Jumat, 08 Februari 2013

Mimpi Yang Terbeli (4)

Kawasan Kledung Pass, Desa Reco, yang merupakan busur tertinggi etape Wonosobo-Temanggung, menghamparkan panorama alam yang begitu elok. Dijepit “gunung kembar”, Sindoro dan Sumbing, dengan puncak berbentuk kerucut yang tengah merah merona memantulkan terpaan surya pagi dari cakrawala timur. Wow…magnificient Indonesia!!!


Punggung jalan yang berubah menurun, dikombi tikungan tajam kiri-kanan, jadi ajang driver show off ketrampilannya. Bus yang punya 25 kapling bangku itu “terbang” cepat. Jalanan sempit tak merepotkan langkahnya dalam menepikan mikro bus Barito di chicane Kewadungan Jurang, dan berlanjut menggeser posisi PO Cebong Jaya di Paponan.


Parakan. Kotanya Mas Yeremia Adi.


Suasana pagi begitu cerah. Geliat kehidupan kecamatan kecil di lereng Sumbing itu mulai terasa. Aktivitas warga  ramai memeriahkan sudut-sudut pasar tradisional Parakan. Busku hanya berlari-lari kecil mengitari kota plural namun sejuk, damai dan toleran. Menjelang tugu ikon Kota Parakan, bertemu muka dengan Handoyo AA 1453 DA. Aku menebak,  New Celcius itu adalah delegasi jurusan Malang-Purwokerto.


Tiba-tiba, awang-awang dipenuhi lautan awan putih yang bergulung-gulung. Karena “tak ada pilihan lain”, Rejeki Baru pun gagah berani menabraknya. Rupanya kabut tebal turun. Dalam hitungan menit, cuaca berubah drastis. Langit seketika redup, matahari seakan ditelan kepekatan halimun. Jarak penglihatan ke depan hanya sekitar 50 meter-an, itupun sudah disokong penyalaan lampu besar serta foglamp. Dinding kaca luar berembun masif, pandangan tak lagi leluasa diedarkan. Untuk melihat deretan rumah di pinggir jalan aku tak kuasa.


5.45


Bahkan, pusat kota Temanggung pun tak bisa kukenali lantaran “mega putih” masih mengurung. Hanya jam yang bisa kucatat saat menggeluti kota sentra tembakau nasional itu.


Kabut berangsur sirna di daerah Kranggan. Meski tinggal sejengkal lagi, rasa kantuk tak kuasa kulawan. Aku pun tidur-tidur ayam, dan terbangun di daerah Payaman.


06.28


Setelah “ngeblong” kiri lampu merah yang  “mengawinkan” jalan lingkar Soekarno-Hatta dan arah kota, bus berlivery tribal tanaman bersulur menerobos pintu keluar sub Terminal Kebonpolo, Magelang. Dan itulah penanda garis finish perjalanan interprovince bus Rejeki Baru, sekaligus titik langsiran untuk penumpang  Jogja serta Magelang Kota.


“Ibu/ Bapak mau kemana?” satu persatu sewa ditanya oleh petugas kantor cabang Magelang untuk mengetahui tujuan akhir mereka.


“Mas mau kemana?” giliranku “kena investigasi”.


“Jogja,”


“Silahkan naik mobil hitam ya, Mas.”


“Hmm…Diantar sampai tempat kan, Mas?”


“Rumah Mas daerah mana?”


“Seputaran Jl. Kaliurang Km.11”


“Saged (bisa) Mas, nanti bilang sama sopir, ya!”


Dengan hati setengah ikhlas, kutinggalkan memorable bus yang telah berjibaku sepanjang jarak 500-an km, dan menguras waktu tempuh selama 13 jam. PO wisata yang meninggikan service, kenyamanan serta feel excitement dalam memuliakan para “pelaku acara darmawisata” yang diemongnya.


Aku pun jadi maklum, mengerti dan kemudian mengamini, mengapa Lek Ponirin Similikithi dengan kesadaraan tinggi dan faktor kesengajaan, menenggerkan Rejeki Baru di pucuk pimpinan klasemen Liga Super Eksekutif (SE) yang tengah digelar. Memang undebatable lah…Hehe…


Sambil menanti estafet paket antara big bus dengan kendaraan feeder, kuhirup dalam-dalam udara hangat alam Magelang. Kukendorkan otot-otot raga yang semalaman terkungkung di dalam “penjara mewah” eklusifitas sebuah  armada travel.


Hmm…andaikan tak ada pembatalan tiket, nyaris saja aku gagal mengejawantahkan ” iming-iming” tentang cerita manis mereka dalam mengecap layanan super eksekutif Rejeki Baru. Keberuntungan ternyata lebih memihakku. Aku diloloskan dari lubang jarum, dan akhirnya bisa merengkuh buruan dalam mengincar spesies langka lagi unik di dalam dunia per-bus-an tanah air.


Rejeki Baru, ini baru (namanya) rejeki….


IMG00309-20120512-0602


“Mas, monggo naik, siap berangkat!” colek Mas Sopir membuyarkan lamunanku.


Kuayunkan telapak kaki mendekat Isuzu Panther ber-STNK AA 8532 QB, selaku armada limpahan.


IMG00315-20120512-0607


Kuungkit handle pintu tengah untuk mengangkangi “tahta anyar”, seraya batinku bergumam riang, “Mbah Kung, I’m coming….”


-Setengah Tamat-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar