Kamis, 07 Februari 2013

Balonku Ada Lima, Rupa-Rupa Warnanya (1)

Balonku Ada Lima, Rupa-Rupa Warnanya  (1)


Hari Minggu, Tanggal 13 Bulan Lima


Kabut pekat perlahan turun. Mendung tebal bergelayut di awang-awang. Semilir angin memercikkan hawa dingin kala menerpa ujung kulit. Tak lama berselang, rinai gerimis membasahi seantero kawasan yang bertengger di atas punggung gunung berapi. Gejala alam seolah bercerita bahwa cuaca siang itu tak cukup bersahabat buatku.


IMG00348-20120513-1126


Kusudahi ritual sholat wajib disempurnakan wirid di dalam ‘masjid darurat’ yang diasmai Al Amin. Kutoleh jam dinding yang menggantung pada bilik bambu, mewartakan pukul 12.20.


IMG00362-20120513-1136


IMG00357-20120513-1133Hmm…aku harus lekas berkemas. Waktuku hanya tersisa satu jam lagi untuk menepati janji bertemu seseorang.” gumamku diliputi perasaan was-was menatap rona cakrawala selatan yang redup memucat.


Kuhampiri sepupu-sepupuku yang tengah cangkruk di kedai sederhana milik Ibu Udi, adik kandung Mbah Marijan, juru kunci Gunung Merapi sebelum almarhum mangkat.


“Ayo Mas, cepat pulang. Keburu hujan gede nanti!” ajakku.


Segera kupungkasi acara Lava Tour, meninggalkan dusun Kinahrejo yang berangsur menghijau, namun menyimpan sejuta kisah pilu tentang erupsi dahsyat Merapi, dua tahun silam.


IMG00346-20120513-1123


IMG00368-20120513-1208Adalah kepedihan tak terperi menilik bangunan-bangunan yang porak poranda disapu awan panas bersuhu 900 ºC. Pun saat menyaksikan bukit-bukit yang terkelupas dan bopeng, berikut pohon-pohon penghuninya yang hangus meranggas. Bantaran Kali Kuning nan curam, dengan alur berkelak-kelok seperti mendemonstrasikan perjalanan wedhus gembel saat terjun bebas dari puncak kawah menuju lereng.


IMG00478-20120513-1045


IMG00483-20120513-1048


Sejauh mata memandang, hamparan batu, kerikil dan pasir menyelimuti desa, mengubur kampung-kampung yang dahulu damai dan permai, menjadikannya nyaris rata dengan tanah.


IMG00353-20120513-1128


Abu vulkanik yang menenggelamkan wisma kediaman Mas Penewu Suraksohargo - gelar keraton Simbah Marijan -, puing-puing harta benda yang berserakan tak diurus maupun bangkai-bangkai kendaraan yang kini di-monumenbisu-kan, mengajarkan tentang laku bijak bahwa kekuatan jagat raya terlalu digdaya untuk dirusuhi tangan-tangan jahil manusia.


IMG00334-20120513-1117


IMG00329-20120513-1114


Ah…Kinahrejo bukanlah diorama amuk Merapi. Bukan! Karena semesta tak pernah sekalipun mengumbar amarah. Ia sekadar mengemban titah sebagai makhluk-Nya. Alam senantiasa menebar kebaikan, mendatangkan ragam komoditas sebagai sumber penghidupan, meski kita terkadang lalai mensyukuri, bahkan justru mengusiknya.


IMG00479-20120513-1046


IMG00487-20120513-105113.45


“Mas, mohon dipercepat karena bus dalam perjalanan ke agen. Terima kasih.”


Short message itu mengagetkanku saat hendak berpamitan dengan Pakde, Bude, Mas dan Mbak, kerabat Jogja yang kujunjung selayaknya keluarga sendiri.


“Sudah tenang Dek, 15 menit aku jamin sampai.” hibur kakak misanku, yang akan mengantar ke Jombor, selaku meeting point dengan si pengirim pesan.


Dari seputaran Jl. Kaliurang Km 11, tepatnya Kelurahan Sardonoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, kuawali trip return to base. Kami susuri jalan-jalan tikus yang bebas macet. Hanya sejengkal mencium jalan besar, Jalan Palagan Tentara Pelajar -- utara hotel Grand Hyatt --, sebelum menyelinap kembali ke lorong-lorong kecil yang ternyata shortcut menembus Jalan Magelang Km.6, tak jauh dari pintu keluar Terminal Jombor.


“Maaf Mas, telat. Belum datang kan busnya?” tanyaku dengan nafas memburu, setiba di lobi sebuah biro perjalanan yang bernama Pesona Tour & Travel.


“Belum Mas, sebentar lagi!” jawabnya sambil menyerahkan selembar tiket bus Putra Remaja, dan segera kubarter dengan kertas tanda booking bangku urutan ke-28 yang kusegel sehari sebelumnya.


IMG00503-20120613-0721 (1)


14.10


Sekejap masa berlalu, gelombang bus malam mulai berduyun-duyun memadati terminal yang sedang berencana meningkatkan akreditasi B menuju A itu. Seremoni siang menjelang sore langsung dibuka oleh ‘tarian lemah gemulai’ Ramayana kode F1 jurusan Ciputat. Disusul Putra Remaja AB 7395 AS Jogja-Lampung, Puspa Jaya nomor jersey 154, serta Putra Remaja AB 7180 AK line Palembang-Jambi.


Diseling auman knalpot Ramayana Crazy Bull dan Tri Sulatama OF-1113, babak berikutnya diisi rombongan sendratari asal Muntilan, yang disebut seri H, seri E3, seri B serta seri E1.


IMG00379-20120513-1428


Break sebentar oleh kehadiran Jaka Kendil AA 1738 BB serta Patas Semarang-Jogja Ramayana AA 1511 AB, sesi selanjutnya tampil apik Ramayana seri D VIP Cileungsi. Dibuntuti Handoyo Clurit, Ramayana Setra AA 1644 AB, Santoso V2 Klamer AA 1618 AB dan New Celcius AA 1452 DA, saudara kembar Handoyo Malang-Banjarnegara yang kutemui di Parakan saat ‘memerawani’ Rejeki Baru.


Tak apalah, bus yang kugadang-gadang molor, toh exciting juga mengabsen para selebritis darat melenggak-lenggok di atas catwalk Jombor Paradise. Sementara jantung ini berdegup dag-dig-dug, mengira-ngira unit mana, berpenggerak engine apa, dan berbaju jahitan siapa, yang bakal berjodoh denganku?


Buka selubung saja! Niatan dan orientasiku mengincar Putra Remaja adalah menguber koloni burung pinguin yang lucu, imut dan menggemaskan itu. Dengan model ikon yang unyu-unyu, terbitlah iming-iming untuk kugauli. Dan yang lebih memikat hati, jajaran ‘armada perang’ Laskar Demak Ijo sangatlah majemuk, dengan ragam mesin, kekayaan model busana, trayek nan plural serta lebarnya rentang generasi fleet yang masih dikaryakan. Sangat variatif untuk mengadu keberuntungan, makhluk mana yang ‘dipetik’ Dewi Fortuna untuk dihadapkan dengan prediksi si pembidik.


Bahkan kutampik rayuan agen untuk bersekutu dengan kemewahan yang dijual Ramayana E3, berdamai dengan murah meriahnya tiket Handoyo ataupun uji hormon adrenalin menunggangi Santoso seri V, yang disebut olehnya sebagai alap-alap jalur Merak.


Pokok’e…Putra Remaja. Biarpun farenya menyinggung angka 170 ribu, tetaplah non sense buat yang menawarkan harga di bawahnya. Hehe…


Sekali lagi show off para penggembira, yang diikuti Jaka Kendil AA 1468 BB, Hino Dutro long chasis milik Efisiensi, plus Ramayana ‘Dewa’. Di belakangnya, skuad midnight yang lain berhamburan. Handoyo ber-ID lambung 406, Safari Dharma Raya AA 1515 FN, Handoyo AA 1434 DA, Ramayana koridor Solo-Jambi, ekonomi Jogja-Jakarta Safari Dharma Jaya, Handoyo 18, OBL AA 1616 FY, sebelum diclosing oleh Sumber Alam AA 1539 BC Klaten-Tangerang.


IMG00380-20120513-1434


“Mas, silahkan bersiap, busnya datang!” seru Mas customer service, penjaga kios yang berlokasi di pintu masuk barat, tempatku bertransaksi kemarin.


Dari arah gate in, melambatlah sosok kekar lagi perkasa, menyembunyikan kekusaman wajah serta kekeriputan besi pembalutnya yang menua dirongrong guliran waktu.


Yaelah…sejauh-jauhnya sang arjuna melanglang buana, dapatnya scania-scania juga…” kesahku saat dipameri ‘juluran lidah singa bermahkota’, yang menempel di emblem depan. Perjalanan kali ini tak ubahnya memindahkan NS-19 Rawamangun-Lasem ke rute Jogja-Jakarta. Hehe…


Yo wis…masak mau mengajukan gugatan ke kantor lantaran pinguin luput dari tangkapan?


14.40


Akankah armada yang dimodali ‘dinamit solar’ berkekuatan 11.000 cc punya passion selama melibas trek penghubung mantan ibukota dengan existing ibukota?


Ataukah malah penegas kultur bus kidulan, yang identik sebagai penjaja kenyamanan, pengusung aliran need for sleep, sabar dan santun di jalan, bukan tipikal geng bus yang ‘rakus’ melahap butiran aspal?


Tanda tanya besar menyemburat kala Putra Remaja tinggal landas, angkat koper dari Bumi Mataram.


‘Warna’ pertama begitu menggoda…


Itulah realitas impresif saat belasan Blue Star yang mengangkut pelajar SMA 112 Jakarta dibenamkan dengan menginfiltrasi jalur berlawanan, mencuri sela lampu merah Mlati memijarkan kemilau hijau.


Namun, aksi nyolong start padam, tak lagi diperagakan di perempatan Denggung, alun-alun Kota Sleman, yang tengah macet panjang. Hal itu berkontribusi atas hilangnya tempo beberapa menit.


Selepasnya, pelat nomor AB 7019 AS meladeni determinasi Safari Dharma Jaya AA 1616 GE, dan sempat terjadi kasus side by side beradu speed. Sayang, agen Wadas merukunkan kedua bus agar berhenti bareng, mencomot sewa tambahan.


Kutelisik deretan warung ijo di daerah Tempel, sambil kucari-cari manakah nasi brongkos Mbak Narni yang dibilang mak nyuss oleh Mas Arif Kijangserse. Lah…tak kutemukan juga.


Krasak, jembatan penghubung dua propinsi, anggun serta kokoh membentang. Terjangan lahar dingin pasca Merapi bergolak mampu diredam oleh liat dan uletnya struktur rangka berikut paku bumi yang menopangnya. Teringat akan peristiwa tragis masa silam, saat kerangka jembatan luluh lantak terbakar cairan premium sejumlah 16.000 liter, akibat truk gandeng yang membawanya terjungkal persis di tengah gelagar setelah terlibat insiden dengan bus Ramayana.


Memasuki teritorial Pangdam IV Diponegoro, Jawa Tengah, kurasakan dunia cepat berubah ‘warna’. Tersembulah attitude asli bus yang bertagline www.nderekgusti.com itu, yakni nyantai, thimik-thimik dan alon-alon.


Jangankan menyalip kendaraan lain, jalur di depannya yang kosong melompong tak menjadikannya gereget untuk mengangkangi.


Alhasil, infanteri Bukit Tidar, seri V1, AA 1702 AB melabraknya dari sisi kiri, tepat di depan basecamp PO Ramayana, Muntilan.


Pantas saja, melihat gaya meng-overtake serta lari ala setan, Lek Ponirin menjunjung sang Womer  alias Wonosari-Merak sebagai super hero untuk membekap angkuhnya mesin absensi kantor di Senin pagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar