Senin, 11 Februari 2013

GreenZational (2)

Pengabar waktu di pojok depan kiri kabin memampangkan angka 15.26, saat Lorena mengangkat jangkar dan mengembangkan layarnya.


Bagiku, kehadiran bus ini ibarat gol balasan, yang dengan jelas mengisyaratkan bahwa “The Green” masih punya kuasa dan stamina untuk berkiprah dalam percaturan per-bus-an tanah air, bersanding dengan kompetitor-kompetitornya. Kepercayaan Ibu Eka Sari pada mesin Mercedes Benz terbaru seri OH 1526 E3, dan selanjutnya dibingkai dalam busana terbaru gubahan Rahayu Sentosa, New Celcius, seolah membungkam anggapan di forum terminal-an bahwa Lorena-Karina Grup telah melewati zaman keemasannya. Who knows, sensasi-sensasi kecil yang ditunjukkan, seperti penambahan armada kinyis-kinyis ataupun yang sekedar ganti baju, pembukaan trayek baru serta derivikasi bidang usaha hingga menjamah angkutan Trans Jakarta dengan bendera LRN adalah sinyal kebangkitan jilid II yang tengah dipersiapkan matang.


IMG00289-20110909-1502


Back on the track...


Menyusuri permadani hitam Pedati - Cawang hingga kilometer-kilometer awal tol Jakarta-Cikampek, LE-612 ini mengalun perlahan, tanpa agresitivas, sarat dengan kekaleman. Pusingan roda hanya bermain-main di bilangan 60-70 kph, menanggalkan style alap-alap di masa jayanya, berganti budaya eco-speed. Alhasil, dia tak mampu beradu cepat dengan Rosalia Indah 144 di km 08, Kramat Djati Madura B 7484 IS di km 10 serta Ramayana AA 1636 AB di km 15.


Berhubung ada penumpang dari agen Bekasi Timur, The New Mercy Electric ini sementara meninggalkan gelanggang sepanjang 73 km, dan menjelang loket pembayaran, kres dengan Ramayana F3 dan Maju Lancar Smiley yang mengarah kembali ke tol.


Tampak hiruk pikuk suasana “showroom bus” di seberang Kantor Depsos Kota Patriot, dimeriahkan pentas selebritis terminal semacam  OBL Patas AA 1616 BY, serta tri sula dari keraton Palur, yakni NL 241, NL 201 serta NL 265.


Lima orang tambahan mengisi kursi yang masih kosong, meski tiga di antaranya berstatus titipan, dilangsir menuju agen Cikampek karena bus mereka menunggu di sana.


Ada pemandangan menarik sebelum kembali ke jalan bebas hambatan. Di dekat lampu merah jembatan Kalimalang, tampak para penjaga keutuhan NKRI ini saling bahu-membahu mengganti ban depan kendaraan dinas ketentaraan, yakni bigbus bikinan PT Texmaco Perkasa Engineering.


Kembali, kecepatan rendah yang dipertontonkan B 7616 XA menurunkan derajatnya sebagai wahana bulan-bulanan. Tak kurang dari Agra Mas eks inner city bus negara sakura, Prima Jasa Pemandu Moda Bandung-Soeta, Laju Prima B 7461 IZ serta Laju Prima 26 Jetliner Merak-Bandung menggasaknya. Berupaya melekat pada pantat Kramat Djati B 7933  IS, tapi juga percuma karena bus dengan jurusan Ponorogo itu justru semakin samar tertangkap pelupuk mata.


Exit Cikarang Barat. Beriringan dengan Malino Putra B 7889 MZ yang berkepentingan sama, busku pun melakukan break lagi dari arena panas, karena ada request dari agen yang berhasil menjaring empat penumpang.


IMG00291-20110909-1632


Sempat terjadi kekacauan karena kursi 2B yang aku hak-i bentrok dengan penumpang Cikarang. Akhirnya, setelah di tata ulang, aku tetap di singgasana semula, sementara yang belakangan naik kudu mengalah, didudukkan di baris ke-5.


Lalu, hampir bersamaan Budiman 3E-47 dan Prima Jasa Lebak Bulus-Tasik B 7682 VB mengasapinya di km 39, membuat Lorena kian jauh tercecer. Tentu saja, bagi speed addict, kurang cocok menggauli Si Ijo ini. Tapi, tak semua penumpang ber-mindset demikian. Lebih banyak yang menonjolkan variabel lain seperti selera, nama besar, gengsi, kedekatan kru, needs dan fanatisme, dalam menunjuk PO yang diyakini nyaman sebagai teman perjalanan.


Di lajur arah Jakarta, terdampar bus Shantika, yang berdasar bukti livery-nya adalah barang lungsuran PO SAN, Bengkulu, sedang mengalami trouble di bahu jalan. Tampaknya, selama arus mudik dan balik ini, bus yang cikal bakalnya lahir di Semarang selatan ini terkesan sukses men-SHANTIKA-kan pulau Jawa. Apakah ini efek pengelolaan bisnis perusahaan otobus (yang konon) dengan sistem franchise sehingga secepat kilat menggurita populasi armadanya?


Perubahan itu keniscayaan. Lambat tapi pasti, driver pinggir mulai berani membejek pijakan pedal gas. Ujung merah jarum speedometer sesekali menciumi angka 80 km/jam. Dengan kecepatan yang meningkat tipis, aksi pecah telur terjadi. Harum Prima B 7330 WV Tangerang – Madiun, Sinar Jaya B 7999 XA serta Rosalia Indah Jupiter Li beridentitas 252 berhasil diperdayai.


Sayang, penambahan volume semprotan solar ke ruang bakar itu belum cukup juga untuk menghadang lari Putra Luragung Aldi Perdana, Agra Mas 3102 Cikampek-Tanjung Priok berikut Laskar Pelangi 6 VX.  “Noda setitik” ini seakan menenggelamkan kembali prestasi kecil yang telah diraih sebelumnya.


Jam 17.27. Armada berbasis bodi model Evolution, dengan sentuhan mayor change pada sektor buritan dan paras depan, menyambangi pos Cikopo, leyeh-leyeh berdampingan dengan dua Galaxy Coach PO Patriot dengan embel-embel tulisan Lorena. Bus bantuan untuk melayani area Banyumas-an rupanya. Selain menurunkan penumpang langsiran, dilakukan pula pengecekan daftar manifes penumpang oleh pengawas operasional, sekaligus dropping snack bagi para sewa.


Merintis etape “Truly Pantura”, bus berkapasitas 32 bangku ini langsung dihadang ketersendatan di Simpang Jomin. Gerakannya hanya mengekor aksi yang dilakukan Dedy Jaya G 1689 GG di depan.  Lepas dari taffic jam, justru kemacetan dari arah timur panjang menjuntai, hampir 5 km-an julur ekornya. Meski kepadatan arus balik sudah berangsur menurun, tapi penumpukan di titik-titik rawan macet masih saja berlangsung.


Greget itu padam lagi. Bus berbintang lima ini kembali ke khittahnya, sebagai bus alon. Sekelas Tunggal Daya AD 1426 CG, Sinar Jaya 52E serta 6 VX dengan gampang melewatinya di daerah Patokbeusi.


Sementara, jagat hiburan dan gairah malam di seputaran Ciberes tampak mulai menggeliat, seiring berakhirnya larangan truk-truk  melintasi jalan nasional. Lampu LED flip flop berkedap-kedip, dengan nuansa keremangan yang menyeruak di ruangan dalam. Sementara wanita-wanita berdandan menor, bersendau gurau memajang diri di teras rumah, laksana etalase toko tengah menjajakan barang dagangan. Sebuah lanskap yang indah untuk dicumbui, terutama bagi para pengumbar hawa nafsu serta pencari nikmat sesaat. Sebenarnya, “interaksi sosial” yang terjalin di dalamnya menciptakan simbiosis mutualisme yang menguntungkan bagi percepatan perekonomian masyarakat sekitar  kompleks, andai kita menafikan sisi pelanggaran etika, moral serta norma-norma.


Ah, sudahlah... talking about morality, talking about nothing di republik ini.


Di ruas Ciasem-Pamanukan, aksi simpatik berwujud konvoi bus malam diperagakan. Saling bergantian merangsek antara Handoyo Panorama 3 jurusan Solo-Prambanan, Kramat Djati Madura, Scorpion King Maju Lancar AB 7062 CD, Gajah Mungkur model Proteus serta New Celcius yang aku tumpangi. Sungguh parade senja yang memukau.


Sementara, di titik Sukasari arah Jakarta, kemacetan panjang terjadi lagi. Causa primanya ialah mogoknya truk gandeng di jalur II, sementara itu 7-8 koleganya yang sama-sama berjenis kendaraan barang dengan dua bak terpisah, ikut nimbrung membantu dengan memarkir berderet di belakangnya. Lucu dan terkesan ngawur juga laku solidaritas yang dijunjung, meski dampaknya merugikan pengguna jalan yang lain.


18.40, OM-906 LA pun rehat di Rumah Makan Taman Sari, menghidangkan jamuan makan malam bagi penumpang sekaligus penanda bahwa intermediete pertama, penghubung poin Tajur-Lebak Bulus-Rawamangun-Bekasi Timur-Cikarang-Cikopo-Pamanukan, lengkap sudah dituntaskan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar