menjadi tantangan dan keharusan pihak terkait untuk menghadirkan kembali “pesona” terminal Pulogadung.


Namun bukan berarti Terminal Pulogadung telah bersih dari tindak pelanggaran peraturan dan undang-undang yang berlaku. Seperti yang dijumpai penulis, sewaktu menunggu pemberangkatan Bis Nusantara Pulogadung-Cepu, Hari Jumat sore, 23 Januari 2009 silam. Salah seorang wartawan gadungan terjaring operasi dadakan oleh petugas keamanan terminal. Pelaku berinisial FR ini menenteng kamera high end merek Nikon seri D40 dan sedang beraksi bak kamerawan media, disergap karena tertangkap basah sedang mengambil gambar bis-bis yang berjajar dan berderet di Terminal Pulogadung, baik yang datang, hendak berangkat, ngetem dan perpal di dalam terminal, tanpa ijin tertulis maupun lisan. Sewaktu diinterograsi, tersangka mengaku wartawan dari Trans TV meski dia sendiri tak dapat menunjukkan surat tugas dari kantor. Alhasil, pelaku yang tergabung dalam komplotan geng Kudus ini mesti berurusan dengan pihak berwajib.


Namun tidak sampai 10 menit diamankan, pelaku telah dilepaskan dan menghirup udara bebas kembali. “Tidak ada pasal-pasal yang dilanggar, pelaku hanya iseng mengambil gambar bis karena memiliki hobi fotografi dan tergabung dalam komunitas bismania. Jadi tak ada dalih apapaun untuk menjerat pelaku ke dalam masalah hukum. Namun ke depannya, bagi siapapun yang mengambil dokumentasi tentang terminal Pulogadung, harus meminta ijin terlebih dahulu kepada pihak terminal”, ujar Coyo Bimo Madukismo, salah seorang petugas terminal yang menahan si pelaku, yang ternyata bernama asli Fathur Rozaq.


fathur


 


 



















To Mas Fathur :  Peace ya Mas Fathur…kapan-kapan hunting foto bis lagi di Pulogadung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar