Senin, 11 Februari 2013

Separuh Rinduku Pergi (2)

Kucumbu menit-menit mendekati keberangkatan dengan ngobrol ngalor-ngidul bersama komuter dari Kota Pati, yang sepanjang malam akan jadi seatmate-ku. 


Dari sisi kanan bus yang dimanajeri Bah Do, melengganglah Nusantara HS 188, sembari mengais-ngais penumpang, mengisi sisa-sisa kursi yang belum terjual. Dan tampaklah special one, Mbak Tini, yang sibuk menghitung lembaran-lembaran rupiah di atas kursi CB, menyiapkan setoran sekaligus uang jalan bagi kru.


“So sorry ya, Mbak, kali ini aku menduakanmu. Hanya sementara kok, Mbak! Swear…someday, aku akan kembali ke pelukanmu eh…pelukan NS 39-mu.” iba batinku.


Di belakang NS-52 jurusan Jepara itu, menguntit PO Sido Rukun berhulu ledak Mercy nyeleneh, ‘OH 1559’. Moda darat berpaspor Semarang, menurut penuturan temanku, adalah bus yang paling istikamah dengan jam take off-nya dari Pulogadung, dibanding yang lain.


IMG00203-20120413-1757


Azan magrib telah diundangkan, gelap mulai melingkupi bumi. Belasan ‘kunang-kunang raksasa’ mencucurkan sinarannya, menjadikan kawasan terminal yang tak pernah tidur itu bermandikan cahaya.


Bus-bus jarak menengah semakin riuh berebut penumpang. Dewi Sri, Dedy Jaya, dan Sinar Jaya semakin agresif menjaring incaran, bersaing menunjukkan eksistensinya masing-masing. Semburan terompet khas Cirebonan ala Luragung Jaya cs yang memekakkan kuping pun turut memeriahkan suasana senja merona.


Sumber Alam AA 1503 CL, Pahala Kencana ’Nirwana’ B 7273 WV jurusan Bobotsari dan Sanjaya N 7058 UG telah menyelesaikan aktivitas muat, meninggalkan rombongan Muria-an yang diwakili busku, Selamet K 1564 FA - dengan ciri klasik kaca elips garapan Laksana-, Budi Jaya New Travego Morodadi Prima serta bus fenomenal dan penuh kontroversi, Setia Bakti, yang memajang trayek Pulogadung-Pati.


18.19


“Ayo…ayo berangkat!!” seru kru kepada para pegawai tiket Tri Sumber Urip, menandakan bahwa masa ngetem sudah di ujung penghabisan.


Beriringan dengan Luragung Jaya ‘Taalun Habibie’, bus yang baru mengangkut 20-an penumpang itu memulai kick off. Disusurinya ruas Pulogadung-Igi-Cakung yang masih penuh sesak oleh gelombang balik para migran menuju sekitaran kota satelit, Bekasi.


Bersamaan itu pula bergabung Harta Sanjaya AD 1542 AE serta loyalis body builder Laksana berkode 287078. Dipandu oleh rombongan enam mobil pemadam kebakaran yang tengah tergesa-gesa keluar markas, lalu lintas sesaat dapat terurai. Saat berebut jalan, spion kiri Scorpion King rilisan 2011 sempat menanduk bodi medium bus Bekasi Trans Jaya B 7729 YM. Tapi itu bukanlah insiden berarti yang mesti diakhiri dengan percekcokan antar awak kabin.


“Semarang…Kudus…Tegal…Pekalongan…” teriak Mas Kenek setiap kali melihat kerumunan orang yang tengah menanti kendaraan umum di pinggir jalan. Adalah kemubaziran, bila separuh kapasitas bangku tak mampu dikaryakan sebagai piranti penghasil uang. Tenaga sebesar 260 HP dari output mesin sangatlah sia-sia bila hanya mengangkut kursi-kursi tak bertuan.


Tapi tak satupun ekstra di dapat, sebelum pos kontrol sebelum gate in Tol Cakung jadi ‘dewa penolong’. Lima penumpang berhasil diraup, sedikit mendongkrak komisi agen kendati pendapatan yang dipatok kantor masih di bawah level ideal.


19.02


Selebritis Bumi Dampo Awang yang mengenakan gaun jahitan Tentrem Taylor itu mengembangkan layar, bersiap menjelajahi bentang sejauh 620 km hingga tujuan akhir. Setelah membayar retribusi tol, hingga menjejak teritorial Bintara, aku bisa menilai karakter sang nakhoda. Safety player, hanya main aman di area greenline, di rentang 1500-1800 rpm dari indikator putaran engine yang dipampangkan dashboard varian Hino RK8. Tak pernah lebih dari itu. Laju bus pun lesu darah, kurang bersemangat, determinasi yang ditunjukkan hanya pantas diberi nilai 4 dari skala 10.


Dua angkutan tiger (tiga perempat) Cikarang-Pulogadung tanpa sopan mengolok-olok jalannya, yakni PO Moga Putra B 7944 YL serta Bungsu Java B 7269 YL.


Mengunyah aspal Tol Cikampek pun setali tiga uang. Ogah-ogahan,tak ada gereget, dan lebih suka bergabung dalam komunitas ‘lajur dua-tiga mania’. Panggung catwalk ‘pamer pantat’ dibuka bus tanggung Hiba Utama B 150 di km 16. Disusul kemudian Gapuraning Rahayu Sidareja-Jakarta Z 7605 TA, Dedy Jaya ‘Selega Wannabe’ G 1616 GC, medbus Cipaganti B 7004 CGA serta di km 25 oleh  P9BC Kampung Rambutan-Cikarang.


Beruntung Sinar Jaya 38VX dengan kondisi bumper belakang yang kroak ‘dimakan’ tanjakan Ciregol, Gapuraning Rahayu ‘smiley’, Laskar Pelangi 43VX serta 41VX, Hiba Utama berbodi Prestige, plus armada paket Rosalia Indah nomor lambung 716 sedikit menghapus rapor merahnya, lantaran dibantu ‘kebersihan’ court yang dipilih.


Kontestan lain bergiliran meliuk-liukkan ‘keseksian’ bidang buritan. Sebagai penggunting pita adalah pemadu moda Damri 4445 berkostum Proteus, lalu dilanjut oleh Dedy Jaya ‘Gucci’. Tak ketinggalan PO elite Prima Jasa mengirim dua amunisi untuk turut menyemburkan asap ke paras bus yang berpendingin udara merek Termo Air, masing-masing B 7421 YL Bandung-Bekasi serta Evo-X kelas ekonomi B 7920 YL.


Yang patut aku warnai stabilo, armada terakhir sungguh-sungguh sadis dan mengagetkan jantung ketika menyalip, karena disertai lengkingan putaran turbo yang desibelnya menyamai gemuruh suara turbin pesawat.


21.03 


Traffic merayap menjelang pangkal tol Cikampek, saling berebut jalan tak terelakkan. Andai saja tak ada kepentingan sarkawi, pastilah exit Dawuan yang ditunjuk untuk membebaskan diri dari keruwetan di spot simpang Kopo-simpang Mutiara-simpang Jomin.


Berempat bareng Sinar Jaya Sobo-Poris B 7442 IZ, new comer Hasta Putra Matesih-Cibinong, dan Lorena New Marcopolo saling adu lincah menyusup di antara kemacetan.


Dan lagi-lagi, spion tanduk Tri Sumber Urip ‘nyangkut’ di badan sebuah elf pariwisata asal Wonogiri.


Din…din… 


Corong ‘peluit’ dinyalakkan olehnya, sebagai bentuk protes karena dilecehkan kendaraan besar.


Tampak Pahala Kencana B 7909 IW dan legenda lain Lorena New Travego sedang masuk pitstop Cikampek untuk lapor atasan. Demikian pula Rosalia Indah bernomor punggung 129 yang membukakan pintu bagi masuknya last passanger  di agen Jomin.


Yang sedikit membuat tersenyum geli, ‘jagoanku’ selalu meng-idem ditto dengan apa yang diperbuat PO Hasta Putra. Seringkali bus berpelat AD 1412 BF mengadu untung menyeser penumpang, dan R260 pun melakukan hal yang sama di belakangnya. Tapi apes, dua-duanya seiya sekata, tak satupun bisa menggaet sewa ilegal.


Ritual sa’i alias lari-lari kecil dilanggengkan. Di daerah Jatisari, ‘anak didik’nya zaman baheula, PO Haryanto, dilangkahi. Tentu bukan secara jantan, karena rasanya musykil ‘kawula muda’ kalah performa ketimbang generasi tua. Bus bernopol B 7048 VGA itu lagi belanja di sebuah outlet cinderamata dan oleh-oleh khas tanah Pasundan.


Tak lama berselang, sebuah truk B 9735 NK yang menggendong chasis bugil OH 1830 didahuluinya. Dan sepertinya, Malang jadi muara akhir untuk mendandani produk terbaru Mercedes Benz  yang dilengkapi air suspension built in itu.


“Semarang…Tegal…Pekalongan…” tak kenal lelah kru #3 mencederai slogan say no to sarkawi, saat bus ber-arrangement seat strata VIP ini melintasi Pasar Ciasem.


“Tegal berapa?” sahut salah satu balon korban.


“Enam lima…”


“Tiga lima, ya!”


“Ngga ah, lima puluh kalau mau!”


“Emoh, tiga lima.”


No deal. Dan untuk kesekian kalinya, bus yang berlambang bola dunia itu gigit jari.


Wuss…sekelebat obyek yang kuidentifikasi sebagai aset Pahala Kencana, B 7717 VB, mendamparkannya tepat di atas jalan raya yang membelah kompleks ‘mini Doly’ Indramayu.


22.05


Kemacetan tetap saja terjadi, seakan jadi immortal disease di atas panggung Pantura. Berderet ke belakang, Sumber Alam ‘Sapajane’, obyek bergambar beruang kutub, Hasta Putra, Rosalia Indah jurusan Wonosari serta bus-ku dengan sabar mengantri. Sementara jalur berlawanan sudah dicaplok DMI 39J serta Dedy Jaya Panorama 3.


Namun, setelah berhasil meloloskan diri dari biang ketersendatan, revenge dilakukan ke tubuh saudara tua dari  Batavia Ekspress 41J itu, berikut menghempaskan Dedy Jaya G 1603 CG. Sesudahnya, ketiganya pun berlaga ‘sengit’ sebelum baliho bertuliskan Taman Sari 2 membelokkan arah kemudi ‘Yang Kurindu’ ini ke haluan kiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar