Kamis, 07 Februari 2013

Balonku Ada Lima, Rupa-Rupa Warnanya (2)

Balonku Ada Lima, Rupa-Rupa Warnanya  (2)


Beda nasib dengan Krasak Bridge, Jembatan Pabelan yang dulu roboh dihantam banjir bandang material vulkanik,  kini telah difungsikan kembali seusai operasi rekonstruksi.


Saat melintas, bus yang menanam jok ‘Kiel’ buatan Alldila sebagai perabot interiornya, menempel laju Ramayana ‘Shohib DW’, berlanjut hingga menggapai wilayah Mertoyudan.


15.46


Terminal Magelang pun disinggahi, mengkaryakan beberapa lapak kosong dari 35 unit yang tersedia. Ditemani serikatnya, berbaju Avant Garde dengan kaca belakang bertuliskan nama bus legendaris, Continental, berdua menjalani tugas serupa.


Di Jalan Urip Sumoharjo, muncul ‘penampakkan aneh’ saat menyalip sebuah truk tronton dengan bak open rack. Muatannya berupa empat atau lima unit mobil berlambangkan logo esemka. Jangan-jangan…’masterpiece’ rintisan anak-anak SMK telah diproduksi massal?


‘Nuansa’ pelan itu disulap lagi, dengan ngeblong kanan saat meniti jalan dua lajur yang membujur di ring Jambewangi hingga Payaman. Puluhan kendaraan pribadi dibikin bertekuk lutut oleh semburan daya mesin tipe D12 nan melimpah ruah.


Terlihat ‘satria pemanah’ berkode jurusan C leyeh-leyeh menunggu calon penumpang di agen Grogol, Secang.


Great!!! Ramayana memang mendominasi serta menghegemoni pasar gemuk antara Bawen dan Giwangan.


Dangerous road Secang-Ambarawa menyilang di depan pelupuk mata.


Hiking track Krincing menyambut. Bus berlivery ‘lima buah balon udara dengan rupa-rupa warna’ ngos-ngosan karena tak berkutik dihalang truk pasir. Lalu-lintas tersendat akibat maraknya para pengguna jalan. Nglarangan-Pringsurat-Pingit-Ngipik tak satupun ada momen menyalip. Barulah menjelang tugu batas Kab. Semarang, peluang itu dihidupkan. Di antaranya kuasa meminggirkan Maju Makmur ‘Mamamia’.


IMG00385-20120513-2019


Lepas dari mulut buaya, masuk mulut harimau. Belum lama menikmati keleluasaan, terjebak kembali oleh trailer yang menyeret peti kemas milik shipping line asal Denmark, Maersk Sealand. Cukup lama dipantati truk raksasa enam sumbu tersebut, mulai trek Gemawang, Jambu, hingga Banaran. Undakan empat lajur Bedono lah yang akhirnya jadi dewa penolong dalam ‘upacara serah terima’ posisi terdepan.


Kecamatan Ambarawa menghadirkan atmosfer adem ayem. Tak sekalipun terhidang aksi menonjol di atas gelaran karpet hitam.


17.31


Terminal Bawen mengetalase bus-bus Sumatera, memajang profil Gumarang Jaya dan PM Toh. Bagasi luar tampak membukit, disarati paket oleh-oleh kaum transmigran yang hendak ‘merumput’ di pulau seberang.


Hmm…sebentar lagi ketemu lini Solo-an! Bagaimana kiprah Setra angkatan pertama garapan Adi Putro ini?” rasa penasaranku berlipat, setelah tiga jam tampil biasa-biasa saja menuntaskan etape Jombor-Bawen.


Titik sua percabangan jalur Surakarta dan jalur Yogyakarta mem-face to face-kan dengan moncong Pahala Kencana ‘Proteus’.


Huft…kuasakan fragmen seru, ternyata tak terwujud. B 7925 IW itu kian ngacir, sementara busku ogah-ogahan menaklukan tanjakan Bawen.  Bahkan, di medan mendaki Merakmati malah ditackling sepak terjang heavy duty truck.


Hatiku sedikit menyejuk menyaksikan Legacy Sky – SR1 PO Sinar Jaya tengah ready for deliver di teras gedung body builder yang baru saja mengganti lambang perusahaan. Rupanya bukan Daya Melati Indah (DMI) saja yang dipasangi pilar boomerang teranyar Laksana, ‘saudara tuanya’ pun tak mau ketinggalan.


And then…story about ‘bulan-bulanan’ begins.


Memilih lokasi syuting di lingkar kota Ungaran, Patas Ismo Solo-Semarang jadi kontestan perdana yang memamerkan keseksian lekuk buritan. Sesudahnya, berturut-turut Purwo Widodo Putra berkostum ‘Comfort’, serta dua bidak Gajah Mungkur, Fajar Eksekutif ‘Celcius’ dan Fajar VIP ‘Legacy wannabe’.


Di depan Banyumanik bus port, di tengah arak-arakan kepulangan suporter PSIS setelah menonton kesebelasan kesayangan mereka bertanding melawan PPSM Magelang, berpas-pasan dengan Rosalia Indah Pekalongan-Malang, yang mendelegasikan armadanya pada kode lambung 355.


18.16


Baru saja menapak jalan tol Semarang, tanpa tanggung-tanggung, lima biji bus hampir serentak menggembosi armada yang mengorbit di atas garis edar Jogja-Merak. Hanya hembusan angin yang dilungsurkan oleh Budiman IL 101, Mulyo Indah OH Prima, New Ismo Premium Service Line, serta duo Gajah Mungkur, AD 1516 EG dan AD 1646 EG.


Ngukkk…ngukkk…


Menuruni busur Tembalang, terasa ada something wrong pada sistem pengereman. Driver mengocok pedal decelerator secara berulang-ulang, terkesan khawatir nyeplos. Bunyi decit yang diciptakan kampas rem begitu nyaring dan mengganggu ketenangan telinga.


Jatingaleh-Kaligarang jadi sangsak hidup leg selanjutnya. Berbondong-bondong sang penjegal naik gelanggang, terdiri dari Pahala Kencana Wonogiri, Dedy Jaya Jibless, Era Prima Purwodadi-Pulogadung, GMS B 7210 PV, Langsung Jaya ‘Begawan’, serta Gunung Mulia ‘Proteus’.


Putra Remaja di-‘KO’ dari arena, dan akhirnya menelusup ke dalam rest area km. 5. Setengah jam lebih bergeming di outdoor pitstop, menunggu kru meng-adjsut kerapatan rem pada keempat sisi, yang konon katanya, setelannya terlalu dalam.


Masalah terpungkasi, dan mulai berlari-lari mengejar PO Sahabat Solo-Dumai ketika menjilati area Krapyak.


19.20


Mampir di Terminal Mangkang, persis di belakang Bejeu Scorpion King ber-engine gawean Cina. Sementara di grid sebelah sudah bersiap Haryanto HM 24 ‘I Hate Slow’. Rupanya, moda yang berportal di website www.putraremaja.com itu time line-nya mulai bersinggungan dengan Muria roster pagi Pulogadung.


Total hanya 30 kursi yang laku, tidak termasuk bangku sebelahku yang nganggur.


Sebelum bus meneruskan putaran roda, ‘pramugara’ mengingatkan penumpang agar berdoa sebelum menempuh perjalanan panjang, selalu waspada terhadap barang bawaan dan turut menjaga kebersihan bus, dengan tidak membuang sampah sembarangan.


Sungguh-sungguh budaya yang mengagungkan hubungan inter-personal antarmanusia.


Ada satu prestasi ciamik yang patut aku banggakan dari ‘scania stick panjang‘ ini. Lantaran bernyali melakukan late braking, di ujung lingkar Kaliwungu secara gentle menundukan Goldren Dragon dari Jepara. Meskipun tak lama kemudian, dibalas Black Bus Community dengan menjerembabkannya di daerah Brangsong.


Tampak berbaring Garuda Mas Evolution yang jadi pesakitan di ‘penjara’ Satlantas Polres Kendal. Bus ekonomi ‘hancur rupa’ tersebut diborgol lantaran terlibat kecelakaan dengan mobil pick-up yang mengangkut rombongan pengantin, sehingga menewaskan enam orang, belum lama ini.


Di jalanan Kota Kendal, Kopral ‘The Gold’, Ramayana New Travego Morodadi Prima serta Rosalia Indah 148 unjuk kecepatan. Bus yang mengusung slogan ‘Sahabat Perjalanan Anda’ hanya diam melongo, dan membiarkan sesama warga Pantura itu berlalu.


Cepiring pun bukan venue indah untuk mementaskan superioritas kedahsyatan mesin yang setara kinerja otot 360 ekor kuda itu.  Duet Subur Jaya K 1599 DM serta K 1588 BM, berikut Dewi Sri G 1627 BE melancanginya tanpa ewuh-pekewuh.


20.05


Cita-citaku kesampaian juga. Setelah ‘pisah ranjang’ dengan serdadu dari batalyon Karanganyar – Nusantara --, untuk mengejar fajar di Kota Batavia, hampir dua tahun lamanya aku tak mengecap citarasa menu yang disajikan Restoran Sari Rasa.


Dalam amatanku, hampir tak ada yang berubah dengan pernak-pernik rumah makan di seberang Terminal Bahurekso itu. Kecuali dicopotnya papan nama ‘service makan Senja Furnindo’ serta bejibunnya air minum dalam kemasan (AMDK) merek Ultra - yang pabrik pembuatnya di bawah payung Rosalia Indah Grup -, menyemarakkan dagangan kantin ruang utama.


Layanan free dinner kujabarkan dalam sepiring nasi putih, diramu sayur lodeh, lapis terong, kerupuk plus ayam goreng kecap satu potong ++. Benar-benar tanpa radar pengawasan. Pramusaji lebih menyibukkan diri mengurusi persediaan teh manis. Surga bagi penggemar daging ayam olahan dengan porsi jumbo, tentunya. Hehe…


IMG00384-20120513-2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar